Dampak AI (Artificial Intelligence) di Kalangan Gen Z dalam Belajar

- Jurnalis

Jumat, 10 Januari 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi foto/adobe

Ilustrasi foto/adobe

AI (Artificial Intelligence) atau kecerdasan buatan adalah teknologi canggih yang mampu meniru kemampuan manusia dalam menyelesaikan berbagai masalah. Teknologi ini dirancang untuk mendukung sistem komputer agar memiliki kemampuan intelektual layaknya manusia.

Dalam perkembangannya, AI telah memengaruhi hampir semua aspek kehidupan, termasuk dalam dunia pendidikan. Dengan kemampuannya yang luar biasa, AI memberikan berbagai solusi instan yang mempermudah banyak tugas dan pekerjaan. Hal ini menjadikannya alat yang sangat menarik dan membuat pengguna merasa ketagihan.

Seperti yang dikatakan oleh Elon Musk, AI membuat hidup kita menjadi lebih mudah dan efisien. Namun, di balik segala kemudahan tersebut, terdapat dampak besar yang memengaruhi pola hidup manusia, terutama dalam proses pembelajaran.

Dalam beberapa tahun terakhir, AI telah menjadi alat yang banyak digunakan oleh generasi Z (Gen Z), generasi yang tumbuh bersama perkembangan teknologi digital. Neil Howe dan William Strauss, ahli demografi dan sejarah, bahkan menyebut Gen Z sebagai bagian dari “Generasi Digital”. Generasi ini sangat akrab dengan teknologi dan kerap menjadi pengguna pertama dalam perkembangan alat berbasis AI.

AI telah membawa perubahan besar dalam sistem pendidikan. Di era digital saat ini, aplikasi berbasis AI semakin banyak digunakan untuk mendukung proses pembelajaran. Dengan teknologi ini, tugas-tugas yang rumit dapat diselesaikan dengan mudah, bahkan jawaban bisa diperoleh secara instan.

Hal ini tentu memberikan manfaat besar, tetapi di sisi lain juga memunculkan risiko ketergantungan. Sebagai contoh, banyak siswa hanya menyalin jawaban dari AI tanpa memahami materi yang diberikan. Akibatnya, mereka kehilangan kesempatan untuk berpikir kritis dan mendalami materi secara mendalam.

Ketergantungan terhadap AI dapat memberikan dampak positif dan negatif. Dampak positifnya adalah peningkatan efisiensi dan kemudahan dalam belajar. Proses pembelajaran menjadi lebih singkat karena banyak informasi tersedia dalam aplikasi berbasis AI.

Baca Juga :  Hari Guru dan Transformasi Pendidikan: Menuju Kurikulum Deep Learning

Namun, dampak negatifnya adalah melemahnya kemandirian belajar dan kemampuan berpikir kritis. Ketergantungan dapat diartikan sebagai kondisi di mana seseorang bergantung pada pihak lain untuk menyelesaikan tugas atau masalah, baik secara fisik, emosional, maupun intelektual.

Ketika ketergantungan ini terjadi pada hal-hal yang negatif, seperti terlalu bergantung pada teknologi, maka akan berdampak buruk pada perkembangan individu.

Dalam konteks pendidikan, ketergantungan pada AI membuat siswa lebih memilih menggunakan teknologi ini dibandingkan menyelesaikan tugas secara mandiri. Mereka kehilangan kesempatan untuk belajar berpikir kritis dan bekerja sama dalam kelompok.

Ketika menghadapi ujian tanpa bantuan teknologi, mereka akan kesulitan karena tidak terbiasa mengerjakan soal dengan cara tradisional. Menurut survei yang dilakukan oleh Universitas Indonesia pada tahun 2022, sebanyak 80% mahasiswa berusia 18-24 tahun menggunakan aplikasi pembelajaran berbasis AI. Namun, sebagian besar dari mereka mengalami penurunan kemampuan berpikir kritis akibat ketergantungan tersebut.

Fenomena ketergantungan ini tidak hanya terjadi pada mahasiswa, tetapi juga pada siswa SMA. Survei dari Kementerian Pendidikan pada tahun 2022 menunjukkan bahwa 80% siswa SMA menggunakan aplikasi pembelajaran berbasis AI, dan 50% di antaranya mengalami ketergantungan.

Banyak siswa merasa sulit untuk belajar tanpa bantuan teknologi AI. Mereka kehilangan kepercayaan diri untuk mencari solusi secara mandiri dan menjadi pasif dalam proses pembelajaran. Akibatnya, kemampuan berpikir kritis dan keterampilan hidup mereka menjadi terhambat.

