Kedelai bukan sekadar bahan tahu dan tempe komoditas ini kini punya potensi besar jadi bintang baru di pasar global. Tren konsumsi kedelai di Indonesia meningkat tajam sejak 2015. Ada dua alasan utama di balik lonjakan ini.
Pertama, pandemi COVID-19 bikin banyak orang beralih ke protein nabati seperti tahu dan tempe yang lebih terjangkau dibanding daging. Kedua, gaya hidup sehat dan vegetarian yang makin populer di kalangan anak muda serta kelas menengah juga ikut mendorong permintaan produk berbasis kedelai.
Namun, upaya Indonesia untuk meningkatkan produksi kedelai lokal masih belum maksimal. Di sinilah agroindustri berperan penting. Bukan cuma mengolah biji kedelai jadi produk siap konsumsi, tapi juga memperbaiki seluruh rantai produksinya dari cara budidaya, proses pascapanen, pengolahan, hingga pemasaran. Sekarang, produk olahan kedelai nggak cuma tahu dan tempe aja, tapi juga ada susu nabati, saus fermentasi, dan isolat protein yang mulai dilirik pasar ekspor.
Tren global terhadap makanan berbasis nabati (plant-based) dan fungsional lagi naik daun. Ini jadi peluang besar bagi produk kedelai Indonesia untuk menembus pasar Jepang, Korea, Eropa, hingga Amerika Serikat. Apalagi, produk fermentasi seperti tempe punya keunikan budaya dan nilai gizi tinggi yang sulit ditandingi.
Tapi, perjalanan menuju pasar dunia nggak semudah itu. Tantangan terbesar ada di mutu dan ketersediaan bahan baku. Pengendalian mutu mulai dari varietas unggul, pengendalian hama, waktu panen yang tepat, sampai penanganan pascapanen harus benar-benar diperhatikan. Di sisi pengolahan, proses fermentasi, kebersihan, pengemasan, dan fortifikasi gizi juga wajib sesuai standar internasional.
Pemerintah pun perlu fokus pada lima hal penting untuk memperkuat produksi kedelai nasional: perluasan lahan tanam, peningkatan produktivitas, stabilitas hasil, pengurangan kesenjangan hasil, dan minimisasi kehilangan pascapanen. Dengan strategi yang tepat, kedelai lokal bukan cuma bisa mandiri, tapi juga berdaya saing tinggi di pasar global.
Agroindustri jelas jadi penggerak utama transformasi ini. Kalau rantai produksinya kuat dan efisien, bukan mustahil kedelai Indonesia bakal jadi ikon pangan masa depan yang sehat, berkelanjutan, dan mendunia.
Refrensi :
- Kharisma, B. 2018. Determinan Produksi Kedelai di Indonesia dan Implikasi Kebijakannya. E-Jurnal ekonomi dan bisnis Universitas Udayana. Vol. 7(3): 679-710.
- Permana, F., Karim, A. R., dan Hidayat, P. 2024. Produksi dan Impor Kedelai di Indonesia: Systematic Literature Review. Jurnal Ilmu Pertanian. Vol. 8(1): 41-49.
Penulis : Wulan Vanezia | Mahasiswi Jurusan Teknologi Pangan | Universitas Sultan Ageng Tirtayasa
Editor : Anisa Putri