Karanganyar, Sorotnesia.com – Permasalahan sampah rumah tangga kerap dianggap sepele, padahal jika dibiarkan menumpuk dapat menimbulkan persoalan serius, mulai dari pencemaran lingkungan hingga genangan air saat musim hujan. Menyadari hal itu, mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) yang tergabung dalam Kuliah Kerja Nyata (KKN) 62 hadir dengan solusi praktis dan ramah lingkungan di Desa Sewurejo, Kecamatan Mojogedang.
Melalui program pembuatan lubang resapan biopori dan pemanfaatan sampah organik, para mahasiswa berupaya membangun kesadaran masyarakat bahwa menjaga lingkungan bisa dilakukan dengan cara sederhana, murah, dan berkelanjutan.
Lubang biopori yang diperkenalkan memiliki kedalaman sekitar satu meter dengan diameter 10 cm. Bagian dalamnya dipasang pipa berlubang kecil agar air hujan dapat terserap lebih cepat ke tanah. Sampah organik rumah tangga dimasukkan ke dalam lubang tersebut, yang seiring waktu akan terurai menjadi kompos alami kaya nutrisi untuk tanaman.
Koordinator program kerja biopori, Lintang Wirayuda, menjelaskan bahwa inisiatif ini bukan hanya sekadar proyek jangka pendek, tetapi diharapkan mampu menumbuhkan kebiasaan baru dalam pengelolaan lingkungan di tingkat desa.
“Lubang biopori dapat mengurangi risiko banjir kecil akibat genangan air, sekaligus mengubah sampah organik menjadi kompos yang bermanfaat. Kami ingin masyarakat melihat bahwa menjaga lingkungan tidak selalu butuh biaya besar,” ujarnya.
Kegiatan dimulai dengan sosialisasi kepada warga mengenai manfaat lubang biopori serta cara pembuatannya. Setelah itu, masyarakat diajak terjun langsung membuat lubang di beberapa titik yang telah ditentukan. Antusiasme warga terlihat dari partisipasi mereka, meskipun di lapangan muncul tantangan berupa kondisi tanah berbatu yang cukup menyulitkan proses pengeboran.

Kendati demikian, kolaborasi antara mahasiswa dan warga membuat pekerjaan tetap berjalan. Bahkan, diskusi-diskusi kecil mengenai persoalan lingkungan desa turut memperkaya program tersebut. Salah satu warga, Ibu Sri, mengaku merasakan manfaat nyata dari lubang biopori.
“Sejak ada biopori, halaman rumah tidak lagi mudah tergenang saat hujan deras. Solusi sederhana ini ternyata berdampak besar bagi kami,” katanya.
Melihat respons positif warga, mahasiswa KKN 62 berharap program ini tidak berhenti ketika masa pengabdian berakhir. Mereka mendorong agar masyarakat Desa Sewurejo mampu melanjutkannya secara mandiri, sehingga manfaatnya bisa dirasakan dalam jangka panjang.
Lebih jauh, program ini juga diharapkan dapat menjadikan Sewurejo sebagai contoh desa ramah lingkungan. Dengan biopori, tidak hanya persoalan sampah rumah tangga yang dapat teratasi, tetapi juga kualitas tanah meningkat dan ketersediaan air tanah lebih terjaga.
Langkah kecil yang dimulai dari desa ini menjadi bukti bahwa solusi lingkungan tidak harus selalu kompleks. Kolaborasi mahasiswa dan masyarakat bisa menjadi inspirasi untuk desa-desa lain dalam menjaga kelestarian alam dan menciptakan lingkungan yang lebih sehat.
Penulis : Tim KKN 62 UNS
Editor : Anisa Putri