Pabrik Kopi Dartoyo: Hadirkan Cerita, Suasana Jawa dan Aroma Kopi yang Menggugah

- Redaksi

Kamis, 18 Desember 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Seorang barista tampak meracik kopi di kafe bergaya klasik-modern yang tengah ramai pengunjung, Senin (8/12/2025).  Foto: Pribadi/Aprilia Setiani

Seorang barista tampak meracik kopi di kafe bergaya klasik-modern yang tengah ramai pengunjung, Senin (8/12/2025). Foto: Pribadi/Aprilia Setiani

Bandung, Sorotnesia.com – Di sebuah sudut kota Bandung yang tidak terlalu jauh dari denyut pusat kota, aroma kopi menyeruak pelan, menyambut siapa pun yang melangkah masuk ke Pabrik Kopi Dartoyo.

Sepintas tempat ini tampak seperti kedai kopi pada umumnya. Namun begitu pintu terbuka, kesan itu segera luruh. Di balik cangkir-cangkir kopi yang tersaji, Pabrik Kopi Dartoyo menyimpan cerita lain tentang proses, suasana, dan kedekatan yang hangat.

Kidut, karyawan yang sudah bekerja sejak hari pertama pembukaan, menyambut pengunjung dengan senyum ramah. Lelaki asal Cimahi itu menjadi saksi awal berdirinya tempat ini.

“Saya kerja di sini dari awal opening, sekarang kira-kira sudah sembilan bulan,” ujarnya, sambil sesekali melirik aktivitas di balik bar.

Menurut Kidut, nama Pabrik Kopi Dartoyo bukan sekadar hiasan. Tempat ini sejak awal dirancang sebagai ruang produksi biji kopi. Deretan mesin roasting berdiri kokoh di satu sisi ruangan, seolah menjadi pusat denyut kehidupan tempat ini.

Baca Juga :  Suara yang Pulang ke Langit, Cahaya yang Tinggal di Bumi

Proses sangrai dilakukan secara langsung setiap hari kerja, dari pagi hingga sore. Aktivitas itu tidak ditutup-tutupi, justru diperlihatkan kepada pengunjung sebagai bagian dari pengalaman.

Meski berfokus pada produksi, pengunjung tetap bisa menikmati kopi hasil olahan langsung dari dapur sangrai. Harga yang ditawarkan pun tergolong bersahabat.

Espresso dibanderol mulai belasan ribu rupiah, sementara kopi hitam dan kopi susu berada di kisaran harga yang mudah dijangkau.

“Yang paling banyak dicari biasanya kopi susu Dartoyo,” kata Kidut.

Para pekerja dapur tampak menyiapkan adonan dan memanggang roti di area produksi pastry.  Foto: Pribadi/Aprilia Setiani
Para pekerja dapur tampak menyiapkan adonan dan memanggang roti di area produksi pastry. Foto: Pribadi/Aprilia Setiani

Salmali Jagnisya, barista lain yang baru bekerja sejak Desember, menyebut bahwa ada hal lain yang membuat Pabrik Kopi Dartoyo berbeda.

“Di sini tuh ada roaster sendiri, jadi kopi langsung diambil dari sini. Dan makanannya fokus ke roti. Banyak yang nanya ada nasi nggak, tapi memang konsepnya coffee & bread,” kata Salma.

Untuk harga pastry pun cukup terjangkau, mulai dari Rp15.000 hingga Rp25.000. “Yang paling favorit di pastry sih sodok nambir,” imbuhnya.

Baca Juga :  Dua Jiwa, Satu Lapangan: Perjalanan Silva dan Silvi Menyemai Mimpi di Voli Pasir

Keunikan Pabrik Kopi Dartoyo ternyata juga terasa kuat bagi para pengunjung. Andri, mahasiswa Telkom asal Baleendah, mengaku sudah lima kali datang karena menyukai suasananya.

“Konsepnya Jawa banget. Atap gentengnya, nuansa kayunya, bikin kebayang suasana rumah keluarga saya di Jawa,” katanya.

Selain suasana, ia juga menyoroti aspek harga yang dianggap sangat bersahabat bagi mahasiswa. “Menurut saya ini paling murah untuk ukuran tengah kota. Lokasinya strategis, tapi harganya tetap ramah,” tambahnya.

Para pengunjung tampak menikmati waktu sambil berbincang di area pabrik kecil yang terasa seperti rumah. Foto: Pribadi/Aprilia Setiani
Para pengunjung tampak menikmati waktu sambil berbincang di area pabrik kecil yang terasa seperti rumah. Foto: Pribadi/Aprilia Setiani

Meski baru berdiri kurang dari setahun dan belum memiliki cabang, Pabrik Kopi Dartoyo perlahan menemukan tempatnya di hati warga Bandung. Di tengah persaingan industri kopi yang kian padat, tempat ini hadir tidak sekadar menjual minuman, tetapi membuka proses, menghadirkan cerita, dan menciptakan ruang yang terasa akrab. Sebuah pabrik kecil yang menawarkan pengalaman, sekaligus rasa pulang.


Penulis : Aprilia Setiani | Mahasiswa Ilmu Komunikasi Jurnalistik

Editor : Fadli Akbar

Follow WhatsApp Channel sorotnesia.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Langkah Besar yang Mengantar Raisya Rabiah Jadi Duta Favorit
Suara yang Pulang ke Langit, Cahaya yang Tinggal di Bumi
Menelisik Perjalanan Anak Muda Bandung, Menemukan Jati Diri hingga ke Negeri Sakura
Dua Jiwa, Satu Lapangan: Perjalanan Silva dan Silvi Menyemai Mimpi di Voli Pasir
Muncratnya Bakso, Mengalirnya Cerita di Tepi Sungai
Menyusuri Rasa di Cibiru Melalui Surabi Legendaris
“Luwes, Ikhlas, Sabar”: Kisah Pak Asep, Satpam Ma’had UIN Bandung yang Ramah dan Selalu Tersenyum

Berita Terkait

Jumat, 19 Desember 2025 - 14:25 WIB

Langkah Besar yang Mengantar Raisya Rabiah Jadi Duta Favorit

Jumat, 19 Desember 2025 - 12:31 WIB

Suara yang Pulang ke Langit, Cahaya yang Tinggal di Bumi

Jumat, 19 Desember 2025 - 12:06 WIB

Menelisik Perjalanan Anak Muda Bandung, Menemukan Jati Diri hingga ke Negeri Sakura

Jumat, 19 Desember 2025 - 10:00 WIB

Dua Jiwa, Satu Lapangan: Perjalanan Silva dan Silvi Menyemai Mimpi di Voli Pasir

Jumat, 19 Desember 2025 - 08:56 WIB

Muncratnya Bakso, Mengalirnya Cerita di Tepi Sungai

Berita Terbaru

Opini

Mencari Keseimbangan sebagai Landasan Etika Sosial

Selasa, 23 Des 2025 - 23:30 WIB

Opini

Mengelola Diri Sendiri Sebelum Mengelola Orang Lain

Selasa, 23 Des 2025 - 19:25 WIB

Opini

Membangkitkan Nilai Pancasila bagi Generasi Muda

Selasa, 23 Des 2025 - 19:05 WIB