Mahasiswa KKN UINSA dan KUA Banyuanyar menggelar sosialisasi pencegahan pernikahan dini dan stunting di MA Ihyaul Islam, Desa Klenang Kidul. Melalui edukasi langsung kepada santri, kegiatan ini bertujuan membentuk generasi muda yang bijak dan sehat.
Probolinggo, Sorotnesia.com — Upaya pencegahan pernikahan dini dan stunting kembali digaungkan di kalangan remaja pondok pesantren. Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) Universitas Islam Negeri Sunan Ampel (UINSA) Surabaya menggandeng Kantor Urusan Agama (KUA) Banyuanyar dalam kegiatan sosialisasi bertajuk “Remaja Bijak, Tunda Nikah Demi Generasi Sehat”, yang dilaksanakan di Dusun Sukun, Desa Klenang Kidul pada Sabtu, 5 Juli 2025.
Sosialisasi ini dipusatkan di Madrasah Aliyah (MA) Ihyaul Islam, yang berada di bawah naungan Pondok Pesantren Bahrul Huda. Sebagai lembaga pendidikan berbasis keagamaan, pesantren tersebut dinilai strategis dalam menyampaikan pesan moral dan kesehatan kepada para santri, khususnya terkait urgensi menunda pernikahan dini demi masa depan yang lebih cerah dan generasi yang lebih sehat.
Acara yang dihadiri oleh lebih dari 30 santriwan dan santriwati kelas XI dan XII ini menghadirkan dua narasumber dari KUA Banyuanyar, yaitu H. Nasir, S.HI., M.Ag. dan Suzan Irine Kusuma Wardani, S.H..
Dalam pemaparannya, H. Nasir menekankan pentingnya membangun cita-cita dan kesiapan mental sebelum memutuskan untuk menikah. Ia mengajak para peserta untuk fokus pada pendidikan serta mengembangkan potensi diri terlebih dahulu sebelum memasuki kehidupan rumah tangga.
“Menikah bukan hanya soal kesiapan secara fisik, tetapi juga secara mental, emosional, dan spiritual. Jangan sampai masa depan kalian terkubur karena keputusan tergesa-gesa,” jelas H. Nasir di hadapan para santri.
Sementara itu, Suzan Irine menjelaskan dampak kesehatan dari pernikahan dini, khususnya kaitannya dengan stunting. Ia menekankan bahwa anak yang lahir dari ibu yang masih remaja memiliki risiko lebih tinggi mengalami gangguan tumbuh kembang.
“Pernikahan dini memiliki korelasi erat dengan stunting. Ketika remaja belum matang secara biologis, mereka belum siap menjalani kehamilan dan melahirkan anak dengan optimal. Ini yang berpotensi melahirkan generasi yang lemah secara kesehatan,” jelas Suzan.
Salah satu santri, Ichsan, mengaku mendapatkan wawasan baru dari kegiatan ini dan merasa termotivasi untuk menjadi agen perubahan di lingkungan sekitarnya.
“Insyaallah, saya akan sebarkan informasi ini ke teman-teman yang lain,” ujarnya usai kegiatan.
Menurut Koordinator KKN Kelompok 44 UINSA Desa Klenang Kidul, sosialisasi ini bukan hanya ditujukan untuk kalangan pesantren saja, tetapi juga sebagai langkah strategis menyebarkan edukasi ke masyarakat luas. Para santri diharapkan menjadi perpanjangan tangan dalam menyuarakan pentingnya menunda pernikahan di usia remaja serta menyadarkan masyarakat akan bahaya stunting.
“Kami memilih tema ini karena masih tingginya angka pernikahan dini di wilayah Klenang Kidul. Santri sebagai pelajar sekaligus bagian dari masyarakat diharapkan dapat membawa informasi ini ke luar lingkungan pesantren,” terang salah satu mahasiswa KKN.
Kegiatan ini menunjukkan betapa pentingnya kolaborasi antara lembaga pendidikan, institusi pemerintah, dan tokoh masyarakat dalam mengatasi persoalan sosial yang kompleks. Selain memberikan edukasi, kegiatan ini juga menjadi bentuk sinergi yang kuat antara generasi muda dan otoritas lokal untuk menciptakan generasi sehat dan berdaya saing.
Dengan pendekatan yang edukatif, interaktif, dan religius, sosialisasi ini berhasil menggugah kesadaran remaja akan pentingnya merencanakan masa depan yang matang dan sehat. Harapannya, kegiatan ini dapat menjadi model kolaborasi yang dapat direplikasi di daerah-daerah lain yang memiliki tingkat pernikahan dini dan stunting tinggi.
Penulis : Januar Junior | UIN Sunan Ampel Surabaya
Editor : Anisa Putri