Satu Titik Seribu Pandang, Ikon Wisata Baru dari KKN UNS di Desa Glapansari

- Redaksi

Jumat, 31 Oktober 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pemandangan hijau perkebunan tembakau di Desa Glapansari dengan latar megah Gunung Sumbing menjadi daya tarik utama gardu pandang “Satu Titik Seribu Pandang” hasil karya KKN UNS Kelompok 328. Foto: KKN UNS Kelompok 328

Pemandangan hijau perkebunan tembakau di Desa Glapansari dengan latar megah Gunung Sumbing menjadi daya tarik utama gardu pandang “Satu Titik Seribu Pandang” hasil karya KKN UNS Kelompok 328. Foto: KKN UNS Kelompok 328

Temanggung, Sorotnesia.com – Di Desa Glapansari, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung, sebuah ikon wisata baru lahir dari gagasan kreatif mahasiswa Universitas Sebelas Maret (UNS) Kelompok 328 melalui program Kuliah Kerja Nyata (KKN).

Mereka menamainya “Satu Titik Seribu Pandang”, sebuah gardu pandang yang menyuguhkan panorama luar biasa pemandangan hijau perkebunan tembakau dan kopi dengan latar megah Gunung Sindoro dan Gunung Sumbing yang menjadi ciri khas Desa Glapansari.

Dari Rencana Hingga Terwujud

Gagasan pembangunan gardu pandang ini bermula dari survei lokasi yang dilakukan mahasiswa KKN UNS 328. Melihat potensi alam Glapansari yang memukau, mereka berinisiatif menciptakan titik pandang yang bisa menonjolkan keindahan dua gunung kembar sekaligus hamparan kebun tembakau dan kopi milik warga.

Pada 24 Juli 2025, mahasiswa menggelar konsultasi desain bersama Kepala Desa, Sukengdriyo, untuk menyesuaikan rancangan dengan karakter desa wisata. Proses berlanjut pada 5 Agustus 2025 dengan diskusi teknis bersama pekerja konstruksi agar desainnya tidak hanya menarik tetapi juga aman dan kokoh.

“Kami menyambut baik ide dari mahasiswa KKN UNS ini. Gardu pandang ini bukan hanya bangunan, tetapi juga peluang untuk meningkatkan wisata dan ekonomi warga,” ujar Bapak Sukengdriyo, Kepala Desa Glapansari.

Mahasiswa KKN UNS Kelompok 328 berdiskusi bersama Kepala Desa Glapansari, Sukengdriyo, untuk mematangkan konsep pembangunan gardu pandang “Satu Titik Seribu Pandang” sebagai ikon wisata baru desa. Foto: KKN UNS Kelompok 328
Mahasiswa KKN UNS Kelompok 328 berdiskusi bersama Kepala Desa Glapansari, Sukengdriyo, untuk mematangkan konsep pembangunan gardu pandang “Satu Titik Seribu Pandang” sebagai ikon wisata baru desa. Foto: KKN UNS Kelompok 328

Setelah semua rencana matang, pembangunan dimulai pada 11 Agustus 2025 dan rampung pada 19 Agustus 2025, menghadirkan gardu pandang kokoh yang diharapkan menjadi daya tarik baru bagi pengunjung.

Ikon Wisata yang Ramah Lingkungan

Gardu pandang ini dibangun dengan tiang beton dan lantai baja ringan yang kuat. Dari atasnya, pengunjung bisa menikmati pemandangan hijau perkebunan tembakau dan kopi dengan latar Gunung Sindoro dan Sumbing yang menjulang gagah. Pada bagian depan gardu pandang dipasang jaring pengaman berbahan nilon yang menambah keunikan desain sekaligus memberikan pengalaman berbeda bagi pengunjung saat bersantai atau berfoto.

Baca Juga :  Dukung Ketahanan Pangan, KKN UNS Kelompok 112 Kembangkan Diversifikasi Pangan Berbasis Sumber Pangan Lokal

Tak hanya itu, gardu pandang ini juga dilengkapi lampu bertenaga surya. Inovasi ini tak hanya memperindah suasana malam, tapi juga menjadi langkah kecil menuju pariwisata yang ramah lingkungan dan berkelanjutan di Desa Glapansari.

