Mahasiswa UNS Ciptakan Patch Edible Film dari Limbah Tahu dan Daun Kersen untuk Atasi Sariawan

- Jurnalis

Selasa, 24 September 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi. Foto: Tim PKM RE Efbiyakreoptis

Ilustrasi. Foto: Tim PKM RE Efbiyakreoptis

Mahasiswa UNS mengembangkan patch edible film dari limbah tahu dan ekstrak daun kersen untuk mengatasi sariawan. Inovasi ini menggabungkan bioselulosa dengan sifat antibakteri daun kersen, memberikan solusi alami dan ramah lingkungan untuk pengobatan sariawan.

Semarang, Sorotnesia.comMahasiswa dari Universitas Sebelas Maret (UNS) berhasil menciptakan inovasi menarik dalam bidang kesehatan mulut. Tim yang tergabung dalam Pekan Kreativitas Mahasiswa (PKM) ini meriset pengembangan edible film berbentuk patch untuk pengobatan sariawan (Apthous stomatitis) dengan memanfaatkan limbah cair tahu yang dikombinasikan dengan ekstrak daun kersen. Inovasi ini lahir dari kebutuhan untuk menemukan obat alternatif alami yang aman dan efektif dalam menangani masalah sariawan yang sering kali dianggap sepele oleh sebagian besar masyarakat.

Sariawan: Penyakit Umum yang Perlu Perhatian

Apthous stomatitis atau yang lebih dikenal sebagai sariawan merupakan penyakit yang umum terjadi di seluruh dunia. Berdasarkan penelitian Aerosta dkk. (2020), sekitar 20% populasi dunia atau sekitar 2,5 miliar orang pernah mengalami sariawan. Penyakit ini disebabkan oleh berbagai faktor, seperti infeksi jamur Candida albicans, bakteri Staphylococcus aureus, kekurangan vitamin, gangguan autoimun, luka gigitan, serta kandungan bahan kimia dalam obat-obatan sariawan. Pada 2018, Badan Pengawas Obat dan Makanan (BPOM) Indonesia melarang penggunaan zat berbahaya seperti policresulen dalam obat sariawan yang beredar di pasaran. Hal ini memicu banyak pihak untuk mencari solusi alternatif yang lebih aman.

Pemanfaatan Limbah Tahu sebagai Edible Film

Dalam penelitian ini, tim PKM UNS memanfaatkan limbah cair tahu yang melimpah di Indonesia untuk menghasilkan bioselulosa melalui proses fermentasi. Indonesia sebagai produsen tahu terbesar di Asia Tenggara menghadapi tantangan besar terkait limbah cair tahu yang terus meningkat. Oleh sebab itu, pengolahan limbah tahu menjadi produk bernilai tambah seperti bioselulosa adalah solusi yang tidak hanya ramah lingkungan, tetapi juga berpotensi tinggi dalam bidang medis.

Baca Juga :  Dosen UPITRA Ajak Siswa SD Negeri 1 Trayu Bersahabat dengan Teknologi dan Internet Lewat Program Pengabdian Masyarakat

“Bioselulosa yang dihasilkan dari limbah tahu memiliki keunggulan karena seratnya yang tipis dan bebas dari pengotor,” jelas Tim PKM RE Efbiyakreoptis, dalam press release yang diberikan, Selasa 24 September 2024. “Selain itu, bioselulosa ini juga memiliki potensi kandungan protein dan vitamin B yang dapat membantu penyembuhan sariawan secara alami.”

Kombinasi dengan Daun Kersen untuk Efektivitas Antibakteri

Namun, bioselulosa sendiri belum cukup untuk melawan infeksi sariawan yang disebabkan oleh bakteri dan jamur. Oleh karena itu, tim UNS menambahkan ekstrak daun kersen (Muntingia calabura L.) yang dikenal memiliki sifat antibakteri, antiinflamasi, dan antioksidan. Ekstrak daun kersen mengandung flavonoid, tanin, tarpenoid, dan saponin yang terbukti efektif dalam menghambat pertumbuhan bakteri dan jamur.

“Ekstrak daun kersen memiliki berbagai komponen aktif yang bermanfaat, dan kami mengombinasikannya dengan bioselulosa untuk meningkatkan efek antibakteri dan mempercepat penyembuhan sariawan,” tambah Tim PKM RE Efbiyakreoptis.

Proses Pembuatan Patch Edible Film

Proses pembuatan patch edible film ini cukup kompleks dan melibatkan beberapa tahap. Awalnya, limbah cair tahu disaring untuk memisahkan padatan kasar, lalu ditambahkan bakteri Acetobacter xylinum untuk memulai proses fermentasi. Setelah beberapa hari, lapisan bioselulosa terbentuk di permukaan medium dan diproses lebih lanjut menjadi edible film. Di sisi lain, daun kersen diekstraksi menggunakan metode maserasi untuk mendapatkan senyawa aktifnya. Ekstrak tersebut kemudian ditambahkan ke dalam bioselulosa untuk meningkatkan daya antibakteri patch.

