Mahasiswa UNS Sukses Ubah Segorogunung Jadi Sentra Minyak Nilam Baru

- Redaksi

Senin, 10 November 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Mahasiswa KKN UNS melakukan pembuatan rumah pengeringan tanaman nilam yang kemudian digunakan untuk penjemuran tanaman nilam pada Senin (11/8/2025).  Foto: Tim KKN UNS Desa Segorogunung

Mahasiswa KKN UNS melakukan pembuatan rumah pengeringan tanaman nilam yang kemudian digunakan untuk penjemuran tanaman nilam pada Senin (11/8/2025). Foto: Tim KKN UNS Desa Segorogunung

Karanganyar, Sorotnesia.com – Wangi khas daun nilam kini menjadi aroma perubahan di Desa Segorogunung, Kabupaten Karanganyar. Melalui program Pendampingan Pengolahan Pascapanen Tanaman Nilam untuk Peningkatan Nilai Tambah, Tim KKN Universitas Sebelas Maret (UNS) berhasil membantu masyarakat setempat mengolah hasil panen nilam menjadi minyak atsiri bernilai tinggi. Kegiatan yang digelar pada Senin (18/8/2025) itu dihadiri warga dengan antusias, menandai langkah baru dalam pemberdayaan ekonomi desa.

Tanaman nilam yang dibudidayakan di Segorogunung merupakan semak tropis yang kaya manfaat. Dari daunnya, dapat diekstraksi minyak atsiri atau minyak nilam bahan utama industri parfum, dupa, kosmetik, hingga obat herbal.

Potensi nilam dinilai besar karena permintaannya terus meningkat, sementara produk penggantinya belum ditemukan. Dalam konteks ini, masyarakat Segorogunung mulai menanam nilam sejak pertengahan 2024 dengan pendampingan Dr. Ir. Yudi Rinanto, M.P. dan mahasiswa KKN UNS.

Menurut Tim KKN UNS Desa Segorogunung, pendampingan ini lahir dari kebutuhan nyata di lapangan.

“Selama ini petani di Segorogunung hanya menjual daun nilam dalam bentuk basah atau kering karena belum memiliki alat dan pengetahuan penyulingan. Melalui program ini, kami ingin masyarakat bisa mengolah hasil panen secara mandiri agar memiliki nilai jual yang lebih tinggi,” jelas mereka.

Harga minyak nilam di pasar memang menggiurkan. Di tingkat perusahaan penyulingan, nilainya berkisar Rp500–550 ribu per kilogram. Bahkan di tingkat eksportir, harganya bisa mencapai Rp700–800 ribu per kilogram. Sayangnya, potensi besar itu belum banyak dirasakan warga sebelum adanya pendampingan.

Tahap panen nilam di Segorogunung berlangsung dari 11 hingga 18 Agustus 2025. Setelah dipetik, daun nilam dijemur hingga kering untuk menurunkan kadar air sebelum proses penyulingan. Proses ini memakan waktu dan ketelitian tinggi, karena sedikit kesalahan dapat menurunkan kualitas minyak.

Baca Juga :  Mahasiswa KKN UNS 128 Gandeng BTN Solo Adakan Saku Pintar di SMP N 18 Surakarta

“Proses pengolahan memang tidak mudah dan memerlukan waktu yang lama, itupun bergantung pada cuaca untuk pengeringan. Selain itu, proses penyulingan juga memerlukan kurang lebih enam hingga tujuh jam untuk mendapatkan minyak nilam,” ujar Pak Sumadi, salah satu warga yang ikut serta dalam kegiatan tersebut.

Proses pengumpulan minyak juga dilakukan dengan teliti. Minyak nilam yang mengambang di atas air distilasi diambil menggunakan spons, disaring dengan saringan khusus, lalu disimpan dalam wadah bersih. Ketelitian dalam setiap tahap ini menjadi kunci agar kualitas minyak tetap terjaga.

Mahasiswa KKN UNS memberikan edukasi tentang pengolahan pascapanen tanaman nilam kepada petani di Desa Segorogunung pada Senin (18/8/2025). Foto: Tim KKN UNS Desa Segorogunung
Mahasiswa KKN UNS memberikan edukasi tentang pengolahan pascapanen tanaman nilam kepada petani di Desa Segorogunung pada Senin (18/8/2025). Foto: Tim KKN UNS Desa Segorogunung

Selain praktik langsung, kegiatan pendampingan juga diisi dengan sesi pemaparan dan tanya jawab seputar budidaya nilam. Warga diajak memahami tahapan pembibitan, penanaman, pengeringan, serta strategi menjaga stabilitas harga minyak di pasar.

“Kami berharap masyarakat memiliki wawasan lebih luas, tidak hanya dalam hal produksi tapi juga dalam hal pemasaran dan pengelolaan hasil pertanian secara berkelanjutan,” tambah Tim KKN UNS.

Program kerja KKN UNS di Desa Segorogunung berlangsung selama 45 hari. Selain fokus pada pengolahan pascapanen nilam, para mahasiswa juga merancang berbagai kegiatan penunjang lain.