Gardu pandang “Satu Titik Seribu Pandang” karya mahasiswa KKN UNS Kelompok 328 berdiri kokoh di Desa Glapansari, menampilkan panorama Gunung Sindoro dan Sumbing serta hamparan kebun tembakau dan kopi yang menawan. Foto: KKN UNS Kelompok 328
Gardu pandang “Satu Titik Seribu Pandang” karya mahasiswa KKN UNS Kelompok 328 berdiri kokoh di Desa Glapansari, menampilkan panorama Gunung Sindoro dan Sumbing serta hamparan kebun tembakau dan kopi yang menawan. Foto: KKN UNS Kelompok 328

Lokasi dan Akses Menuju Gardu Pandang

Gardu pandang “Satu Titik Seribu Pandang” berada di Desa Glapansari, Kecamatan Parakan, Kabupaten Temanggung. Letaknya tak jauh dari Kantor Desa Glapansari, hanya sekitar 1,5 kilometer dari pusat desa atau sekitar 10-15 menit perjalanan dengan sepeda motor. Akses menuju lokasi pun cukup mudah karena jalan desa sudah dicor semen, membuat perjalanan terasa nyaman meski beberapa ruas jalan masih tergolong sempit.

Meski jalurnya tidak terlalu lebar, justru di situlah letak daya tariknya. Pengunjung bisa menikmati sensasi menyusuri jalan kecil yang dikelilingi hamparan hijau dan udara sejuk khas pegunungan Temanggung. Pemandangan alam di sepanjang perjalanan memberikan pengalaman tersendiri bagi pecinta wisata alam dan fotografi.

Gardu pandang ini sangat cocok bagi siapa pun yang ingin melepas penat dan menikmati ketenangan dari ketinggian. Waktu terbaik untuk berkunjung adalah pagi atau menjelang sore, saat langit cerah dan warna langit mulai berubah keemasan. Selain udara yang segar, suasana tenang di sekitar lokasi juga membuat siapa pun betah berlama-lama menikmati keindahan alam Glapansari.

Kopi dan Potensi Agrowisata

Desa Glapansari memang dikenal sebagai desa kopi dengan hasil arabika dan robusta unggulan. Kehadiran gardu pandang ini membuka peluang baru bagi pengembangan agrowisata berbasis kopi.

Wisatawan bisa menikmati panorama gunung sekaligus mencicipi kopi lokal, sementara warga memiliki kesempatan lebih besar untuk memasarkan kopi, produk lokal, hingga jasa pemandu wisata.

Baca Juga :  Peringatan Hari Santri Nasional: KKN UIN Walisongo Gelar Perlombaan Bernuansa Toleransi di Lodoyong

“Harapan kami, wisatawan yang datang tidak hanya berfoto di gardu pandang, tapi juga menikmati kopi Glapansari. Dari sini, desa bisa semakin dikenal dan masyarakat mendapat pemasukan tambahan,” ungkap salah satu mahasiswa KKN UNS 328.

Gotong Royong Jadi Kunci

Keberhasilan pembangunan ini tidak lepas dari semangat gotong royong masyarakat. Warga terlibat aktif sejak awal, mulai dari membersihkan lahan, mengangkut material, hingga tahap finishing. Bagi mereka, gardu pandang bukan sekadar fasilitas wisata, tetapi aset bersama yang harus dirawat dan dijaga.

Mahasiswa KKN UNS 328 hadir bukan hanya sebagai pelaksana program, tetapi juga sebagai mitra masyarakat dalam membangun karya nyata yang memberi manfaat jangka panjang.

