Mendengar kata “antre”, hampir semua dari kita, tanpa terkecuali saya, pasti akan langsung membayangkan situasi yang membosankan dan menyebalkan. Berdiri dalam barisan panjang, menunggu giliran yang seakan tak kunjung tiba, seringkali terasa seperti membuang waktu. Banyak dari kita mencari pelarian dengan bermain ponsel, mencoba melupakan rasa bosan yang perlahan-lahan menyelimuti.
Namun, bagaimana jika kita sedang mengantre di tempat yang tidak memungkinkan kita bermain ponsel, seperti di SPBU? Di sana, kita mungkin merasa tak berdaya, terjebak dalam rutinitas yang seakan tak ada ujung.
Tetapi, pernahkah kita berhenti sejenak, menurunkan ponsel, dan melihat apa yang sebenarnya terjadi di sekitar kita saat mengantre? Jika kita membuka mata dan hati, ada begitu banyak hal tentang kehidupan yang bisa kita pelajari dari sekadar berdiri dalam antrean.
Saat berdiri di antrean panjang SPBU di tengah malam, pernahkah Anda memperhatikan orang-orang di sekitar? Ada petugas SPBU yang berdiri di bawah terik matahari atau dinginnya malam, tetap tersenyum meski tubuh mereka pasti lelah setelah melayani ratusan kendaraan yang datang silih berganti.
Ada pengemudi yang sabar menunggu, meski mungkin rasa kantuk mulai menyelimuti, namun tetap harus mengisi bensin untuk melanjutkan perjalanan. Di sudut lain, ada penjual kecil yang duduk di dekat pintu keluar, berharap ada pembeli yang singgah sejenak membeli dagangannya. Bahkan, terkadang kita melihat pengemis yang mengulurkan tangan, mencoba bertahan di kerasnya kehidupan.
Dari setiap wajah yang kita lihat, dari setiap individu yang mengantre bersama kita, ada cerita yang berbeda-beda. Setiap orang yang berdiri di sana membawa bebannya masing-masing, menghadapi perjuangan hidup yang tak selalu terlihat dari luar.
Mengantre, pada akhirnya, mengajarkan kita tentang kesabaran, empati, dan rasa syukur. Mengantre mengingatkan kita bahwa hidup ini adalah sebuah perjalanan, di mana setiap orang memiliki giliran dan tujuannya masing-masing.
Budaya antre mengajarkan kita bahwa tak selalu segalanya bisa didapatkan dengan cepat. Kadang, kita harus menunggu. Dan dalam proses menunggu itulah, kita diajarkan untuk bersabar, untuk mengerti bahwa hidup tak hanya tentang kita sendiri.
Ada banyak orang di luar sana yang mungkin lebih lelah, lebih berjuang, namun tetap menapaki langkah mereka dengan tegar. Kita belajar untuk menghargai waktu dan usaha orang lain, serta menerima kenyataan bahwa tak semua hal bisa kita kontrol.
Jadi, lain kali ketika Anda merasa kesal karena harus mengantre, coba alihkan perhatian Anda dari rasa jenuh itu. Perhatikan sekeliling, lihat bagaimana orang-orang di sekitar Anda menjalani hidup mereka, dan tanyakan pada diri sendiri: “Apa yang bisa saya pelajari dari mereka hari ini?”
Antre, pada akhirnya, bukan hanya tentang menunggu giliran. Ini adalah pelajaran tentang kehidupan itu sendiri—tentang bagaimana kita saling menghargai, memahami perjuangan orang lain, dan menjalani setiap detik dengan kesadaran penuh. Antre mengingatkan kita untuk hidup dengan lebih tenang, lebih sabar, dan lebih peduli.
Penulis : Redaksi
Editor : Anisa Putri