Program Abmas ITS mengenalkan Neutrack AI Glove, sarung tangan pintar berbasis AI, kepada siswa tunanetra di SMPLB-A YPAB Surabaya. Teknologi ini membantu siswa dalam bernavigasi dan mengenali objek di sekitar mereka, memberikan dampak positif pada kemandirian siswa tunanetra.
Surabaya, Sorotnesia.com – Dalam upaya meningkatkan pendidikan inklusif serta memberdayakan penyandang tunanetra, Departemen Teknik Informatika Institut Teknologi Sepuluh Nopember (ITS) Surabaya menyelenggarakan program Pengabdian kepada Masyarakat (Abmas). Program ini mengenalkan alat bantu mobilitas berbasis kecerdasan buatan (Artificial Intelligence/AI) yang inovatif untuk para siswa tunanetra di SMP Luar Biasa – A (SMPLB-A) Yayasan Pendidikan Anak Buta (YPAB) Surabaya. Tujuan utama kegiatan ini adalah untuk meningkatkan kemandirian serta kualitas hidup siswa tunanetra melalui pemanfaatan teknologi mutakhir.
Program ini dipimpin oleh Dini Adni Navastara, S.Kom., M.Sc., seorang dosen di Departemen Teknik Informatika ITS, yang menjelaskan bahwa kegiatan ini merupakan hasil pengembangan dari proyek mahasiswa yang sebelumnya dikerjakan dalam mata kuliah Kecerdasan Artifisial. “Kami ingin teknologi ini lebih inklusif dan dapat diakses oleh mereka yang benar-benar membutuhkan. Oleh karena itu, kegiatan Abmas ini sangat penting untuk mendekatkan teknologi kepada siswa-siswa tunanetra,” jelas Dini, dikutip sorotnesia.com dari website resmi ITS.
Inovasi Neutrack AI Glove
Salah satu inovasi yang diperkenalkan dalam program ini adalah Neutrack AI Glove, sebuah sarung tangan pintar yang dirancang khusus untuk membantu tunanetra dalam bernavigasi serta mengenali objek di sekitar mereka. Para siswa dan guru di SMPLB-A YPAB Surabaya mendapatkan pelatihan intensif mengenai penggunaan sarung tangan ini. Pelatihan tersebut mencakup demonstrasi langsung cara kerja Neutrack AI Glove, sesi uji coba di lapangan, serta diskusi dengan para guru dan siswa untuk mengumpulkan masukan serta umpan balik mengenai efektivitas alat tersebut.

Menurut para guru, alat bantu ini jauh lebih praktis dibandingkan dengan alat bantu tradisional seperti tongkat atau topi. Drs. Eko Purwanto, Kepala SMPLB-A YPAB, menyatakan bahwa sarung tangan pintar ini merupakan terobosan yang cocok untuk siswa-siswa mereka. “Kami belum pernah melihat inovasi seperti ini sebelumnya. Alat ini lebih sederhana, praktis, dan memberikan keleluasaan bagi siswa dalam beraktivitas,” ungkap Eko. Meski begitu, pihak sekolah memberikan beberapa masukan untuk pengembangan lebih lanjut, agar alat ini dapat semakin optimal dan lebih banyak diproduksi.
Dampak Positif bagi Siswa Tunanetra
Melalui kegiatan ini, para siswa tunanetra diberi kesempatan untuk merasakan secara langsung teknologi berbasis AI yang selama ini hanya mereka kenal melalui teori atau media. Dengan menggunakan Neutrack AI Glove, mereka dapat langsung mempraktikkan manfaat teknologi ini dalam kehidupan sehari-hari, sekaligus mengidentifikasi kendala yang mungkin mereka hadapi. “Kami sangat antusias mengenal lebih jauh teknologi ini, dan kami berharap siswa-siswa kami bisa lebih mandiri dalam beraktivitas,” ujar Tutus Setiawan, seorang guru pendamping di SMPLB-A YPAB.
Salah satu keunikan program Abmas ini adalah adanya interaksi langsung antara tim ITS dan para siswa serta guru, yang memungkinkan mereka berbagi pengalaman mengenai teknologi tersebut. Dini dan timnya menerima dengan baik semua masukan yang diberikan dan berkomitmen untuk terus mengembangkan produk ini agar lebih bermanfaat bagi para pengguna. “Kami berusaha menjadikan kegiatan ini berkelanjutan sehingga inovasi yang kami hasilkan benar-benar dapat membantu mereka,” tambah Dini.
Kolaborasi Jangka Panjang
Kegiatan Abmas ini juga memberikan kesempatan bagi tim ITS untuk mendapatkan wawasan langsung mengenai kebutuhan dan tantangan yang dihadapi oleh siswa tunanetra. Menurut Dini, hal ini sangat penting untuk memastikan bahwa teknologi yang dikembangkan benar-benar sesuai dengan kebutuhan para pengguna. “Dengan kegiatan seperti ini, kami jadi lebih memahami kebutuhan nyata para pengguna, sehingga kami bisa menciptakan produk yang lebih efektif dan mudah diadopsi,” jelasnya, yang merupakan lulusan S2 dari Pusan National University, Korea Selatan.

Ke depannya, ITS berencana memperluas kerjasama dengan SMPLB-A YPAB Surabaya, dan program Abmas ini diharapkan bisa berlanjut dengan skala yang lebih besar. “Kami berharap ini bukan hanya program satu kali, tapi bisa berlanjut dan memberikan dampak nyata bagi para siswa dan guru,” ujar Dini. Selain itu, tim ITS juga berencana membawa Neutrack AI Glove ke kompetisi internasional, termasuk Google Solution Challenge 2024, dan ajang nasional seperti Gemastik 2024.
Dengan adanya dukungan dari ITS melalui program Abmas ini, diharapkan siswa-siswa tunanetra di SMPLB-A YPAB Surabaya dan tempat lainnya dapat memiliki akses yang lebih baik terhadap teknologi yang memudahkan kehidupan mereka. “Kami ingin para siswa merasa lebih mandiri dan mampu menjalankan aktivitas sehari-hari dengan lebih mudah,” pungkas Dini dengan penuh harapan terhadap program ini.
Penulis : Wira Pratama
Editor : Anisa Putri
Sumber Berita : its.ac.id