Proses pembangunan gardu pandang “Satu Titik Seribu Pandang” oleh mahasiswa KKN UNS Kelompok 328 bersama warga Desa Glapansari dilakukan secara gotong royong di tengah area perkebunan. Foto: KKN UNS Kelompok 328
Proses pembangunan gardu pandang “Satu Titik Seribu Pandang” oleh mahasiswa KKN UNS Kelompok 328 bersama warga Desa Glapansari dilakukan secara gotong royong di tengah area perkebunan. Foto: KKN UNS Kelompok 328

Lebih dari Sekadar Fasilitas Wisata

Lebih dari sekadar proyek pembangunan, program ‘Satu Titik Seribu Pandang’ lahir dengan visi besar untuk membawa manfaat jangka panjang bagi Desa Glapansari. Melalui gardu pandang yang kini berdiri sebagai ikon baru, program ini diharapkan mampu menjadi pemantik pengembangan desa wisata sekaligus membuka peluang ekonomi masyarakat. Adapun tujuan utamanya meliputi:

  • Menghadirkan destinasi baru dengan panorama khas Temanggung.
  • Meningkatkan partisipasi masyarakat dalam pembangunan dan pengelolaan wisata.
  • Menciptakan peluang ekonomi lokal dari kopi, produk lokal, dan jasa wisata.
  • Menguatkan identitas Glapansari sebagai desa kopi dengan panorama memukau.

Simbol Kebanggaan Baru

Kini, gardu pandang “Satu Titik Seribu Pandang” bukan hanya spot foto yang Instagramable, melainkan simbol kebersamaan antara mahasiswa dan masyarakat. Ikon baru ini menjadi bukti bahwa dengan ide kreatif, kolaborasi, dan gotong royong, desa mampu mengembangkan potensi wisata yang berkelanjutan.

Dengan panorama seribu pandang dan kopi yang mendunia, Desa Glapansari semakin mantap menapaki jalan sebagai desa wisata unggulan di Temanggung.

Penulis : KKN 328 UNS 2025 Desa Glapansari

Editor : Anisa Putri

Follow WhatsApp Channel sorotnesia.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

BRAVY Hadirkan Ruang Aman untuk Latihan Speaking di BraySpace: Belajar Bahasa Inggris Tanpa Takut Salah
Ombak Berdaya, Nelayan Sejahtera: Inovasi Mahasiswa UNEJ Menggerakkan Ekonomi Pesisir Pugerkulon
Dokter Muda Lulusan LPDP, Tungki Pratama Umar, Masuk Daftar Top 2% Ilmuwan Berpengaruh di Dunia
Inovasi Mahasiswa KKN UNS 131: Ubah Limbah Makanan Jadi Kompos Cair untuk Dukung SDGs dan Kemandirian Pangan
Radya Nasywa Zahira, Mahasiswi UGM yang Terpilih Sebagai Delegasi Fully Funded SMI Youth Exchange 2025
Mahasiswa KKN UNS 281 Dorong Kemandirian Desa Udanwuh Lewat Inovasi Cenil dan Hidroponik
Mahasiswa KKN UNS Gaungkan Edukasi Gizi dan Kemandirian Pangan di Jogotirto
Sinergi Pendidikan, Kesehatan, dan Ekonomi Kreatif: Transformasi Desa Poja Bersama Mahasiswa KKN UNS

Berita Terkait

Jumat, 31 Oktober 2025 - 16:43 WIB

Satu Titik Seribu Pandang, Ikon Wisata Baru dari KKN UNS di Desa Glapansari

Rabu, 29 Oktober 2025 - 18:19 WIB

BRAVY Hadirkan Ruang Aman untuk Latihan Speaking di BraySpace: Belajar Bahasa Inggris Tanpa Takut Salah

Rabu, 8 Oktober 2025 - 19:34 WIB

Ombak Berdaya, Nelayan Sejahtera: Inovasi Mahasiswa UNEJ Menggerakkan Ekonomi Pesisir Pugerkulon

Rabu, 1 Oktober 2025 - 22:47 WIB

Dokter Muda Lulusan LPDP, Tungki Pratama Umar, Masuk Daftar Top 2% Ilmuwan Berpengaruh di Dunia

Senin, 29 September 2025 - 09:03 WIB

Inovasi Mahasiswa KKN UNS 131: Ubah Limbah Makanan Jadi Kompos Cair untuk Dukung SDGs dan Kemandirian Pangan

Berita Terbaru

Ilustrasi ketimpangan dan privilese di balik kebijakan pensiun DPR — simbol pertemuan antara kekuasaan dan uang, sementara rakyat kecil terus menanggung bebannya. (pinterest.com)

Opini

Ketimpangan Pensiun DPR: Sudah Saatnya Berbenah?

Rabu, 29 Okt 2025 - 15:56 WIB