Gunungkidul, Sorotnesia.com – Balai Dusun Kajor Kulon tampak berbeda. Riuh tawa, sorak semangat, dan obrolan hangat memenuhi ruangan. Sekitar 50 remaja, berusia antara 10 hingga 21 tahun, berkumpul bukan untuk sekadar menghabiskan malam, melainkan mengikuti psikoedukasi bertema pencegahan kenakalan remaja yang diinisiasi oleh mahasiswa KKN-PPM Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) Kelompok 75 pada Senin malam, 4 Agustus 2025.
Keempat mahasiswa pemateri Rojes Anwar Karamigi, Mario Aldi Rejaan, Anita Prisilya Saskia Aomol, dan Ananda Hasuna Rizqi semuanya berasal dari Program Studi Psikologi. Mereka datang dengan misi yang jelas: membangun kesadaran remaja akan bahaya perilaku menyimpang dan mengajak mereka memilih jalur hidup yang lebih positif.
Kegiatan dimulai dengan permainan ice breaking “Kalau Aku Jadi Judul Berita.” Para remaja diminta membuat judul berita tentang diri mereka seandainya masuk media. Jawaban mereka beragam dari impian menjadi atlet berprestasi hingga candaan tentang perilaku nakal. Dari sini, para pemateri membuka diskusi bahwa pemberitaan buruk dapat memberi dampak serius bagi masa depan seseorang.
“Permainan ini kami rancang agar remaja bisa melihat bahwa setiap tindakan punya konsekuensi, dan citra diri dibentuk dari pilihan-pilihan yang kita ambil,” jelas Anita, yang bertindak sebagai moderator sekaligus pemateri pertama.
Setelah suasana cair, materi inti dibagi ke empat sesi. Anita memaparkan pengertian dan ciri-ciri kenakalan remaja, Hasuna membawakan contoh-contoh kasus yang pernah terjadi di berbagai daerah, Mario mengupas faktor penyebab dan dampaknya, sementara Rojes menutup dengan pesan pentingnya dukungan orang tua.
“Orang tua itu ujung tombak. Mereka bukan hanya pengasuh, tetapi sahabat dan teladan. Psikoedukasi ini bukan untuk menggurui, tapi untuk mengajak bergandengan tangan menjaga masa depan anak-anak,” ujar Rojes.
Bentuk kenakalan yang dibahas pun beragam mulai dari bolos sekolah, tawuran, perundungan (bullying), hingga penyalahgunaan narkoba. Para peserta tidak hanya mendengar, tetapi juga aktif bertanya dan menceritakan pengalaman mereka.
Selama 90 menit, kegiatan berjalan interaktif. Para pemateri menggunakan bahasa yang sederhana, didukung tampilan slide, proyektor, dan sound system yang disiapkan sejak sore. Suasana santai namun serius membuat peserta merasa nyaman berbagi pandangan.
Ketika sesi tanya jawab dibuka, beberapa remaja mengangkat tangan. Mereka menanyakan cara menghindari pengaruh buruk teman sebaya, hingga strategi mengatur waktu agar tidak terjebak dalam kebiasaan negatif.
Menurut Mario, respons positif itu menjadi tanda bahwa edukasi ini “menyentuh langsung” realitas yang mereka hadapi. “Mereka tidak malu bercerita, dan itu langkah awal yang penting,” ucapnya.
Acara ditutup dengan yel-yel “Hebat Tanpa Nakal – Mencegah Kenakalan dengan Cinta dan Bahagia” yang direkam dalam bentuk video. Gelak tawa dan semangat yang terpancar dari wajah para remaja menjadi bukti bahwa pesan telah sampai.

Lebih dari sekadar sosialisasi, kegiatan ini membuka ruang dialog antara remaja, mahasiswa, dan masyarakat desa. Kepala Dusun Kajor Kulon yang turut hadir mengapresiasi program ini. Menurutnya, pendekatan kreatif dan interaktif jauh lebih efektif dibanding hanya ceramah satu arah.
Dari sudut pandang sosial, kenakalan remaja tidak dapat dilihat hanya sebagai masalah individu. Faktor keluarga, lingkungan, hingga kondisi ekonomi desa berperan besar. Itulah mengapa program ini tidak hanya menyasar remaja, tetapi juga mendorong keterlibatan komunitas.
Kelompok KKN-PPM UMBY Kelompok 75 menilai bahwa keberlanjutan program ini memerlukan dukungan dari semua pihak. Mereka berencana menyerahkan modul materi kepada perangkat desa agar bisa digunakan dalam pertemuan rutin remaja.
“Kalau hanya satu kali pertemuan, efeknya mungkin singkat. Tapi kalau dibiasakan lewat diskusi rutin, hasilnya akan lebih terasa,” ujar Hasuna.
Kegiatan seperti ini menjadi contoh nyata bahwa edukasi pencegahan bisa dilakukan dengan pendekatan yang ramah, menyenangkan, dan relevan. Tantangannya kini adalah menjaga semangat itu tetap hidup, bukan hanya saat ada kegiatan KKN, tetapi sebagai bagian dari budaya desa.
Dengan kebersamaan, remaja Kajor Kulon diyakini mampu mengarahkan energi mereka untuk hal-hal positif, baik di bidang akademik, olahraga, seni, maupun kegiatan sosial. Dan sebagaimana yang disampaikan oleh para pemateri, setiap remaja selalu punya kesempatan kedua untuk menjadi pribadi yang membanggakan diri, keluarga, dan desanya.

Tim KKN-PPM 75 Universitas Mercu Buana Yogyakarta (UMBY) terdiri dari sepuluh mahasiswa. Mereka adalah Daffa Arizal Muhammad Andani, Kharin Rahmatika, Isnaini Nur Ramdhani, Marchel Brian Antariksa Worabai, Tika Desi Astuti, Rojes Anwar Karamigi, Mario Aldi Rejaan, Wafiq Aziizah, Anita Prisilya Saskia Aomol, dan Ananda Hasuna Rizqi.
Selama pelaksanaan program, tim ini mendapatkan bimbingan langsung dari Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Domnina Rani P. Rengganis, S.Psi., M.Si., Ph.D., yang senantiasa mendukung serta mengarahkan kegiatan agar berjalan sesuai tujuan pemberdayaan masyarakat.
Penulis : Wira Pratama
Editor : Anisa Putri