Perdana Menteri (PM) Selandia Baru, Chris Hipkins, menyatakan bahwa kawasan Pasifik kini menjadi lebih diperebutkan dan kurang aman akibat meningkatnya agresivitas China di wilayah tersebut. Dalam pidatonya di China Business Summit di Auckland pada Senin, 17 Juli 2023, Hipkins menegaskan pentingnya kerja sama dengan mitra-mitra yang sejalan sambil tetap menjaga hubungan dengan Beijing. Pernyataan ini mencerminkan kekhawatiran terhadap perubahan dinamika geopolitik di kawasan Indo-Pasifik, yang semakin tidak dapat diprediksi.
Menurut laporan Reuters, kebangkitan China dan upayanya untuk memperluas pengaruh di kawasan Indo-Pasifik menjadi salah satu faktor utama yang memicu meningkatnya persaingan strategis. Hipkins menjelaskan bahwa situasi ini menciptakan tantangan baru bagi negara-negara kecil seperti Selandia Baru, yang sangat bergantung pada stabilitas dan kepastian aturan internasional untuk menjamin keamanan serta kemakmuran mereka.
Dalam konteks ini, Selandia Baru menghadapi dilema antara menjaga hubungan baik dengan China sebagai mitra dagang utama dan melindungi kepentingan strategisnya di kawasan tersebut.
“Wilayah kami menjadi lebih diperebutkan, kurang bisa diprediksi, dan kurang aman,” ujar Hipkins. “Hal ini menimbulkan tantangan besar bagi negara-negara kecil seperti Selandia Baru, yang memerlukan stabilitas untuk menjaga kemakmuran dan keamanan nasionalnya.” Ia menambahkan bahwa hubungan dengan China perlu dikelola dengan penuh kehati-hatian.
Meskipun begitu, ia mengakui bahwa China tetap merupakan mitra dagang terbesar bagi Selandia Baru. Pentingnya hubungan ekonomi ini membuat Selandia Baru harus berjalan di atas garis tipis dalam diplomasi, mengimbangi kepentingan ekonomi dengan keamanan nasional.
Pidato tersebut disampaikan hanya beberapa minggu setelah Hipkins memimpin misi perdagangan ke China yang dinilai berhasil. Namun, perjalanan tersebut mendapat kritik dari sebagian pihak di dalam negeri yang menilai bahwa Hipkins kurang tegas dalam menyuarakan isu-isu hak asasi manusia (HAM) dan persoalan lainnya.
Kritik ini mencerminkan harapan sebagian kalangan domestik agar Selandia Baru mengambil sikap yang lebih keras terhadap pelanggaran HAM di China, seperti yang dilakukan oleh beberapa negara Barat lainnya.
Secara historis, Selandia Baru mengambil pendekatan yang lebih moderat terhadap China dibandingkan dengan Australia atau anggota aliansi keamanan Five Eyes lainnya, yaitu Amerika Serikat, Kanada, dan Inggris.
Pendekatan ini bertujuan untuk menjaga hubungan ekonomi yang saling menguntungkan tanpa mengorbankan stabilitas kawasan. Namun, meningkatnya pengaruh China di Pasifik memaksa Selandia Baru untuk mempertimbangkan kembali pendekatan diplomatiknya. Hipkins menekankan pentingnya fleksibilitas diplomasi dengan menyatakan bahwa setiap negara mungkin mengambil pendekatan berbeda untuk mencapai hasil yang sama.
“Kepentingan bersama tidak selalu berarti bahwa kita akan menempuh cara yang sama. Terkadang, ada kekuatan tersendiri dalam keberagaman pendekatan untuk mencapai tujuan yang serupa,” tuturnya.
Pernyataan ini mencerminkan strategi Selandia Baru yang berusaha menjaga otonomi diplomatiknya sekaligus mempertahankan posisi netral di tengah rivalitas antara China dan negara-negara Barat.
Sementara itu, dalam pidato terpisah di forum yang sama, Duta Besar China untuk Selandia Baru, Wang Xiaolong, menyatakan bahwa hubungan antara Beijing dan Wellington berada dalam kondisi yang sehat, stabil, dan terus berkembang.
Wang mengakui adanya perbedaan pandangan antara kedua negara, tetapi menegaskan bahwa perbedaan tersebut tidak seharusnya menjadi penghalang bagi perdamaian. Ia menyampaikan optimisme bahwa hubungan bilateral dapat terus ditingkatkan melalui dialog konstruktif dan saling pengertian.
“Tidak mengherankan jika terdapat perbedaan antara kedua negara kita, mengingat latar belakang sosial dan tingkat pembangunan yang berbeda. Namun, hal ini tidak berarti bahwa kita tidak bisa hidup berdampingan secara damai,” ungkap Wang. Pernyataannya menunjukkan harapan untuk menjaga stabilitas hubungan antara kedua negara meskipun terdapat tantangan geopolitik yang kompleks.
Pernyataan Hipkins mencerminkan meningkatnya kekhawatiran global terhadap pengaruh China yang semakin dominan di kawasan Indo-Pasifik. Beberapa negara, termasuk Selandia Baru, merasa perlu untuk menyeimbangkan hubungan dengan China sambil mempertahankan kerja sama strategis dengan mitra-mitra lain yang memiliki visi serupa, seperti Amerika Serikat dan Australia.
Kawasan Pasifik, yang kaya akan sumber daya alam dan memiliki jalur perdagangan strategis, menjadi arena persaingan geopolitik antara kekuatan besar. Kondisi ini menempatkan Selandia Baru dalam posisi yang sulit, karena harus mempertimbangkan berbagai kepentingan domestik dan internasional.
Meningkatnya aktivitas militer dan diplomasi China di Pasifik telah menjadi perhatian utama bagi negara-negara kecil di kawasan tersebut. Mereka khawatir bahwa dominasi China dapat mengganggu stabilitas dan kedaulatan mereka. Selandia Baru, sebagai negara yang menjunjung tinggi aturan internasional, berupaya mendorong pendekatan yang lebih inklusif untuk menjaga stabilitas kawasan. Dalam hal ini, kerja sama dengan negara-negara lain yang memiliki visi serupa menjadi sangat penting untuk menghadapi tantangan yang ada.
Meskipun Selandia Baru tetap berkomitmen untuk menjalin hubungan yang baik dengan China, pernyataan PM Chris Hipkins menegaskan bahwa tantangan yang ditimbulkan oleh agresivitas China tidak bisa diabaikan.
Dalam konteks ini, Selandia Baru perlu memainkan peran diplomatik yang bijak untuk menjaga stabilitas kawasan sekaligus melindungi kepentingan nasionalnya. Dengan pendekatan yang hati-hati, Selandia Baru berusaha menciptakan keseimbangan antara menjalin hubungan positif dengan China dan memperkuat aliansi strategis dengan negara-negara lain di Indo-Pasifik.
Sebagai kesimpulan, dinamika geopolitik di kawasan Indo-Pasifik memerlukan perhatian khusus dari negara-negara seperti Selandia Baru. Agresivitas China telah menciptakan tantangan baru, namun juga membuka peluang untuk memperkuat kerja sama regional. Dalam situasi yang kompleks ini, Selandia Baru dituntut untuk memainkan peran yang konstruktif dan inovatif dalam menjaga stabilitas dan perdamaian di kawasan.
Penulis : Lusi / Universitas Dharmas Indonesia
Editor : Anisa Putri