Mahasiswa Kampus Mengajar 8 dari berbagai universitas melaksanakan Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SDN Kendalrejo Surakarta untuk meningkatkan minat baca siswa kelas 4 hingga 6. Melalui berbagai aktivitas menarik dan jurnaling bacaan, mereka mengajak siswa mengenal buku lebih dekat.
Surakarta, Sorotnesia.com – Dalam upaya menanamkan minat baca yang kuat pada anak-anak, lima mahasiswa dari Kampus Mengajar 8 – Muhammad Nizar Ardhani, Evina Cahyani Budiaji, Yordan Aryaputra, Candra Oktavia, dan Venlisia – menggelar Gerakan Literasi Sekolah (GLS) di SDN Kendalrejo, Surakarta. Program ini bertujuan untuk meningkatkan pemahaman literasi siswa kelas 4 hingga 6 serta membangun kebiasaan membaca yang berkelanjutan.
“Proses sosialisasi dilakukan melalui pertemuan kelas, kami menjelaskan tujuan dan manfaat GLS,” jelas Muhammad Nizar, mahasiswa Pendidikan Fisika Universitas Sebelas Maret (UNS). Dalam sosialisasi ini, tim menggunakan metode interaktif, memperkenalkan buku-buku cerita, dan berdiskusi tentang tokoh-tokoh cerita favorit siswa.

Menurut Evina Cahyani Budiaji, mahasiswa Sosiologi UNS, pemilihan siswa kelas 4 hingga 6 sebagai target utama bukan tanpa alasan.
“Mereka memiliki tingkat pemahaman yang lebih baik sehingga diharapkan bisa menjadi role model bagi adik kelas,” paparnya.
Pada tahap ini, tim berfokus pada pengembangan minat baca dan memperkenalkan konsep literasi yang lebih dalam agar mereka memahami bagaimana membaca dapat mendukung proses belajar.
Yordan Aryaputra, mahasiswa Pendidikan Jasmani, Kesehatan, Rekreasi UNS, menyebutkan bahwa antusiasme siswa sangat tinggi.
“Mereka sangat tertarik dengan buku cerita, walaupun ada beberapa yang belum terbiasa membaca secara rutin,” ungkapnya.
Untuk mengatasi tantangan tersebut, tim memberikan aktivitas yang menarik, seperti permainan interaktif dan menceritakan kembali isi cerita yang mereka baca.
Namun, tantangan terbesar dalam implementasi GLS adalah membuat kegiatan ini menarik bagi seluruh siswa, terlepas dari minat baca awal mereka. Venlisia, mahasiswa Farmasi Universitas Setia Budi, mengatakan bahwa keberagaman buku di perpustakaan diperbarui secara berkala agar siswa memiliki banyak pilihan bacaan.
“Siswa sangat antusias baik dalam memilih buku dari perpustakaan maupun membawa dari rumah,” ujarnya.
Setiap pagi, kegiatan GLS di SDN Kendalrejo diawali dengan sesi membaca selama 30 menit sebelum pelajaran dimulai. Menurut Candra Oktavia, mahasiswa Bimbingan Konseling Universitas Slamet Riyadi, hal ini menjadi mekanisme utama untuk menjaga konsistensi minat baca siswa.
“Kami juga memberikan apresiasi bagi siswa yang konsisten membaca, bahkan ada sesi berbagi cerita yang menambah motivasi mereka,” katanya.
Tim Kampus Mengajar 8 ini menilai bahwa apresiasi kecil seperti ini sangat membantu siswa untuk tetap semangat dan membangun kebiasaan membaca. Mereka juga menggunakan jurnaling bacaan mingguan untuk membantu siswa merefleksikan isi buku yang telah dibaca, melibatkan unsur intrinsik seperti tema, tokoh, dan alur cerita serta ekstrinsik seperti penulis dan penerbit buku.

Melalui jurnaling bacaan mingguan, siswa diharapkan mampu mencatat dan merefleksikan unsur-unsur penting dalam cerita, seperti tokoh, tema, dan amanat yang terkandung di dalamnya. Hal ini memberikan tantangan tersendiri, terutama bagi siswa yang baru belajar mengenali elemen-elemen tersebut.
Tim Kampus Mengajar memberikan panduan sederhana berupa pertanyaan untuk membantu siswa memahami cerita, seperti “Apa pesan utama cerita ini?” atau “Siapa tokoh utama dalam cerita ini?”.
Evina mengakui bahwa awalnya beberapa siswa kesulitan memahami konsep seperti alur dan pesan moral. “Tapi, dengan bimbingan dari guru dan panduan yang sederhana, banyak yang sudah mulai mengerti dan bahkan terlihat lebih lancar menganalisis isi cerita,” tambahnya.
Program GLS ini terlihat berhasil meningkatkan ketertarikan siswa terhadap membaca. Menurut Muhammad Nizar, beberapa siswa yang awalnya jarang membaca sekarang lebih bersemangat mencari buku di perpustakaan. “Bahkan, mereka sekarang lebih percaya diri saat berbagi cerita di kelas,” ungkapnya.
Tim juga mencatat peningkatan pemahaman siswa terhadap cerita yang mereka baca. Siswa menjadi lebih peka terhadap karakter dan alur cerita, bahkan beberapa siswa mulai tertarik mencoba jenis bacaan yang berbeda. Hal ini memperlihatkan adanya perkembangan pemahaman literasi yang lebih baik.
Mahasiswa Kampus Mengajar berharap program GLS dapat terus berlanjut meski masa tugas mereka selesai. “Kami ingin GLS ini menjadi rutinitas yang didukung penuh oleh sekolah dan guru, sehingga siswa tetap bisa mengembangkan minat baca mereka,” ungkap Yordan.
Candra Oktavia juga menambahkan bahwa dukungan dari berbagai pihak, termasuk orang tua, sangat penting untuk mempertahankan kebiasaan membaca di rumah. “Kolaborasi ini akan menjadi kunci keberlanjutan gerakan literasi di SDN Kendalrejo,” tambahnya.
Tim Kampus Mengajar 8 berharap agar pihak sekolah dapat terus menyediakan bahan bacaan yang menarik dan relevan bagi siswa.
“Selain itu, peran guru dalam memotivasi dan mendampingi siswa sangat penting, terutama dalam memahami isi bacaan,” jelas Evina.
Para orang tua juga diharapkan mendukung kebiasaan membaca di rumah agar siswa dapat terus meningkatkan kemampuan literasinya.
Melalui kolaborasi yang baik antara sekolah, guru, dan orang tua, diharapkan Gerakan Literasi Sekolah ini bisa memberikan dampak jangka panjang bagi siswa di SDN Kendalrejo. GLS bukan hanya tentang membaca, tetapi juga tentang membentuk karakter siswa yang gemar belajar dan memiliki wawasan yang luas.
Penulis : Tim Mahasiswa Kampus Mengajar 8 SDN Kendalrejo
Editor : Intan Permata