Mereka membangun rumah pengeringan, mengembangkan pembuatan sabun dari ecoenzym, memperkenalkan Smart Irrigation System berbasis Soil Moisture Sensor, serta mengadakan kegiatan edukatif untuk anak-anak desa.

“Seluruh kegiatan kami arahkan agar masyarakat dapat merasakan manfaat langsung, baik dari sisi ekonomi, lingkungan, maupun kesehatan. Kami ingin keberadaan mahasiswa KKN benar-benar memberikan dampak jangka panjang bagi Desa Segorogunung,” ungkap Tim KKN UNS.

Baca Juga :  Dukung Pengembangan UMKM Kelurahan Banjarsari, Mahasiswa KKN UNS 128 Menggelar Berbagai Pelatihan

Tim ini terdiri dari Muhammad Azzis Nauval (Ilmu Tanah), Dhimas Fajar Albani (Teknik Elektro), ‘Aisy Abhista Rachmadian (Kimia), Elna Putri Heryana (Kimia), Fachrunisa Fitri Mufida (Kimia), Garda Prima Sancaka, Isma Alifia Nisa (Teknik Elektro), Muhammad Bintang Prakoso (Pendidikan Biologi), Nurul Yasmina Fajri (Bahasa Mandarin dan Kebudayaan Tiongkok), dan Zidfina Zulfa (Sastra Arab).

Sinergi lintas bidang ini menjadikan setiap program memiliki dimensi praktis dan inovatif. Mereka bekerja saling melengkapi, menerjemahkan teori kampus menjadi solusi lapangan yang konkret.

Dengan kolaborasi ini, masyarakat Segorogunung kini mampu memproduksi minyak atsiri sendiri. Keberhasilan tersebut menjadi bukti nyata bahwa ilmu pengetahuan bisa berdaya guna ketika diterapkan dengan pendekatan humanis dan partisipatif.

Kegiatan pendampingan nilam bukan hanya sekadar pelatihan teknis, tetapi juga langkah awal menuju kemandirian ekonomi masyarakat. Sebelumnya, petani kerap menghadapi ketergantungan pada tengkulak. Kini, mereka mulai memahami nilai tambah dari produk olahan dan bersemangat memperluas budidaya nilam.

“Kami berharap program ini bisa menjadi pemantik agar masyarakat terus mengembangkan potensi lokal. Nilam hanyalah pintu masuk menuju banyak peluang baru di sektor pertanian dan wirausaha desa,” ujar Tim KKN UNS Desa Segorogunung.

Harapan itu kini tumbuh seiring aroma harum minyak nilam yang dihasilkan warga. Dari semak tropis yang sederhana, Segorogunung berhasil mengekstrak bukan hanya minyak, tetapi juga semangat kemandirian. Desa yang dulu hanya menjual daun kering kini menatap masa depan baru sebagai sentra minyak atsiri di lereng Karanganyar.

Penulis : Tim KKN UNS Desa Segorogunung

Editor : Intan Permata

Follow WhatsApp Channel sorotnesia.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Mahasiswa UBSI Wujudkan Gotong Royong Modern lewat Revitalisasi Pos Ronda Petukangan Utara
Mahasiswa Amikom Yogyakarta Ikuti Rapat Internalisasi Dokumen Mutu di Balai Teknik Sabo
Mahasiswa Hukum UBB Tanamkan Kesadaran Lingkungan di Tengah Isu Tambang Timah Bangka Belitung
Satu Titik Seribu Pandang, Ikon Wisata Baru dari KKN UNS di Desa Glapansari
BRAVY Hadirkan Ruang Aman untuk Latihan Speaking di BraySpace: Belajar Bahasa Inggris Tanpa Takut Salah
Ombak Berdaya, Nelayan Sejahtera: Inovasi Mahasiswa UNEJ Menggerakkan Ekonomi Pesisir Pugerkulon
Dokter Muda Lulusan LPDP, Tungki Pratama Umar, Masuk Daftar Top 2% Ilmuwan Berpengaruh di Dunia
Inovasi Mahasiswa KKN UNS 131: Ubah Limbah Makanan Jadi Kompos Cair untuk Dukung SDGs dan Kemandirian Pangan

Berita Terkait

Selasa, 11 November 2025 - 14:47 WIB

Mahasiswa UBSI Wujudkan Gotong Royong Modern lewat Revitalisasi Pos Ronda Petukangan Utara

Selasa, 11 November 2025 - 11:30 WIB

Mahasiswa Amikom Yogyakarta Ikuti Rapat Internalisasi Dokumen Mutu di Balai Teknik Sabo

Senin, 10 November 2025 - 20:56 WIB

Mahasiswa UNS Sukses Ubah Segorogunung Jadi Sentra Minyak Nilam Baru

Rabu, 5 November 2025 - 10:23 WIB

Mahasiswa Hukum UBB Tanamkan Kesadaran Lingkungan di Tengah Isu Tambang Timah Bangka Belitung

Jumat, 31 Oktober 2025 - 16:43 WIB

Satu Titik Seribu Pandang, Ikon Wisata Baru dari KKN UNS di Desa Glapansari

Berita Terbaru