Pendahuluan
Pendidikan sering disebut sebagai fondasi utama pembangunan, termasuk dalam mendorong pertumbuhan ekonomi di suatu daerah. Melalui program wajib belajar 12 tahun, pemerintah berupaya memastikan setiap anak Indonesia mendapatkan pendidikan mulai dari sekolah dasar hingga menengah. Harapannya sederhana namun besar: masyarakat menjadi lebih terampil, peluang kerja terbuka lebih luas, dan produktivitas ekonomi ikut meningkat.
Di Desa Jagaraga, Kecamatan Kuripan, dampak program ini mulai terasa nyata. Wajib belajar 12 tahun terbukti membantu siswa lebih siap menghadapi kehidupan sosial dan ekonomi setelah lulus sekolah (Irhas, Hadi, & Patty, 2025). Pendidikan tidak lagi hanya soal nilai rapor, tetapi juga soal kesiapan hidup.
Peran pendidikan menengah terutama SMK menjadi semakin penting. Sekolah kejuruan membekali siswa dengan keterampilan praktis yang sesuai kebutuhan pasar kerja. Tak heran, lulusan SMK umumnya lebih siap terjun ke dunia kerja atau bahkan membuka usaha mandiri di sektor jasa maupun perdagangan lokal (Mahendra & Putri, 2023).
Temuan ini sejalan dengan berbagai kajian di Pulau Jawa yang menunjukkan bahwa pendidikan berkontribusi langsung pada peningkatan kualitas hidup dan kemampuan masyarakat beradaptasi dengan perubahan ekonomi (Susilo, Hayati, & Pujiati, 2023).
Dalam konteks Sukabumi, relevansi program wajib belajar 12 tahun semakin terasa. Wilayah ini tengah bertumbuh melalui UMKM, industri kecil, dan ekonomi kreatif. Kehadiran tenaga kerja muda yang lebih terampil menjadi penopang penting bagi ekonomi lokal. Peningkatan akses pendidikan juga terbukti berkontribusi pada kenaikan pendapatan rumah tangga dan kesejahteraan masyarakat secara umum (Susilo, Hayati, & Pujiati, 2023).
Pengaruh Program Wajib Belajar 12 Tahun terhadap Aktivitas Ekonomi Lokal
Program wajib belajar 12 tahun merupakan strategi penting dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia. Teori Human Capital menjelaskan bahwa pendidikan bukan sekadar proses belajar, melainkan investasi jangka panjang yang berdampak langsung pada pertumbuhan ekonomi melalui peningkatan kualitas tenaga kerja (Feby Z. et al., 2023).
Masyarakat yang memiliki akses pendidikan lebih baik cenderung menguasai kemampuan dasar seperti literasi, numerasi, hingga keterampilan digital. Di Sukabumi, kemampuan ini menjadi modal penting untuk terlibat dalam berbagai sektor ekonomi, mulai dari kuliner, desain kreatif, hingga perdagangan digital dan layanan pemesanan daring. Peningkatan kualitas SDM ini selaras dengan temuan bahwa pendidikan berperan besar dalam menekan kemiskinan dan memperbaiki indikator ekonomi nasional (Bahtia, Munawar, & Sakti, 2025).
Data juga menunjukkan hubungan yang cukup jelas antara lama sekolah dan tingkat pendapatan. Semakin tinggi pendidikan yang ditempuh, umumnya semakin tinggi pula upah yang diterima. Lulusan sekolah dasar cenderung berpenghasilan lebih rendah dibanding lulusan SMA, SMK, atau perguruan tinggi. Fakta ini menegaskan bahwa program wajib belajar 12 tahun bukan sekadar kewajiban administratif, melainkan strategi nyata untuk meningkatkan kesejahteraan masyarakat.
Pendidikan menengah turut mendorong penganekaragaman ekonomi daerah. Lulusan SMA dan SMK yang menyelesaikan pendidikan 12 tahun memiliki produktivitas lebih tinggi karena dibekali keterampilan yang relevan dengan kebutuhan industri dan perkembangan teknologi (Mahendra & Putri, 2023). Pembelajaran berbasis praktik, magang, serta kerja sama sekolah dengan dunia industri di SMK terbukti meningkatkan kesiapan kerja dan peluang penyerapan lulusan (Agustian, Amartha, & Wardoyo, 2024).
Dampak pendidikan juga meluas ke aspek kesehatan dan stabilitas sosial. Investasi di bidang pendidikan dan kesehatan memperkuat modal manusia, yang pada akhirnya mendorong produktivitas dan inovasi ekonomi (Kaloko et al., 2025). Masyarakat dengan pendidikan lebih baik umumnya memiliki pekerjaan lebih layak, pendapatan lebih stabil, serta kesadaran yang lebih tinggi terhadap kesehatan dan lingkungan.
