Publik figur selalu menjadi fenomena yang menarik di mana pun mereka berada. Mereka menjadi pusat perhatian, dan sikap mereka bisa menjadi teladan bagi masyarakat, terutama bagi generasi muda yang seringkali meniru perilaku mereka. Kehidupan publik figur tidak pernah lepas dari sorotan, sehingga mereka selalu menjadi bahan perbincangan—baik atau buruk—di kalangan masyarakat.
Seorang tokoh publik secara sukarela menempatkan dirinya di mata publik. Seorang publik figur adalah individu yang kehidupannya menjadi konsumsi publik. Dengan memilih untuk tampil di depan umum, seorang publik figur harus siap mengorbankan sebagian hak privasinya.
Ini bisa berupa seorang politikus, selebritas, atau siapa pun yang telah memutuskan untuk menjadikan hidup mereka seperti buku terbuka. Oleh karena itu, mereka juga harus siap menerima segala konsekuensi yang muncul, baik yang positif maupun yang negatif.
Di tengah-tengah masyarakat, publik figur seringkali dijadikan idola. Penggemar yang begitu antusias terkadang merasa sangat histeris jika bertemu langsung dengan sosok yang mereka kagumi. Di kalangan remaja, misalnya, figur seperti Ariel Peterpan, Luna Maya, atau Cut Tari menjadi contoh yang sangat mungkin dijadikan idola.
Begitu juga dalam dunia politik, sejumlah politisi seperti Ruhut Sitompul dan Andi Mallarangeng telah memposisikan diri sebagai publik figur. Gaya berbicara mereka yang khas mampu menarik perhatian dan memiliki tempat khusus di hati masing-masing basis konstituen.
Saat ini, banyak anak muda berlomba-lomba ingin menjadi publik figur. Namun, menjadi seorang publik figur bukanlah perkara mudah. Tidak hanya sekadar menampakkan diri di depan masyarakat, tetapi juga harus menjaga tutur kata dan perilaku.
Setiap kalimat yang keluar dari seorang publik figur bisa menjadi acuan pendapat orang lain, baik sebagai inspirasi maupun motivasi. Oleh karena itu, tidak jarang potongan kalimat mereka digunakan sebagai dasar untuk berdebat atau beropini. Sebagai tokoh publik, penting bagi mereka untuk menularkan semangat positif dan menyuarakan kebenaran yang berlandaskan nilai agama dan budi pekerti.
Pernyataan yang tidak bijaksana atau opini yang negatif dapat merusak pandangan dan pemikiran generasi muda yang mengidolakan mereka. Dalam sebuah artikel yang ditulis oleh Dosen Ilmu Komunikasi Universitas Mulawarman, dijelaskan bahwa berbicara di depan publik merupakan sebuah proses yang melibatkan pengolahan dan penyampaian pesan dengan tepat, agar pesan tersebut dapat diterima, dipahami, dan diikuti oleh audiens. Oleh karena itu, seorang publik figur harus bijak dalam memilih elemen komunikasi yang tepat, dengan segenap integritas, rasa hormat, dan martabat.
Namun, tidak jarang moralitas publik figur dapat terancam, seperti yang terjadi baru-baru ini dengan seorang pendakwah yang mendapat kecaman karena perkataannya yang tidak pantas terhadap seorang pedagang es teh. Kasus semacam ini menunjukkan betapa mudahnya moralitas publik figur dihancurkan, bahkan jika mereka sudah memiliki popularitas yang tinggi.
Sebaliknya, publik figur juga dapat meraih manfaat dari eksistensi mereka dalam masyarakat. Beberapa publik figur berperan sebagai pelayan masyarakat, memberikan pengabdian tanpa pamrih untuk kemanusiaan yang lebih baik. Sementara itu, yang lainnya terlibat dalam aktivitas ekonomi untuk mendapatkan keuntungan, atau memperoleh legitimasi kekuasaan dengan mengumpulkan suara dan loyalitas yang semakin besar.
Sebagai publik, kita sering dibombardir dengan berbagai informasi dan “ide jualan” dari para publik figur melalui berbagai media. Oleh karena itu, kita perlu menjaga pola pikir kritis sebagai filter yang menyaring informasi dan mencegah diri kita dari dampak negatif, baik secara mental maupun sosial. Bahkan lebih baik jika kita bisa memberikan umpan balik yang konstruktif kepada publik figur agar mereka dapat lebih produktif dan berperan secara positif dalam masyarakat.
Adalah hal yang wajar jika seorang publik figur mendapatkan keuntungan ekonomi, legitimasi publik, ketenaran, dan berbagai manfaat lainnya dari eksistensinya. Namun, mereka harus menyadari bahwa moralitas mereka juga menjadi cerminan bagi bangsa.
Jika seorang publik figur berperilaku buruk, nama bangsa pun bisa tercemar. Oleh karena itu, perilaku mereka memiliki dampak yang besar, terutama jika mereka mampu membawa perubahan yang lebih baik bagi masyarakat.
Di zaman sekarang, cara berpakaian, gaya hidup, dan kepribadian seorang publik figur sering diikuti oleh generasi muda. Mereka menjadi trendsetter yang memiliki pengaruh besar. Oleh sebab itu, para publik figur harus sadar bahwa mereka menjadi panutan, dan mereka perlu mencerminkan hal-hal yang berdampak positif.
Memiliki sikap positif dan attitude yang baik sangat penting, mengingat banyak publik figur yang memilih untuk melakukan hal-hal kontroversial demi keuntungan semata. Kita sebagai masyarakat harus pandai memilih contoh yang baik dan menghindari perilaku yang merugikan diri sendiri maupun orang lain.
Pada akhirnya, meskipun publik figur sering dihadapkan pada tuntutan moral yang tinggi, kita sebagai masyarakat yang menentukan apakah mereka berperilaku baik atau buruk. Kita juga harus bijak dalam menilai dan mengambil contoh dari perilaku mereka.
Penulis : Maulidiah Syakila / Universitas Dharmas Indonesia
Editor : Anisa Putri