Ketergantungan terhadap AI juga berisiko menghancurkan masa depan generasi muda. Tanpa kemampuan berpikir kritis, sulit bagi seseorang untuk bersaing dalam dunia kerja yang semakin kompetitif.

Baca Juga :  Pendidikan Tanpa Arah: Apakah Kita Menyiapkan Masa Depan atau Sekadar Mengikuti Arus?

Di masa depan, teknologi akan terus berkembang, dan hanya individu yang mampu mengelola teknologi secara bijak yang akan mampu beradaptasi dengan perubahan tersebut. Oleh karena itu, penting bagi Gen Z untuk menyadari dampak negatif dari ketergantungan pada AI dan mulai menggunakan teknologi ini secara bijaksana.

Peran orang tua dan pendidik juga sangat penting dalam mengatasi masalah ini. Mereka harus memberikan pengawasan dan arahan yang tepat agar siswa tidak terlalu bergantung pada AI.

Mengajarkan nilai-nilai kemandirian dan berpikir kritis sejak dini dapat membantu siswa memanfaatkan teknologi secara optimal tanpa mengorbankan kemampuan intelektual mereka. Selain itu, siswa juga perlu diberikan tantangan untuk menyelesaikan tugas secara mandiri, sehingga mereka terbiasa berpikir kreatif dan inovatif.

Penggunaan teknologi AI seharusnya difokuskan pada hal-hal yang benar-benar penting dan mendukung proses belajar yang efektif. Misalnya, dalam menyelesaikan tugas, lebih baik mendapatkan hasil yang kurang memuaskan tetapi dikerjakan sendiri daripada mendapatkan nilai tinggi dari hasil kerja AI.

Dengan demikian, siswa dapat belajar dari kesalahan dan terus memperbaiki diri. Pendidikan dan kesadaran akan pentingnya kemandirian dalam belajar harus ditingkatkan agar generasi muda dapat menghadapi tantangan masa depan dengan percaya diri.

Sebagai kesimpulan, meskipun AI memberikan banyak manfaat, penggunaannya harus dilakukan secara bijaksana. Generasi muda perlu menyadari bahwa ketergantungan pada teknologi ini dapat menghambat perkembangan mereka.

Dengan mengambil langkah-langkah strategis dan menggunakan AI secara bertanggung jawab, kita dapat memastikan bahwa teknologi ini menjadi alat yang mendukung kemajuan, bukan penghambat masa depan.

Penulis : Nita Naila Assyipa / Universitas Dharmas Indonesia

Editor : Anisa Putri

Follow WhatsApp Channel sorotnesia.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Manajemen Inovasi: Peluang dan Tantangan di Era Disrupsi
Hak Asasi Manusia: Pilar Fundamental Kehidupan Bermasyarakat
Peran Organisasi Kepemudaan dalam Meningkatkan Pemahaman Wawasan Nusantara di Kalangan Pemuda Indonesia
Upaya Memperkuat Jati Diri Bangsa Melalui Pemahaman Wawasan Nusantara di Era Gempuran Kebudayaan Asing
Ketika Kuliah Bukan Lagi Tentang Belajar: Melawan Tren Hedonisme di Dunia Mahasiswa
Inovasi Sistem Sekolah untuk Membentuk Generasi Indonesia yang Unggul
Peran Orang Tua dalam Mendorong Motivasi Belajar Anak di Sekolah Dasar
Pendidikan Sangat Berpengaruh Terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Suku Anak Dalam

Berita Terkait

Selasa, 25 Maret 2025 - 21:32 WIB

Manajemen Inovasi: Peluang dan Tantangan di Era Disrupsi

Rabu, 22 Januari 2025 - 22:47 WIB

Hak Asasi Manusia: Pilar Fundamental Kehidupan Bermasyarakat

Kamis, 16 Januari 2025 - 19:16 WIB

Peran Organisasi Kepemudaan dalam Meningkatkan Pemahaman Wawasan Nusantara di Kalangan Pemuda Indonesia

Kamis, 16 Januari 2025 - 19:09 WIB

Upaya Memperkuat Jati Diri Bangsa Melalui Pemahaman Wawasan Nusantara di Era Gempuran Kebudayaan Asing

Kamis, 16 Januari 2025 - 12:16 WIB

Ketika Kuliah Bukan Lagi Tentang Belajar: Melawan Tren Hedonisme di Dunia Mahasiswa

Berita Terbaru

Ilustrasi foto. (freepik)

Opini

Manajemen Inovasi: Peluang dan Tantangan di Era Disrupsi

Selasa, 25 Mar 2025 - 21:32 WIB