Menyusuri Rasa di Cibiru Melalui Surabi Legendaris

- Redaksi

Kamis, 18 Desember 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Seorang penjual surabi di Cibiru, Bandung tampak sedang menyiapkan pesanan pelanggan, Rabu (3/12/2025). Foto: Dokumen Pribadi/Sinthia Rahmawati

Seorang penjual surabi di Cibiru, Bandung tampak sedang menyiapkan pesanan pelanggan, Rabu (3/12/2025). Foto: Dokumen Pribadi/Sinthia Rahmawati

Bandung, Sorotnesia.com – Menjelang sore, kawasan Bundaran Cibiru perlahan berubah wajah. Deru kendaraan yang saling bersahutan berpadu dengan aroma adonan tepung beras yang dipanggang di atas tungku tanah liat.

Asap tipis mengepul, membawa wangi khas surabi yang menguar dan mengundang langkah orang-orang untuk mendekat. Di sudut keramaian Bandung Timur itu, Surabi Bunderan Cibiru hadir sebagai penanda rasa sekaligus penjaga ingatan kuliner yang bertahan sejak awal 2000-an.

Lapak sederhana ini bukan sekadar tempat berjualan. Ia menyimpan kisah tentang ketekunan dan kesetiaan pada resep warisan. Eti (50), generasi kedua pengelola Surabi Bunderan Cibiru, melanjutkan usaha yang dirintis mendiang ibunya lebih dari dua dekade lalu. Resep yang digunakan hingga kini tidak banyak berubah, tetap mengandalkan takaran dan cara olah yang sama seperti pertama kali surabi ini dijajakan di kawasan tersebut.

“Dulu ibu saya hanya membuka warung kecil-kecilan. Alhamdulillah, seiring waktu, warung yang awalnya hanya muat dua sampai tiga orang kini sudah lebih luas. Meski sekarang saya yang melanjutkan, pelanggan tetap masih berdatangan. Bahkan, banyak pelanggan lama yang datang kembali sambil membawa anak dan cucunya,” ujar Eti saat ditemui Selasa, 3 Desember 2025.

Baca Juga :  Langkah Besar yang Mengantar Raisya Rabiah Jadi Duta Favorit

Di antara berbagai pilihan, surabi oncom menjadi menu yang paling banyak dicari. Surabi gurih dengan tumisan oncom pedas khas Sunda itu seolah menjadi identitas utama lapak ini. Untuk pencinta rasa manis, surabi dengan topping cokelat juga tak kalah digemari, terutama oleh pembeli muda.

Mengikuti perubahan selera zaman, Surabi Bunderan Cibiru pun beradaptasi. Sejumlah varian modern seperti surabi telur, makaroni, seblak makaroni, hingga makaroni pedas kini turut meramaikan daftar menu. Namun, satu hal tetap dijaga. Semua surabi masih dimasak dengan cara tradisional, dibakar perlahan di atas tungku arang.

Baca Juga :  “Luwes, Ikhlas, Sabar”: Kisah Pak Asep, Satpam Ma’had UIN Bandung yang Ramah dan Selalu Tersenyum

“Anak-anak muda sekarang banyak yang suka surabi cokelat. Tapi mereka tetap bilang, yang paling enak itu surabi original karena rasanya bikin nostalgia,” kata Intan (19), pengunjung asal Sukabumi yang sengaja singgah saat melintas di Bandung.

Daya tarik lain dari surabi legendaris ini terletak pada harganya yang bersahabat. Sepotong surabi dibanderol mulai dari Rp2.000 hingga Rp7.000, tergantung varian dan topping. Harga yang ramah kantong membuatnya tetap diminati berbagai kalangan, dari pelajar hingga wisatawan luar kota.

Surabi Bunderan Cibiru membuktikan bahwa kesederhanaan, ketulusan menjaga resep, dan konsistensi rasa mampu membuat kuliner tradisional bertahan di tengah gempuran makanan kekinian. Singgah ke sini bukan sekadar soal mengenyangkan perut, melainkan menikmati sepotong kisah tentang kehangatan, kenangan, dan rasa yang terus hidup dari waktu ke waktu.



Penulis : Sinthia Rahmawati | Mahasiswa Ilmu Komunikasi

Editor : Anisa Putri

Follow WhatsApp Channel sorotnesia.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Langkah Besar yang Mengantar Raisya Rabiah Jadi Duta Favorit
Suara yang Pulang ke Langit, Cahaya yang Tinggal di Bumi
Menelisik Perjalanan Anak Muda Bandung, Menemukan Jati Diri hingga ke Negeri Sakura
Dua Jiwa, Satu Lapangan: Perjalanan Silva dan Silvi Menyemai Mimpi di Voli Pasir
Muncratnya Bakso, Mengalirnya Cerita di Tepi Sungai
Pabrik Kopi Dartoyo: Hadirkan Cerita, Suasana Jawa dan Aroma Kopi yang Menggugah
“Luwes, Ikhlas, Sabar”: Kisah Pak Asep, Satpam Ma’had UIN Bandung yang Ramah dan Selalu Tersenyum
500 RW Sudah Bergerak, Bandung Percepat Revolusi Pengelolaan Sampah

Berita Terkait

Jumat, 19 Desember 2025 - 14:25 WIB

Langkah Besar yang Mengantar Raisya Rabiah Jadi Duta Favorit

Jumat, 19 Desember 2025 - 12:31 WIB

Suara yang Pulang ke Langit, Cahaya yang Tinggal di Bumi

Jumat, 19 Desember 2025 - 12:06 WIB

Menelisik Perjalanan Anak Muda Bandung, Menemukan Jati Diri hingga ke Negeri Sakura

Jumat, 19 Desember 2025 - 10:00 WIB

Dua Jiwa, Satu Lapangan: Perjalanan Silva dan Silvi Menyemai Mimpi di Voli Pasir

Jumat, 19 Desember 2025 - 08:56 WIB

Muncratnya Bakso, Mengalirnya Cerita di Tepi Sungai

Berita Terbaru

Opini

Mencari Keseimbangan sebagai Landasan Etika Sosial

Selasa, 23 Des 2025 - 23:30 WIB

Opini

Mengelola Diri Sendiri Sebelum Mengelola Orang Lain

Selasa, 23 Des 2025 - 19:25 WIB

Opini

Membangkitkan Nilai Pancasila bagi Generasi Muda

Selasa, 23 Des 2025 - 19:05 WIB