Mahasiswa UNS kembangkan pengelolaan sampah rumah tangga dengan larva Black Soldier Fly (BSF) di Desa Libo Jaya, Siak. Sampah diolah menjadi pupuk organik cair (POC) yang ramah lingkungan, mendukung pertanian berkelanjutan, dan mengurangi ketergantungan pupuk kimia.
Riau, Sorotnesia.com – Mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) yang tergabung dalam program KKN Membangun Desa Hibah MBKM berhasil menginisiasi inovasi pengelolaan sampah organik rumah tangga menjadi pupuk organik cair (POC) dengan bantuan larva Black Soldier Fly (BSF) atau lalat tentara hitam di Desa Libo Jaya, Kecamatan Kandis, Kabupaten Siak, Riau.
Program ini merupakan respons terhadap masalah lingkungan yang cukup krusial di desa tersebut. Sampah rumah tangga, seperti sisa makanan, sayuran, dan buah-buahan, selama ini belum dimanfaatkan dengan baik dan cenderung mencemari lingkungan sekitar.
Di sisi lain, praktik pertanian di Desa Libo Jaya masih bergantung pada penggunaan pupuk kimia yang intensif, yang dapat merusak kesuburan tanah dalam jangka panjang.
Kegiatan ini dirancang untuk menjawab dua tantangan utama: pengelolaan limbah organik dan ketergantungan terhadap pupuk kimia. Potensi besar dari pemanfaatan larva BSF sebagai dekomposer sampah organik.
Selain mampu mempercepat proses penguraian, larva ini menghasilkan residu berkualitas tinggi yang bisa dimanfaatkan sebagai pupuk.
Larva BSF dikenal memiliki kemampuan menguraikan limbah organik dengan efisiensi tinggi. Selain menghasilkan residu padat, proses dekomposisi oleh larva ini juga menghasilkan air lindi yang kaya nutrisi dan dapat digunakan langsung sebagai pupuk cair.
Empat Tahap Program Pengabdian
Kegiatan pengabdian masyarakat ini dilaksanakan dalam empat tahap utama:
- Sosialisasi Pengelolaan Sampah Organik
Sosialisasi dilaksanakan pada 26 April 2025 di KUD Libo Jaya. Masyarakat diperkenalkan pada dampak negatif dari limbah organik rumah tangga dan potensi pengelolaannya menjadi pupuk alami. - Pendampingan Budidaya Larva BSF
Pada 10 Mei 2025, tim KKN memberikan pelatihan mengenai budidaya larva BSF, mulai dari siklus hidup, sumber makanan, hingga pembangunan rumah BSF lengkap dengan insect net. Sampah organik berupa buah busuk digunakan sebagai trapping agent untuk menarik lalat BSF agar bertelur. - Pelatihan Pembuatan Pupuk Organik Cair
Dilaksanakan pada 3 Mei 2025, pelatihan ini memperkenalkan proses pembuatan POC dari hasil dekomposisi sampah rumah tangga dalam ember yang ditempatkan di rumah budidaya BSF. Pemanenan POC dilakukan dua minggu sekali, menghasilkan sekitar 6 liter per ember. - Aplikasi dan Uji Coba di Lahan Hortikultura
Aplikasi pupuk dilakukan di lahan warga dengan komoditas utama jagung dan cabai pada 31 Mei 2025. Campuran POC dan air (100 ml POC : 2 L air) digunakan untuk menyuburkan tanaman. Demplot percobaan juga dibuat untuk mengukur efektivitas pupuk.

Melalui proses pemanenan yang dilakukan secara rutin, setiap instalasi rumah BSF yang terdiri dari 6 ember ukuran 25 liter mampu menghasilkan hingga 36 liter POC setiap dua minggu. Sebelum digunakan, POC dijemur satu hari penuh guna mematikan patogen berbahaya dan meningkatkan kualitasnya.

Selain itu, masyarakat juga diperkenalkan pada cara aplikasi POC yang tepat agar tidak merusak tanaman. Demplot percobaan menunjukkan adanya perbedaan signifikan pada pertumbuhan tanaman yang diberi POC dibandingkan kontrol tanpa pupuk.
“Program ini membuka wawasan kami. Dulu sampah rumah tangga hanya dibuang begitu saja. Sekarang kami tahu bisa diubah jadi pupuk dan mengurangi beli pupuk kimia,” ujar salah satu warga Libo Jaya.
Pemanfaatan larva BSF sebagai agen pengurai alami memberikan dampak positif tidak hanya pada lingkungan tetapi juga pada ekonomi warga. Dengan menekan penggunaan pupuk kimia dan memanfaatkan limbah rumah tangga sebagai sumber daya, petani plasma bisa lebih hemat biaya dan lebih mandiri dalam praktik pertanian.
“Ini bukan sekadar proyek jangka pendek. Kami berharap kegiatan ini bisa terus berlanjut dan dikembangkan secara mandiri oleh masyarakat Libo Jaya,” terang tim MBKM UNS.
Program ini menandai langkah nyata mahasiswa dalam mendukung pertanian berkelanjutan di tingkat desa. Kegiatan sosialisasi, pelatihan, hingga aplikasi nyata di lahan hortikultura membuktikan bahwa pendekatan terpadu dalam pengelolaan limbah dapat membawa manfaat besar bagi masyarakat.
Tim KKN berharap bahwa inisiatif ini bisa menjadi model yang diadopsi oleh desa-desa lain di Riau maupun wilayah Indonesia lainnya.
Program ini terlaksana berkat dukungan dari UPPKN Universitas Sebelas Maret yang memberikan pendanaan, serta kerja sama dan sambutan hangat dari pemerintah dan masyarakat Desa Libo Jaya.
Penulis : Tim Hibah MBKM UNS Libo Jaya, Riau
Editor : Anisa Putri