Tak kalah penting, pendidikan membantu mengurangi kesenjangan sosial. Individu dengan pendidikan memadai memiliki peluang lebih besar untuk terlibat aktif dalam kegiatan ekonomi dan sosial secara produktif. Pendidikan yang merata dan berkualitas menjadi kunci terciptanya masyarakat yang lebih mandiri dan sejahtera.
Dampak Sosial dan Ekonomi Jangka Panjang bagi Generasi Muda
Manfaat pendidikan 12 tahun tidak berhenti saat siswa lulus sekolah. Dalam jangka panjang, pendidikan menengah membentuk pola pikir yang lebih terstruktur, rasa percaya diri yang lebih kuat, serta kemampuan mengambil keputusan ekonomi yang lebih matang. Banyak lulusan mulai memahami pengelolaan keuangan sederhana, merencanakan masa depan, hingga tertarik melanjutkan studi atau membuka usaha.
Pembelajaran berbasis praktik, seperti produksi dan pemasaran kuliner tradisional, memberi pengalaman nyata bagi siswa. Mereka tidak hanya belajar teori, tetapi juga merasakan langsung proses menghasilkan dan menjual produk, misalnya melalui bazar sekolah atau pameran pemerintah (Qudsi & Ashar, 2024). Pengalaman ini terbukti meningkatkan kesiapan generasi muda menghadapi dunia kerja dan membuka peluang usaha baru (Bahtia, Munawar, & Sakti, 2025).
Pendidikan menengah baik SMA maupun SMK juga membangun keterampilan sosial jangka panjang, seperti kerja sama, berpikir kritis, dan kreativitas. Di Sukabumi, dampaknya terlihat dari meningkatnya keterlibatan generasi muda dalam kegiatan komunitas, pelatihan kewirausahaan, dan ekonomi kreatif (Irhas, Hadi, & Patty, 2025).
Selain itu, pendidikan turut memperkuat modal sosial masyarakat. Kepercayaan antarwarga, kerja sama lintas generasi, hingga hubungan dengan pemerintah dan LSM menjadi lebih solid. Jaringan sosial ini membantu generasi muda mengakses informasi, sumber daya, dan peluang ekonomi secara berkelanjutan (Syarifuddin, 2025).
Peningkatan Kualitas SDM dan Peluang Kerja
Program wajib belajar 12 tahun terbukti meningkatkan kualitas SDM di Sukabumi. Lulusan SMA dan SMK umumnya memiliki keterampilan komunikasi, penguasaan teknologi, dan kemampuan kerja tim yang baik modal penting untuk masuk ke sektor formal maupun informal. Pendidikan menengah juga membuat tenaga kerja lebih adaptif terhadap perubahan ekonomi dan digitalisasi (Nugroho & Yuliani, 2022).
Pengalaman negara-negara Eropa menunjukkan bahwa pendidikan vokasional yang menggabungkan teori dan praktik mampu mempercepat transisi siswa ke dunia kerja dan meningkatkan stabilitas penghasilan jangka panjang (Giotis, Gogas, & Gouda, 2025). Hal ini menguatkan pentingnya pembelajaran praktik di sekolah, termasuk proyek kewirausahaan dan kegiatan ekstrakurikuler.
Lulusan SMK cenderung memiliki produktivitas lebih tinggi karena keterampilannya sesuai kebutuhan industri (Mahendra & Putri, 2023). Di Sukabumi, tenaga kerja terampil ini berkontribusi besar dalam memperkuat sektor ritel, industri kecil, perbankan, hingga usaha kreatif berbasis digital. Program wajib belajar 12 tahun, dengan demikian, menjadi motor penggerak produktivitas ekonomi lokal.
Kesimpulan
Program wajib belajar 12 tahun memiliki peran strategis dalam meningkatkan kualitas sumber daya manusia sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi lokal di Sukabumi. Pendidikan menengah, khususnya melalui jalur SMA dan SMK, membekali generasi muda dengan keterampilan praktis, kemampuan adaptasi, serta kesiapan menghadapi perubahan ekonomi dan digital.
Dampaknya tidak hanya dirasakan secara individu melalui peningkatan peluang kerja dan pendapatan, tetapi juga secara kolektif melalui penguatan sektor UMKM, industri kecil, dan ekonomi kreatif. Pendidikan menengah turut membentuk fondasi sosial-ekonomi jangka panjang yang memperkuat partisipasi masyarakat, kewirausahaan, dan solidaritas komunitas.