Baca Juga :  UI Perkuat Riset Interdisiplin dengan Lima Laboratorium Canggih untuk Dukung Net Zero Emission

Patch yang dihasilkan memiliki ukuran sekitar 1 x 2 cm, berwarna cokelat, dan bertekstur kenyal. Namun, tim riset menyatakan bahwa uji coba menunjukkan patch ini masih perlu dikembangkan, terutama dalam hal ketahanan terhadap air agar lebih efektif saat digunakan di mulut.

Hasil Uji dan Potensi Pengembangan

Serangkaian uji coba dilakukan untuk mengetahui efektivitas patch ini, baik dari segi kekuatan tarik, ketahanan air, maupun bioaktivitas terhadap bakteri penyebab sariawan. Hasil uji mekanik menunjukkan bahwa patch edible film memiliki fleksibilitas yang baik, namun ketahanan terhadap air masih perlu ditingkatkan. Uji bioaktivitas menunjukkan bahwa konsentrasi ekstrak daun kersen yang lebih tinggi memberikan efek penghambatan yang lebih besar terhadap bakteri Staphylococcus aureus.

Selain itu, rendemen nata de soya yang dihasilkan dari limbah cair tahu dalam penelitian ini berkisar antara 68-72%. Angka ini menunjukkan bahwa proses produksi nata de soya cukup efisien dan stabil.

Masa Depan Inovasi Patch Edible Film

Meski hasil uji menunjukkan potensi yang menjanjikan, patch edible film ini masih dalam tahap pengembangan. Tim riset UNS berharap bahwa penelitian ini dapat menjadi dasar bagi pengembangan obat sariawan yang lebih aman, efektif, dan ramah lingkungan di masa depan.

“Kami optimis bahwa inovasi ini dapat memberikan solusi baru dalam pengobatan sariawan, terutama dengan memanfaatkan bahan-bahan alami yang seringkali tidak terpakai,” kata Tim PKM RE Efbiyakreoptis.

Inovasi ini tidak hanya memberikan alternatif pengobatan yang lebih aman dan murah, tetapi juga memberikan manfaat lingkungan dengan mengurangi limbah industri tahu. Langkah selanjutnya adalah mengoptimalkan formulasi dan melakukan uji klinis agar produk ini bisa digunakan oleh masyarakat luas.

Penulis : Tim PKM RE Efbiyakreoptis

Editor : Anisa Putri

Follow WhatsApp Channel sorotnesia.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Mahasiswa KKN UNS Gaungkan Edukasi Gizi dan Kemandirian Pangan di Jogotirto
Sinergi Pendidikan, Kesehatan, dan Ekonomi Kreatif: Transformasi Desa Poja Bersama Mahasiswa KKN UNS
KKN 225 UNS di Desa Ngumpul Dorong Digitalisasi dan Edukasi Keuangan UMKM
Mahasiswa KKN UNS Hadirkan Pojok Baca Kreatif, Tingkatkan Semangat Literasi Siswa SD MIS Ishlahul Ummah NW Paok Rempek di Lombok Utara
Sosialisasi Hipertensi dan PHBS, KKN UNS Dorong Kesadaran Kesehatan Lansia di Desa Jrakah
KKN 62 UNS Dorong Desa Sewurejo Jadi Percontohan Pengelolaan Sampah Ramah Lingkungan Lewat Biopori
Mahasiswa KKN 14 UNS Dorong Nilai Tambah Jagung di Desa Semanggi lewat Inovasi Keripik
Dari Scan ke Refleksi, Program SEMAR Perkuat Literasi Kritis Peserta Didik SMP Negeri 3 Magelang

Berita Terkait

Jumat, 12 September 2025 - 20:00 WIB

Mahasiswa KKN UNS Gaungkan Edukasi Gizi dan Kemandirian Pangan di Jogotirto

Kamis, 11 September 2025 - 15:51 WIB

Sinergi Pendidikan, Kesehatan, dan Ekonomi Kreatif: Transformasi Desa Poja Bersama Mahasiswa KKN UNS

Rabu, 10 September 2025 - 17:42 WIB

KKN 225 UNS di Desa Ngumpul Dorong Digitalisasi dan Edukasi Keuangan UMKM

Rabu, 10 September 2025 - 17:25 WIB

Mahasiswa KKN UNS Hadirkan Pojok Baca Kreatif, Tingkatkan Semangat Literasi Siswa SD MIS Ishlahul Ummah NW Paok Rempek di Lombok Utara

Selasa, 9 September 2025 - 20:20 WIB

Sosialisasi Hipertensi dan PHBS, KKN UNS Dorong Kesadaran Kesehatan Lansia di Desa Jrakah

Berita Terbaru