Malas adalah kondisi di mana seseorang enggan melakukan sesuatu karena memiliki penilaian negatif atau tidak adanya keinginan untuk melakukannya. Orang yang malas biasanya memiliki motivasi rendah terhadap pekerjaan atau tanggung jawabnya. Hal ini terjadi akibat persepsi negatif yang terbentuk dalam dirinya. Perilaku malas bukanlah sifat bawaan, melainkan hasil dari kebiasaan yang dibentuk secara sadar atau tidak.
Dalam buku yang pernah saya baca, psikolog asal Amerika Serikat, Dollard & Miller, menyatakan bahwa perilaku manusia terbentuk oleh kebiasaan. Jika seseorang terbiasa rajin, ia akan bersemangat dalam pekerjaannya. Sebaliknya, jika seseorang terbiasa malas, ia akan terus menunda-nunda tugasnya. Kebiasaan ini lama-kelamaan menjadi karakter yang sulit diubah tanpa tekad kuat.
Bahkan, berteman dekat dengan orang malas dapat memberikan pengaruh buruk. Orang malas cenderung menggantungkan diri pada orang lain dan sering mengalami kesulitan akibat kebiasaan buruknya.
Orang seperti ini tidak memiliki kekuatan atau daya untuk menghadapi tantangan hidup. Mereka hanya akan menjadi beban bagi lingkungan sekitar, yang akhirnya dapat menghambat perkembangan diri kita juga.
Sebagai seorang muslim, belajar adalah kewajiban sepanjang hayat. Hidup tanpa belajar ibarat raga tanpa jiwa. Namun, rasa malas sering kali menghambat, terutama pada anak-anak sekolah. Padahal, seorang muslim tidak boleh membiarkan sifat ini berkembang.
Jika terus dibiarkan, malas dapat membuat seseorang kehilangan motivasi dan melupakan cita-cita hidupnya. Lebih buruk lagi, malas dapat menghancurkan prinsip hidup dan menyebabkan stagnasi.
Kehilangan motivasi untuk belajar atau bekerja dapat membuat seseorang terjebak dalam rutinitas tanpa tujuan yang jelas. Hal ini sangat berbahaya karena akan memengaruhi mental dan emosional seseorang dalam jangka panjang.
Sifat malas dapat memusnahkan kehidupan. Orang yang malas menjadi enggan bergerak dan berusaha. Ia kehilangan sifat aktif, yang seharusnya menjadi motor penggerak kesuksesan. Lebih parah lagi, malas sering kali membuat seseorang menjadi miskin, baik secara finansial maupun spiritual, dan dipandang rendah oleh orang lain.
Dalam ajaran Islam, sifat malas juga dibenci oleh Allah SWT. Rasulullah SAW bersabda, “Sesungguhnya Allah mencintai mukmin yang bekerja” (HR Ath-Thabrani). Dalam hadits lain, Rasulullah SAW juga menyampaikan bahwa makanan terbaik adalah yang dihasilkan dari kerja keras sendiri (HR Bukhari). Hadits ini menegaskan bahwa Allah mencintai orang yang mau berusaha dan bekerja keras.
Orang yang malas adalah orang yang tidak mau mencapai tujuan ilahi dalam hidupnya. Ia tidak bertanggung jawab untuk mengoptimalkan potensi yang telah Allah berikan. Akibatnya, ia menjadi beban bagi orang lain, padahal seharusnya setiap manusia menjadi berkat dan mampu meringankan beban sesamanya.
Malas adalah penghalang terbesar dalam meraih kesuksesan dunia dan akhirat. Orang yang malas hanya akan menghabiskan waktu tanpa menghasilkan apa pun, sementara dunia terus bergerak maju. Oleh karena itu, penting untuk menyadari dampak buruk malas dan segera mengambil langkah untuk mengatasinya.
Jika rasa malas dibiarkan, ia akan menjadi kronis dan mengakar. Dalam era persaingan ketat seperti sekarang, sifat malas hanya akan membuat kita tertinggal. Dunia modern menuntut kreativitas dan inovasi.
Tanpa kedua hal tersebut, kita akan dilindas oleh perkembangan zaman. Persaingan dalam berbagai aspek kehidupan, seperti pekerjaan, pendidikan, dan teknologi, semakin ketat. Mereka yang malas dan tidak mampu beradaptasi akan kehilangan peluang untuk berkembang.
Lihatlah para ilmuwan muslim terdahulu. Mereka tidak hanya kuat dalam keimanan, tetapi juga berprestasi dan menghasilkan karya yang bermanfaat bagi umat. Semangat mereka untuk belajar dan bekerja keras menjadi teladan yang patut kita ikuti.
Ibnu Sina, Al-Khawarizmi, dan Al-Farabi adalah beberapa contoh tokoh yang membuktikan bahwa kerja keras dan tekad mampu menghasilkan karya besar yang masih dikenang hingga saat ini. Mereka tidak hanya bekerja untuk diri sendiri, tetapi juga untuk memberikan manfaat bagi umat manusia secara luas.
Mengatasi rasa malas bukanlah hal yang mudah, tetapi bukan berarti mustahil. Langkah pertama adalah mengenali penyebab malas, seperti kurangnya motivasi atau ketakutan akan kegagalan. Setelah itu, penting untuk menetapkan tujuan yang jelas dan realistis.
Mulailah dengan langkah kecil, seperti menyusun jadwal harian atau menetapkan target mingguan. Lingkungan yang mendukung juga sangat membantu dalam membangun kebiasaan produktif. Berteman dengan orang-orang yang memiliki semangat dan visi hidup yang jelas dapat memberikan dorongan positif untuk berubah.
Sebagai penutup, saya ingin menggarisbawahi bahwa malas adalah sifat yang dapat menghancurkan hidup kita. Sifat ini perlahan membunuh semangat aktif dalam diri kita. Oleh karena itu, bagi siapa pun yang membaca tulisan ini, mulailah untuk menghilangkan rasa malas.
Jangan biarkan kemalasan menjadi penghalang dalam meraih cita-cita. Ingatlah untuk selalu berkata dalam hati, “Aku bukan orang malas, aku adalah orang yang ingin sukses.” Jadikan malas sebagai musuh, dan jangan pernah berteman dengannya. Dengan usaha dan doa, segala hal yang kita impikan akan lebih mudah tercapai, asalkan kita bersungguh-sungguh dalam menjalankannya.
Penulis : Asnim Andelia / Universitas Dharmas Indonesia
Editor : Anisa Putri