TikTok Shop, Shopee, Hingga Instagram: Arena Pertarungan UMKM Kreatif

- Jurnalis

Kamis, 16 Oktober 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Persaingan UMKM kreatif kini tak lagi hanya di pasar konvensional, melainkan juga di ruang digital. Shopee, TikTok Shop, dan Instagram menjadi medan tempur baru tempat strategi, kreativitas, dan kemampuan beradaptasi menentukan siapa yang bertahan dan berjaya di era ekonomi digital.

Persaingan UMKM kreatif kini tak lagi hanya di pasar konvensional, melainkan juga di ruang digital. Shopee, TikTok Shop, dan Instagram menjadi medan tempur baru tempat strategi, kreativitas, dan kemampuan beradaptasi menentukan siapa yang bertahan dan berjaya di era ekonomi digital.

Di tengah derasnya arus digital yang kian menguasai kehidupan masyarakat Indonesia, pelaku usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) kreatif kini menghadapi babak baru dalam perjuangan mereka. Tidak cukup lagi sekadar menghasilkan produk berkualitas; mereka juga harus piawai memilih arena digital tempat produk itu dijual.

Platform seperti Shopee, TikTok Shop, dan Instagram kini menjadi gelanggang utama di mana kreativitas dan strategi digital saling berpacu. Persaingan bukan lagi tentang siapa yang paling cepat hadir, melainkan siapa yang paling lihai menari di antara algoritma, video pendek, dan interaksi media sosial yang terus berubah.

Survei Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia (APJII) 2025 menunjukkan dominasi Shopee sebagai platform e-commerce paling sering diakses masyarakat, dengan pangsa 53,22%, naik dari 41,65% pada 2024. Sementara itu, TikTok Shop mencatat lonjakan pesat dari 12,20% pada 2024 menjadi 27,37% pada 2025.

Instagram, bersama Facebook dan TikTok sebagai platform media sosial, juga berperan penting dalam strategi penjualan sekitar 56,3% UMKM menurut riset INDEF. Menariknya, jumlah UMKM yang menjual produk melalui media sosial kini hampir menyaingi mereka yang bergantung pada marketplace tradisional.

Bank Indonesia mencatat nilai transaksi e-commerce hingga Juli 2025 mencapai Rp44,4 triliun, tumbuh 6,41% (mtm) dan 2,32% (yoy). Volume transaksi mencapai 466,93 juta, meningkat 16,89% dibanding tahun sebelumnya. Angka-angka tersebut menegaskan bahwa pasar digital terus berkembang pesat, dan UMKM kreatif menjadi salah satu penggerak utamanya.

Namun di balik gemerlap statistik itu, ada tantangan besar yang mengintai. Tidak semua pelaku UMKM memiliki literasi digital yang memadai. Banyak di antara mereka yang belum memahami bagaimana memanfaatkan fitur live shopping, algoritma rekomendasi, atau teknik konten visual agar produknya mendapat sorotan.

Baca Juga :  Game sebagai Diplomasi Budaya: Cara Baru Indonesia Menyapa Dunia

Masih ada pula yang kesulitan mengemas produk secara menarik atau berinteraksi dengan konsumen di dunia maya. Di era ketika satu video bisa viral dalam hitungan jam, banyak usaha lain justru tenggelam di tengah lautan konten serupa.

Shopee tetap menjadi primadona di mata UMKM. Riset Ipsos 2025 menunjukkan 66% responden menempatkan Shopee sebagai platform “Top of Mind”, sementara 70% pelaku usaha mengandalkannya sebagai kanal utama bisnis.

Fitur seperti Shopee Live dan Shopee Video menjadi senjata efektif meningkatkan penjualan. Lebih dari sekadar transaksi, Shopee berhasil membangun ekosistem yang menumbuhkan rasa percaya, terutama bagi pelaku UMKM yang baru merintis.

TikTok Shop menandai era baru social commerce. Dengan format video pendek dan fitur live streaming yang interaktif, TikTok mengubah hiburan menjadi peluang bisnis nyata. APJII mencatat 27,37% pengguna internet aktif mengakses TikTok Shop pada 2025.

Kekuatan utama platform ini terletak pada kemampuan menciptakan keterlibatan (engagement) tinggi, terutama di kalangan Gen Z dan milenial. Produk yang memiliki nilai estetika dan konsep kreatif berpotensi viral dan laris dalam waktu singkat. Namun, daya tarik itu juga membawa konsekuensi: biaya promosi meningkat, persaingan konten makin ketat, dan konsistensi produksi menjadi tantangan tersendiri.

