Pancasila bukan sekadar dasar negara yang dihafalkan, melainkan nilai yang seharusnya hidup dalam praktik keseharian warga. Dalam konteks ini, mahasiswa memegang peran strategis sebagai kelompok terdidik yang memiliki akses pada pengetahuan, daya kritis, dan jejaring sosial.
Peran tersebut tidak berhenti pada level nasional, tetapi justru menemukan relevansinya di tingkat daerah, termasuk di Kabupaten Musi Rawas yang memiliki keragaman sosial, budaya, dan ekonomi.
Musi Rawas mencerminkan wajah Indonesia dalam skala lokal. Masyarakatnya hidup dengan latar belakang yang beragam, sementara tantangan pembangunan masih hadir dalam bentuk kesenjangan pendidikan, persoalan lingkungan, serta keterbatasan akses kesejahteraan.
Dalam situasi seperti ini, mahasiswa dituntut menjadi jembatan antara gagasan ideal yang dipelajari di bangku kuliah dan realitas yang dihadapi masyarakat. Kehadiran mahasiswa di tengah warga bukan untuk menggurui, melainkan untuk mendengar, memahami, dan bersama-sama mencari jalan keluar.
Nilai-nilai Pancasila sejatinya masih tumbuh dalam kehidupan masyarakat Musi Rawas, terutama melalui praktik gotong royong dan musyawarah. Kerja bakti, pertemuan warga, dan rembuk desa menjadi ruang sosial yang sarat makna kebersamaan.
Keterlibatan mahasiswa dalam ruang-ruang tersebut penting, tidak hanya sebagai bentuk kontribusi tenaga dan pikiran, tetapi juga sebagai proses pembelajaran sosial. Dari sana, mahasiswa dapat membaca persoalan secara lebih jernih dan menawarkan gagasan yang relevan dengan kebutuhan warga.
Selain terlibat secara sosial, mahasiswa juga memiliki tanggung jawab moral untuk bersikap kritis terhadap berbagai persoalan daerah. Kritik terhadap kebijakan pendidikan, pengelolaan lingkungan, maupun pelayanan publik merupakan bagian dari kontrol sosial yang sehat.
Namun, sikap kritis tersebut harus disampaikan dengan etika dialog dan semangat musyawarah. Kritik yang disampaikan secara santun dan berbasis data akan lebih mudah diterima serta berpeluang menghasilkan solusi bersama, bukan konflik.
Ketika mahasiswa konsisten mengamalkan nilai Pancasila dalam tindakan nyata, mereka tidak hanya dikenal karena kapasitas intelektualnya, tetapi juga karena integritas sosialnya. Sikap peduli, tanggung jawab, toleransi, dan penghormatan terhadap keberagaman menjadikan mahasiswa teladan di tengah masyarakat. Inilah wujud konkret peran mahasiswa sebagai agen perubahan yang berakar pada nilai kebangsaan.
Dengan demikian, menjaga Pancasila di daerah bukan tugas abstrak, melainkan kerja nyata yang membutuhkan kehadiran, keteladanan, dan keberanian moral. Mahasiswa memiliki posisi penting untuk memastikan nilai-nilai tersebut tetap hidup, relevan, dan membumi dalam kehidupan masyarakat Musi Rawas dan daerah-daerah lainnya di Indonesia.
Penulis : Muhammad Saiful Irshad | Institut Tekonologi Muhammadiyah Sumatera
Editor : Fadli Akbar









