Boyolali, Sorornesia.com – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Sebelas Maret (UNS) Surakarta, Tim 29, menggelar program pelatihan bertajuk “English for Daily Life” pada Minggu 27 Juli 2025. Program ini difokuskan untuk meningkatkan keterampilan komunikasi dasar dalam bahasa Inggris bagi anggota Forum Komunitas Difabel Boyolali, dengan tujuan menunjang aktivitas sehari-hari sekaligus membuka peluang kerja di masa depan.
Pelatihan tersebut dikemas dengan metode sederhana, interaktif, dan menyenangkan. Peserta diajak mempelajari materi praktis, mulai dari perkenalan diri, percakapan sehari-hari, hingga kosakata umum yang sering digunakan. Untuk memperkuat pemahaman, fasilitator menghadirkan simulasi situasi nyata, seperti berbelanja, memesan makanan, hingga berinteraksi dengan orang asing.
Koordinator kegiatan, Flanela Ramadhani Rahma Saputri, menegaskan bahwa pelatihan ini diharapkan mampu meningkatkan rasa percaya diri peserta dalam berkomunikasi.
“Bahasa Inggris merupakan keterampilan penting di era global saat ini. Melalui pelatihan ini, kami berharap anggota komunitas difabel bisa lebih percaya diri untuk berkomunikasi serta memiliki keterampilan tambahan yang bermanfaat dalam kehidupan maupun pekerjaan,” jelas Flanela.
Antusiasme peserta terlihat sejak awal kegiatan. Banyak di antara mereka berani mencoba berbicara dalam bahasa Inggris meskipun masih sederhana. Suasana kelas yang inklusif, ramah, dan sesuai dengan kebutuhan peserta membuat proses pembelajaran berjalan lancar. Para pendamping komunitas pun turut memberi dukungan agar pelatihan bisa benar-benar bermanfaat bagi kehidupan sehari-hari para anggota.

Kegiatan ini juga menjadi momentum penting bagi Forum Komunitas Difabel Boyolali. Partisipasi aktif terlihat dari keterlibatan anggota yang mengikuti seluruh rangkaian, mulai dari pemaparan materi hingga praktik langsung dalam bentuk dialog dan permainan bahasa.
Ke depan, program “English for Daily Life” direncanakan berlanjut dengan materi yang lebih mendalam. Tim KKN UNS berharap adanya kelas rutin dan kerja sama dengan berbagai pihak, baik pemerintah daerah, lembaga pendidikan, maupun sektor swasta, untuk memperluas akses pendidikan nonformal bagi komunitas difabel.
Harapan besar juga datang dari Forum Komunitas Difabel Boyolali. Mereka menginginkan dukungan yang berkesinambungan agar program ini tidak hanya berhenti pada keterampilan dasar, tetapi berkembang ke tingkat lanjut, khususnya yang relevan dengan dunia kerja.
“Kami berharap ada perhatian lebih dari pemerintah daerah maupun pihak swasta agar kegiatan ini bisa terus berlanjut. Dengan begitu, anggota komunitas difabel dapat semakin mandiri, percaya diri, dan punya peluang lebih besar untuk berperan aktif di masyarakat,” ungkap salah satu perwakilan forum.
Melalui pelatihan ini, KKN UNS Tim 29 membuktikan bahwa akses pendidikan dan pengembangan keterampilan bagi penyandang disabilitas sangat penting untuk mewujudkan masyarakat yang lebih inklusif.
Penulis : KKN 29 UNS
Editor : Anisa Putri