Sementara itu, Instagram tetap menjadi ruang utama bagi mereka yang ingin menonjolkan citra dan identitas visual. Platform ini bukan sekadar tempat berjualan, melainkan panggung untuk bercerita tentang merek dan filosofi di balik produk. Melalui Reels, Stories, dan fitur belanja, pelaku UMKM dapat menanamkan nilai estetika sekaligus membangun loyalitas pelanggan.

Baca Juga :  AI dan Mahasiswa : Antara Malaise Intelektual dan Kebingungan Ilmu

Walau kontribusinya terhadap volume transaksi tidak sebesar Shopee atau TikTok Shop, Instagram menjadi simbol prestise dan profesionalisme di mata konsumen yang menghargai keindahan dan narasi merek.

Pertarungan ini menuntut lebih dari sekadar kehadiran. Pelaku UMKM perlu memahami kekuatan masing-masing platform dan menyesuaikan strategi. Shopee unggul dalam logistik dan skala pasar; TikTok Shop dalam interaksi dan daya viral; sementara Instagram berfungsi sebagai fondasi citra dan keindahan visual.

Kombinasi ketiganya dapat menjadi strategi ampuh Shopee untuk transaksi besar, TikTok untuk menjaring perhatian publik, dan Instagram untuk memperkuat identitas merek.

Selain itu, pelaku UMKM perlu meningkatkan kemampuan membuat konten visual yang relevan dan konsisten. Foto dan video produk harus dikemas secara profesional, disertai narasi yang mampu membangun kedekatan emosional dengan konsumen.

Partisipasi dalam kampanye promosi besar seperti “Shopee Big Sale” atau “Ramadan Sale” juga terbukti mendongkrak penjualan. Namun, mereka tetap harus cermat menjaga margin keuntungan dengan memperhitungkan biaya promosi, ongkos kirim, dan potongan dari platform.

Pertarungan di arena TikTok Shop, Shopee, dan Instagram bukan hanya tentang siapa yang lebih cepat beradaptasi, tetapi siapa yang mampu bertahan dengan strategi dan konsistensi. Di dunia digital yang bergerak secepat cahaya, keberhasilan tidak lagi ditentukan oleh ukuran modal, melainkan oleh keberanian untuk berinovasi dan belajar terus-menerus.

UMKM kreatif Indonesia punya peluang emas di hadapan mereka. Asal berani menari di tengah algoritma, menjaga kualitas produk, dan terus mengasah kemampuan digital, mereka bukan hanya bisa bertahan tetapi juga memimpin perubahan dalam ekosistem ekonomi digital nasional.


Penulis : Inna Khoridatul Bahiyah / Mahasiswa Program Studi Magister Ekonomi Syariah / Universitas Islam Negeri K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Editor : Anisa Putri

Follow WhatsApp Channel sorotnesia.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Sinergi Fintech Syariah dan Ekonomi Kreatif: Jalan Baru Ekonomi Berkeadilan
Game sebagai Diplomasi Budaya: Cara Baru Indonesia Menyapa Dunia
Kriya Indonesia Sub Sektor Ekonomi Kreatif Potensial Penopang Perekonomian Nasional
Pentingnya Manajemen Kas terhadap Usaha UMKM dengan Owner Gen Z
Detektif Geometri: Memecahkan Misteri Bangun Ruang dengan GeoGebra
Saatnya Berubah: Menepis Stigma Kekerasan di Madura
Sarjana Muslim di Tengah Tantangan Dunia Kerja
Islam dan Luka Ekologis: Menimbang Kembali Etika Pertambangan dalam Perspektif Syariat

Berita Terkait

Kamis, 16 Oktober 2025 - 11:42 WIB

TikTok Shop, Shopee, Hingga Instagram: Arena Pertarungan UMKM Kreatif

Selasa, 14 Oktober 2025 - 17:05 WIB

Sinergi Fintech Syariah dan Ekonomi Kreatif: Jalan Baru Ekonomi Berkeadilan

Selasa, 14 Oktober 2025 - 14:06 WIB

Game sebagai Diplomasi Budaya: Cara Baru Indonesia Menyapa Dunia

Jumat, 10 Oktober 2025 - 09:04 WIB

Kriya Indonesia Sub Sektor Ekonomi Kreatif Potensial Penopang Perekonomian Nasional

Kamis, 21 Agustus 2025 - 17:14 WIB

Pentingnya Manajemen Kas terhadap Usaha UMKM dengan Owner Gen Z

Berita Terbaru