Masyarakat Indonesia saat ini tengah disibukkan dengan kampanye Pemilu 2024 yang berlangsung sejak 28 November 2023 hingga 10 Februari 2024. Masa tenang akan dimulai pada 11 hingga 13 Februari 2024, sementara pemungutan dan penghitungan suara akan dilaksanakan pada 14 dan 15 Februari 2024.
Proses rekapitulasi suara dijadwalkan dari 15 Februari hingga 20 Maret 2024. Dalam momen politik ini, perhatian banyak pihak tertuju pada generasi muda, terutama Generasi Z, yang menjadi topik hangat di kalangan politisi. Para calon presiden dan wakil presiden pun berlomba-lomba menarik perhatian kelompok ini dengan menonjolkan citra yang dianggap relevan bagi mereka.
Generasi Z, atau Gen Z, merupakan salah satu kelompok pemilih terbesar dalam Pemilu 2024. Secara demografis, Gen Z memiliki jumlah yang signifikan, mencakup sekitar 40% dari total populasi Indonesia.
Berdasarkan Daftar Pemilih Tetap (DPT) yang diterbitkan Komisi Pemilihan Umum (KPU), terdapat 113 juta pemilih dari generasi Milenial dan Gen Z, dengan rincian 66,8 juta generasi Milenial dan 46,8 juta Gen Z. Angka ini menunjukkan betapa pentingnya peran Gen Z dalam menentukan hasil pemilu.
Keunikan Gen Z dalam dunia politik tak lepas dari era informasi yang mendominasi kehidupan mereka. Media sosial dan internet menjadi sarana utama mereka dalam mengakses informasi, menyampaikan pendapat, dan berpartisipasi dalam diskusi politik.
Gen Z tidak hanya sekadar pemilih pasif, tetapi juga aktif dalam menyebarkan informasi dan memanfaatkan platform digital untuk meningkatkan kesadaran politik. Dalam banyak kasus, mereka bergabung dalam kelompok-kelompok penyelenggara pemilu, seperti Panitia Pemungutan Suara (KPPS), sebagai bentuk kontribusi nyata.
Di sisi lain, isu-isu yang menarik perhatian Gen Z berbeda dengan generasi sebelumnya. Mereka lebih peduli terhadap topik seperti korupsi, lingkungan hidup, dan kesejahteraan sosial. Generasi ini juga menilai calon presiden tidak hanya berdasarkan pengalaman politik, tetapi juga kemampuan komunikasi dan visi yang relevan dengan kebutuhan mereka.
Antusiasme Gen Z terhadap Pemilu 2024 juga didorong oleh fakta bahwa bagi sebagian dari mereka, ini adalah pengalaman pertama menggunakan hak pilih. Hal tersebut menambah semangat mereka untuk terlibat aktif dalam proses demokrasi.
Namun, antusiasme ini juga diiringi oleh tantangan. Salah satunya adalah minimnya pemahaman politik di kalangan Gen Z. Informasi yang tidak akurat dan penyebaran hoaks di media sosial menjadi hambatan yang harus diatasi.
Oleh karena itu, edukasi politik menjadi penting agar generasi ini dapat berpartisipasi dengan bijak. Pemerintah, lembaga pendidikan, dan organisasi masyarakat diharapkan dapat membantu memberikan wawasan yang memadai tentang pemilu dan politik secara umum.
Gen Z memiliki potensi besar untuk memberikan perubahan positif melalui suara mereka. Mereka cenderung mendukung kandidat atau partai yang sejalan dengan nilai-nilai seperti keadilan sosial, keberlanjutan lingkungan, hak asasi manusia, dan inklusivitas.
Kampanye digital sering menjadi medium utama mereka dalam menyampaikan pandangan politik. Platform seperti Instagram, TikTok, dan Twitter kerap digunakan untuk menyebarkan informasi, menggalang dukungan, atau bahkan membuat konten kreatif terkait pemilu.
Pengalaman pertama memilih juga sering mereka bagikan di media sosial, menampilkan antusiasme melalui foto jari bertinta atau cerita tentang pentingnya suara mereka.
Sementara itu, skeptisisme terhadap sistem politik yang dianggap lambat atau kurang transparan juga menjadi tantangan yang dihadapi Gen Z. Sebagian dari mereka mungkin merasa bahwa suara mereka tidak akan berdampak signifikan atau ragu terhadap keefektifan institusi politik tradisional. Oleh karena itu, diperlukan pendekatan yang lebih inklusif dan transparan untuk memastikan kepercayaan mereka terhadap sistem demokrasi.
Pemilu 2024 juga menjadi kesempatan bagi Gen Z untuk membuktikan bahwa generasi muda mampu membawa perubahan nyata. Dengan akses luas ke informasi dan teknologi, mereka dapat menjadi agen perubahan yang signifikan.
Namun, penting bagi semua pihak untuk mendukung mereka dengan menyediakan informasi yang benar dan mendorong dialog yang konstruktif. Gen Z membutuhkan ruang untuk menyuarakan aspirasi mereka tanpa merasa diabaikan atau diremehkan.
Di sisi lain, partisipasi Gen Z dalam politik juga membuka peluang bagi mereka untuk belajar lebih dalam tentang sistem pemerintahan dan pentingnya demokrasi. Pengalaman ini akan membentuk mereka menjadi warga negara yang lebih bertanggung jawab di masa depan.
Dengan antusiasme yang tinggi dan keinginan untuk melihat perubahan, Gen Z memiliki potensi besar untuk menjadi generasi yang mendorong perbaikan dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat.
Sebagai generasi yang hidup di era digital, Gen Z menunjukkan bahwa keterlibatan politik tidak harus terbatas pada cara-cara konvensional. Mereka mampu mengubah dinamika kampanye melalui kreativitas dan inovasi.
Kampanye berbasis digital memberikan mereka platform untuk menyuarakan pandangan politik dengan cara yang menarik dan mudah diakses oleh sesama generasi muda. Langkah ini tidak hanya memperkuat demokrasi, tetapi juga memastikan bahwa suara mereka didengar dan dihargai.
Pemilu 2024 diharapkan menjadi momentum untuk memperkuat peran generasi muda dalam politik. Dengan antusiasme dan kepedulian yang tinggi terhadap isu-isu sosial, Gen Z memiliki potensi besar untuk mendorong perubahan positif di Indonesia.
Semoga pemilu ini menjadi ajang bagi generasi muda untuk menunjukkan bahwa suara mereka tidak hanya penting, tetapi juga mampu membawa bangsa ke arah yang lebih baik.
Penulis : Tia Adha / Universitas Dharmas Indonesia
Editor : Anisa Putri