Di tengah perkembangan era digital yang semakin pesat, fenomena Fear of Missing Out (FoMO) menjadi salah satu faktor yang secara signifikan memengaruhi perilaku konsumen. FoMO merupakan perasaan cemas atau takut tertinggal dari tren atau pengalaman yang sedang viral.
Perasaan ini kian menguat seiring masifnya penggunaan media sosial, yang menyajikan tayangan-tayangan tentang gaya hidup, produk-produk terbaru, serta pengalaman konsumen lainnya. Akibatnya, banyak individu terdorong untuk ikut serta dalam tren demi merasakan eksistensi sosial dan aktualisasi diri.
Fenomena FoMO tidak hanya memengaruhi keputusan pembelian secara umum, tetapi juga berperan dalam menentukan pilihan antara produk luar negeri dan produk lokal. Hal ini menjadi tantangan tersendiri dalam strategi pemasaran produk dalam negeri, terutama ketika konsumen, khususnya generasi muda, cenderung mengaitkan eksistensi sosial dengan kepemilikan terhadap produk-produk berlabel internasional.
Penelitian yang dilakukan oleh Sasongko, Mubarok, dan Ridwan (2023) mengungkapkan bahwa FoMO dapat menggeser preferensi konsumen dari produk lokal ke produk luar negeri, meskipun kualitas produk lokal tidak kalah bersaing.
Bahkan, nilai-nilai patriotisme yang seharusnya menjadi penggerak utama konsumsi produk dalam negeri tampak kurang kuat ketika dibandingkan dengan daya dorong FoMO. Dengan kata lain, keinginan untuk tampil “tidak ketinggalan zaman” cenderung lebih dominan dibandingkan kecintaan terhadap produk bangsa sendiri.
Sebagai ilustrasi, dalam studi mengenai preferensi konsumen terhadap sepatu, ditemukan bahwa sebagian besar responden lebih memilih sepatu bermerek luar yang tengah populer. Padahal, tersedia alternatif dari produsen lokal dengan kualitas yang setara dan harga yang lebih kompetitif.
Pilihan ini lebih banyak dipengaruhi oleh eksposur media sosial dan pengaruh influencer, yang secara tidak langsung menciptakan standar sosial mengenai produk yang seharusnya dimiliki.
Kondisi ini menandakan pentingnya penyusunan strategi pemasaran yang tidak hanya menonjolkan nilai lokalitas, tetapi juga mampu memanfaatkan FoMO sebagai alat persuasi yang efektif. Salah satu strategi yang dapat diterapkan adalah menghadirkan produk lokal dalam narasi yang relevan dengan tren global, misalnya melalui kampanye “produk lokal rasa internasional” atau dengan menggandeng figur publik yang berpengaruh di dunia maya untuk mempromosikan produk tersebut.
Selain itu, pendekatan pemasaran yang mengedepankan konsep “limited edition” atau “exclusive offer” terbukti mampu memicu dorongan membeli karena memberikan kesan eksklusivitas yang sangat disukai generasi digital.
Apabila ditambahkan dengan narasi nasionalisme—misalnya dengan menyampaikan bahwa produk tersebut merupakan hasil karya anak bangsa yang mendukung UMKM lokal—dampak emosional terhadap keputusan pembelian akan semakin kuat.
Kesadaran akan pentingnya membangun brand lokal yang relevan secara sosial dan emosional menjadi kunci dalam menghadapi dominasi produk luar negeri. Para pemasar perlu menggabungkan elemen emosional dari FoMO dengan semangat kebanggaan terhadap produk lokal agar dapat menciptakan keseimbangan antara aspirasi global dan identitas nasional.
Sebagai penutup, penting bagi pelaku usaha dan pemasar untuk menyadari bahwa FoMO bukan semata-mata ancaman, melainkan peluang yang dapat dimanfaatkan dalam merancang strategi pemasaran yang lebih kreatif dan berdampak.
Dengan mengintegrasikan pemahaman terhadap dinamika psikologis konsumen, strategi pemasaran dapat diarahkan untuk tidak hanya meningkatkan daya beli, tetapi juga memperkuat jati diri bangsa melalui dukungan nyata terhadap produk lokal.
Sumber Referensi:
- R.M. Sasongko, Yudhistira S., dan Hafidh R.A. “Sense of “Love for Indonesian Products” due to “Fear of Missing Out”: Patriotism on Shoe Product Choice Ventela vs Converse”, 2023.
- R.M. Sasongko, A.A. Mubarok, dan M. Ridwan, “Fear of Missing Out dalam Pemasaran: Kajian Literatur dan Implikasi,” 2023, 4(2).
- W.B. Maundeni, “Literature Study: The Value Of the Character Of Love For the Motherland In Science Learning,” J Eval Educ JEE, vol. 4, no. 3, pp. 110–119, Jul. 2023.
- M.C. Good dan M.R. Hyman, “Direct and indirect effects of fear‐of‐missing‐out appeals on purchase likelihood,” J Consum Behav, vol. 20, no. 3, pp. 564–576, May 2021.
- C. Hodkinson, “‘Fear of Missing Out’ (FOMO) marketing appeals: A conceptual model,” J Mark Commun, vol. 25, no. 1, pp. 65–88, Jan. 2019.
Penulis : Rolan Mart Sasongko, S.E., M.M. | Dosen Program Studi Manajemen | Universitas Pembangunan Nasional “Veteran” Yogyakarta
Editor : Anisa Putri