Dengan demikian, program wajib belajar 12 tahun dapat dipandang sebagai investasi jangka panjang yang krusial. Bukan hanya memperluas akses pendidikan, tetapi juga meningkatkan kesejahteraan, produktivitas ekonomi, dan kualitas hidup masyarakat Sukabumi secara berkelanjutan.
DAFTAR PUSTAKA
- Bahtia, M., Munawar, A., & Sakti, A. (2025). The Influence of Education Level, Unemployment Rate, and Health Level on Economic Growth and Poverty Rate in Indonesia from 2010 to 2023. Jurnal Indonesia Sosial Sains (JISS), 6(5), 112–125. https://doi.org/10.59141/jiss.v6i5.1703
- Mahendra, R., & Putri, A. (2023). The Impact of Indonesia’s Decentralized Education on Vocational Skills and Economic Improvement of Students. Jurnal Pendidikan Vokasi, 13(3), 211–223. https://doi.org/10.21831/jpv.v13i3.68026
- Nugroho, B., & Yuliani, S. (2022). Educational Progress as A Booster of Economic Growth in Indonesia: A systematic review. Equity: Journal of Economic Development, 6(1), 35–48. https://doi.org/10.33019/equity.v10i2.116
- Susilo, S., Hayati, R., & Pujiati, A. (2023). The Linkage Among Economic Growth, Education and Health: Empirical Study in Java Island. Jurnal Ekonomi Pembangunan, 24(1), 45–57. https://doi.org/10.23917/jep.v24i1.20194
- Irhas, I., Hadi, H. S., & Patty, E. N. S. (2025). Pentingnya Pendidikan 12 Tahun Desa Jagaraga Kecamatan Kuripan Lombok Barat. Journal of Character Education Society (JCES), 8(1), 105–114. https://doi.org/10.31764/jces.v8i1.29239
- Agustian, D., Amartha, A., & Wardoyo, S. (2024). Tantangan Pendidikan Vokasional dalam Meningkatkan Penyerapan Lulusan SMK di Dunia Industri. Jurnal Studi Guru dan Pembelajaran, 7(3), 1373–1382. https://doi.org/10.30605/jsgp.7.3.2024.501
- Kaloko, N., Sihombing, N., Lubis, S. A., & Tanjung, T. P. R. (2025). Peran Strategis Pendidikan dan Kesehatan dalam Pembangunan Ekonomi: Membangun Human Capital untuk Masa Depan. Pusat Publikasi Ilmu Manajemen, 3(1), 291–298. https://doi.org/10.59603/ppiman.v3i1.707
- Qudsi, H. & Ashar, K. (2025). An Analysis of the Effect of Economic Growth, Education, and Health on Poverty in East Java. Journal of Development Economic and Social Studies. 04(1), pp. 253-265. http://dx.doi.org/10.21776/jdess.2025.04
- Dekawati, I., & Kurnaeti, K. (2023). Life Skill Education Policy Implementation and Vocational Education Extracurricular Management and Its Impact on Student Independence. Jurnal Mimbar Ilmu, 28(3), 394–402. https://doi.org/10.23887/mi.v28i3.67351
- Syarifuddin, D. (2025). Modal Sosial dan Dinamika Pemberdayaan Masyarakat dalam Pembangunan Desa Wisata Berkelanjutan. Paradigma: Jurnal Pariwisata dan Sumber Daya Ekonomi, 6(1), 37–52. https://doi.org/10.53682/jpjsre.v6i1.11660
- Giotis, G., Gogas, T., & Gouda, K. (2025). Education and Employment. Encyclopedia, 5, 85. https://doi.org/10.3390/encyclopedia5020085
- Kriesi, I., & Sander, F. (2024). Academic or Vocational Education? A Comparison of The Long‑term Wage Development of Academic and Vocational Tertiary Degree Holders. Journal for Labour Market Research, 58(10). https://doi.org/10.1186/s12651-024-00368-9
- Susilo, J. H., Affandi, M. I., Tirtana, D., Utomo, I. A., Atmaja, D. S., & Alfiyana, S. (2025). Analisis Tingkat Pendidikan dan Upah Minimum Regional terhadap Kesempatan Kerja di Indonesia. Welfare: Jurnal Ilmu Ekonomi, 6(1). http://jurnal.unsil.ac.id/index.php/welfare
- Pitaloka, S., Juniati, T., Yunanda, T., & Hajar, I. (2023). Pengaruh Capaian Pendidikan terhadap Pilihan Sektor Pekerjaan. Journal of Advances in Accounting, Economics, and Management, 1(1), 1–6. https://economics.pubmedia.id/index.php/aaem
Penulis : Dwinny Nurlani Pratiwi, S1 Ekonomi Pembangunan, Fakultas Ekonomi dan Bisnis, Universitas Muhammadiyah Malang
Editor : Anisa Putri









