Denpasar Festival Jadi Ruang Konsolidasi Publik di Tengah Tekanan Kota Wisata

- Redaksi

Sabtu, 20 Desember 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

 Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara bersama Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa dan Ketua DPRD Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Gede serta Forkopimda Kota Denpasar saat menyalakan api suci sebagai penanda pembukaan Denfest ke-18 di Kawasan Monumen Puputan Badung, Denpasar, Sabtu (20/12). Foto: ist

Walikota Denpasar, I Gusti Ngurah Jaya Negara bersama Wakil Walikota Denpasar, I Kadek Agus Arya Wibawa dan Ketua DPRD Kota Denpasar, I Gusti Ngurah Gede serta Forkopimda Kota Denpasar saat menyalakan api suci sebagai penanda pembukaan Denfest ke-18 di Kawasan Monumen Puputan Badung, Denpasar, Sabtu (20/12). Foto: ist

Denpasar, Sorotnesia.com – Pemerintah Kota Denpasar kembali menggelar Denpasar Festival (Denfest) untuk ke-18 kalinya. Lebih dari sekadar agenda hiburan tahunan, festival ini diarahkan sebagai ruang konsolidasi publik yang menyatukan budaya, ekonomi warga, dan kesadaran ekologis di tengah tekanan Denpasar sebagai kota wisata.

Denfest resmi dibuka pada Sabtu, 20 Desember 2024, di kawasan Catur Muka, Denpasar. Pembukaan ditandai dengan penyalaan api suci oleh Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara bersama Wakil Wali Kota I Kadek Agus Arya Wibawa dan jajaran pimpinan DPRD Kota Denpasar. Festival berlangsung hingga 23 Desember, memanfaatkan ruang-ruang publik di Jalan Gajah Mada, Jalan Veteran, dan Monumen Puputan Badung.

Mengusung tema Mulat Sarira, Hening Jiwa, Eling Rasa, Denfest tahun ini dimaknai sebagai ajakan refleksi kolektif atas arah pembangunan kota. Tema tersebut ditampilkan melalui inaugurasi pembukaan berlatar Monumen Puputan Badung, dengan pertunjukan musik dan tari yang menggabungkan unsur sastra Bali klasik dan tafsir kontemporer.

Sejumlah pejabat dan tokoh masyarakat hadir dalam pembukaan, di antaranya anggota DPD RI Perwakilan Bali Ida Bagus Rai Dharmawijaya Mantra, unsur Forkopimda Kota Denpasar, pimpinan organisasi perangkat daerah, serta perwakilan puri se-Kota Denpasar.

Baca Juga :  Dedikasi Ibu Susilawati Dikenang, KKM 22 UNIBA Banjarnegara Gelar Perpisahan dan Serahkan Hibah Fasilitas TPQ

Wali Kota Denpasar I Gusti Ngurah Jaya Negara mengatakan Denpasar Festival dirancang sebagai ruang temu masyarakat di tengah perubahan wajah kota yang semakin padat dan komersial. Menurut dia, Denfest menjadi medium untuk menjaga keterhubungan warga dengan nilai budaya, sekaligus memberi ruang bagi ekonomi rakyat.

“Denfest bukan hanya festival, tetapi ruang kota yang mempertemukan warga, pelaku UMKM, dan ekspresi budaya dalam satu ekosistem,” kata Jaya Negara.

Ia menambahkan, pada usia ke-18, Denfest diarahkan menjadi model festival yang lebih bertanggung jawab terhadap lingkungan. Pemerintah Kota Denpasar menerapkan konsep zero waste dengan melibatkan 18 komunitas lingkungan. Seluruh sampah yang dihasilkan selama festival dipilah dan diolah langsung di lokasi kegiatan.

Pengelolaan tersebut mencakup pengolahan sampah organik menjadi eco enzyme serta pengepresan sampah plastik. Relawan dari komunitas lingkungan juga dilibatkan untuk mengedukasi pengunjung mengenai pemilahan sampah.

Baca Juga :  Setelah Resmikan Danantara, Pemerintah Luncurkan Bank Emas untuk Perkuat Ekonomi Nasional

“Pengelolaan dilakukan di sumbernya, sehingga beban lingkungan bisa ditekan,” ujar Jaya Negara.

Dari sisi ekonomi, Kepala Dinas Pariwisata Kota Denpasar Luh Putu Ryastiti mengatakan Denfest ke-18 melibatkan 174 pelaku UMKM hasil kurasi. Produk yang ditampilkan meliputi kuliner, kopi, fesyen, kriya, kerajinan logam, hingga produk agro.

Ratusan UMKM tersebut tersebar di tiga zona utama. Kawasan Lapangan Puputan Badung dan Wantilan Museum Bali menjadi pusat pertunjukan dan UMKM kuliner modern. Zona Jalan Gajah Mada difokuskan pada kuliner tradisional, kopi, serta peragaan busana dan parade kreatif. Sementara Jalan Veteran diisi UMKM fesyen, kriya, dan agro.

Selama empat hari penyelenggaraan, Denfest menghadirkan 30 grup musik dan 16 penampilan budaya di dua panggung utama. Menurut Ryastiti, festival ini diharapkan menjadi ruang interaksi yang seimbang antara tradisi dan kreativitas urban.

“Denfest adalah ruang publik. Di sinilah warga kota kembali bertemu, berekspresi, dan menegaskan jati diri Denpasar di tengah arus modernisasi,” kata Ryastiti.

Penulis : Rizka Amalia

Editor : Intan Permata

Follow WhatsApp Channel sorotnesia.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Sabtu, 20 Desember 2025 - 06:19 WIB

Denpasar Festival Jadi Ruang Konsolidasi Publik di Tengah Tekanan Kota Wisata

Berita Terbaru

Opini

Mencari Keseimbangan sebagai Landasan Etika Sosial

Selasa, 23 Des 2025 - 23:30 WIB

Opini

Mengelola Diri Sendiri Sebelum Mengelola Orang Lain

Selasa, 23 Des 2025 - 19:25 WIB

Opini

Membangkitkan Nilai Pancasila bagi Generasi Muda

Selasa, 23 Des 2025 - 19:05 WIB