Puskesmas Kajen I meluncurkan program inovatif SYANDI (Posyandu Disabilitas), yaitu layanan kesehatan berbasis masyarakat yang dirancang khusus untuk memenuhi kebutuhan penyandang disabilitas di 10 desa dan 1 kelurahan wilayah kerjanya. Program ini mulai diimplementasikan sejak 2023 sebagai bentuk komitmen menghadirkan akses layanan kesehatan yang ramah, terjangkau, dan inklusif bagi semua lapisan masyarakat.
Kepala Puskesmas Kajen I, dr. Miskiyatul Kholidah, menuturkan bahwa SYANDI hadir untuk menjawab berbagai tantangan yang kerap dihadapi penyandang disabilitas, mulai dari keterbatasan ekonomi, hambatan transportasi, hingga kebutuhan pendampingan.
“Lewat Posyandu Disabilitas, kami ingin memastikan mereka mendapatkan pelayanan kesehatan, terapi, hingga pemberdayaan keterampilan tanpa harus terbebani biaya maupun jarak,” ungkapnya.
Pelaksanaan SYANDI melibatkan kader desa yang telah mendapatkan pelatihan sesuai standar, petugas kesehatan puskesmas, serta tenaga ahli dari rumah sakit, termasuk terapis, psikolog, dan konselor. Adapun layanan yang diberikan mencakup pemeriksaan kesehatan umum, terapi wicara, fisioterapi, konseling, parenting, pelatihan keterampilan untuk kemandirian ekonomi, hingga dukungan transportasi bagi peserta.
Berdasarkan evaluasi awal, program ini membawa dampak positif, di antaranya peningkatan kunjungan penyandang disabilitas ke balai desa, tumbuhnya kesadaran masyarakat, serta dorongan bagi pemerintah desa untuk melakukan renovasi fasilitas agar lebih ramah disabilitas. Bahkan, rumah sakit rujukan seperti RSJ Dr. Radjiman Wediningrat secara rutin mengirimkan tenaga ahli guna mendukung keberlangsungan kegiatan.
Program ini juga mendapat dukungan penuh dari Unit Layanan Disabilitas (ULD) Kecamatan Kajen, pemerintah desa, forum peduli disabilitas, serta lintas sektor lainnya. SYANDI dijadwalkan berlangsung rutin setiap tiga bulan sekali di tiap desa.
Ke depan, Puskesmas Kajen I berencana memperluas cakupan program serta meningkatkan kapasitas kader, termasuk pembekalan pemahaman bahasa isyarat dan huruf braille, agar kualitas pelayanan semakin optimal.
Inisiatif ini menjadi wujud nyata kolaborasi antara layanan kesehatan, masyarakat, dan pemerintah desa dalam menciptakan lingkungan yang lebih inklusif. Dengan adanya SYANDI, harapannya penyandang disabilitas tidak hanya mendapat layanan kesehatan, tetapi juga kesempatan untuk meningkatkan kualitas hidup dan kemandirian mereka.
Penulis : Fitriana Citra Nursandi | UIN K.H. Abdurrahman Wahid Pekalongan
Editor : Intan Permata