Kriya Indonesia Sub Sektor Ekonomi Kreatif Potensial Penopang Perekonomian Nasional

- Jurnalis

Jumat, 10 Oktober 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Suasana pasar kerajinan tradisional di lereng gunung memperlihatkan geliat ekonomi kreatif berbasis budaya lokal. Produk kriya buatan tangan menjadi simbol ketekunan, identitas, dan daya saing ekonomi rakyat Indonesia di tengah arus globalisasi.

Suasana pasar kerajinan tradisional di lereng gunung memperlihatkan geliat ekonomi kreatif berbasis budaya lokal. Produk kriya buatan tangan menjadi simbol ketekunan, identitas, dan daya saing ekonomi rakyat Indonesia di tengah arus globalisasi.

Siapa sangka industri kerajinan atau kriya yang selama ini kurang tersorot media ternyata menjadi salah satu tulang punggung ekonomi kreatif Indonesia? Data terbaru menunjukkan bahwa sektor kriya telah berkontribusi secara signifikan terhadap pertumbuhan ekonomi nasional, bahkan berhasil menembus pasar internasional di tengah tantangan ekonomi global yang tidak pasti.

Mari kita cermati bersama bagaimana perkembangan sektor kerajinan Indonesia dalam beberapa tahun terakhir ini, berdasarkan lima sumber terpercaya yang menggambarkan potensi luar biasa yang dimiliki bangsa kita.

Kontribusi Nyata terhadap Perekonomian Nasional

Ekonomi kreatif Indonesia telah menunjukkan performa yang mengesankan. Berdasarkan data terbaru, sektor ekonomi kreatif mencatat nilai tambah mencapai Rp 749,58 triliun pada triwulan pertama 2024, atau sekitar 55,65% dari target tahunan sebesar Rp 1.347 triliun. Dari kontribusi tersebut, tiga sektor unggulan yang menjadi penyumbang signifikan adalah kuliner, fesyen, dan kriya.

Data menunjukkan bahwa pada akhir tahun 2021, subsektor kriya berhasil menyerap lebih dari 17 juta tenaga kerja dan menyumbang 7,38% dari PDB nasional dan terus tumbuh secara konsisten hingga saat ini [1]. Hal ini membuktikan transformasi fundamental dari industri warisan budaya menjadi mesin penggerak ekonomi inklusif yang mampu mendistribusikan kesejahteraan hingga ke level grass-root

Angka ini membuktikan bahwa kriya bukan lagi sektor pinggiran, melainkan kekuatan ekonomi riil yang mampu menopang kehidupan jutaan keluarga Indonesia [2]. Data lebih terkini menunjukkan tren yang semakin menggembirakan. Pada tahun 2023, ekonomi kreatif menyumbang lebih dari 7,4% dari PDB nasional, dengan kriya, fesyen, dan kuliner sebagai subsektor yang paling signifikan [3].

Konsistensi kontribusi kriya terhadap PDB nasional yang bertahan di atas 7% selama periode 2021-2023 menunjukkan resiliensi struktural sektor ini terhadap gejolak ekonomi, sekaligus mengonfirmasi bahwa daya saing ekonomi Indonesia tidak lagi semata-mata bergantung pada sektor ekstraktif, melainkan telah berevolusi menuju ekonomi berbasis kreativitas dan kearifan lokal yang berkelanjutan.

Prestasi Ekspor yang Membanggakan

Kinerja ekspor sektor kriya Indonesia patut diacungi jempol. Data dari Kementerian Perindustrian menunjukkan bahwa pada tahun 2023, ekspor produk kerajinan Indonesia mencapai US$ 724,94 juta dengan tujuan ekspor utama China, Amerika, dan Eropa. Pencapaian ini menunjukkan daya saing produk kerajinan Indonesia di pasar global [4].

Capaian ini mengonfirmasi bahwa produk kriya Nusantara telah melampaui stigma ‘komoditas etnik’ dan berhasil memposisikan diri sebagai produk premium yang mampu bersaing dalam ekosistem pasar global yang menuntut standar kualitas, desain, dan keberlanjutan tingkat tinggi.

Tren positif berlanjut hingga 2024. Berdasarkan data Dirjen Bea dan Cukai Kemenkeu, pada semester pertama 2024, nilai ekspor ekonomi kreatif mencapai 12,36 miliar dolar AS, dengan kriya menyumbang sebesar 4.755,79 juta dolar AS, menjadikannya kontributor terbesar kedua setelah fesyen. Angka ini mencerminkan peningkatan sebesar 4,46% dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya, terutama berkat peningkatan permintaan ekspor di sektor kriya dan fesyen [1].  

Baca Juga :  Mahasiswa KKN UNS Dorong Generasi Muda Desa Tegalweru Kenali Ekonomi Kreatif

Hal ini menggambarkan  terjadinya structural shift dalam pola konsumsi global yang semakin menghargai produk handcrafted, authentic, dan sustainable, sebuah positioning strategis yang memberikan Indonesia comparative advantage di era ekonomi berbasis nilai (value-based economy).

Lima negara tujuan utama ekspor ekonomi kreatif Indonesia menunjukkan diversifikasi pasar yang baik: Amerika Serikat dengan nilai 4.078,09 juta dolar AS, Swiss 908,47 juta dolar AS, Jepang 619,28 juta dolar AS, Hong Kong 582,63 juta dolar AS, dan India 541,78 juta dolar AS.

Diversifikasi ini penting untuk mengurangi risiko ketergantungan pada satu pasar saja [1]. Strategi ini mencerminkan strategi penetrasi pasar yang tidak hanya mengejar volume tetapi juga value maximization melalui segmentasi pasar high-end (Swiss) dan mass premium (AS, Jepang)

Bukan Sekedar Kualitas Namun Keunikan

Mengapa produk kriya Indonesia begitu diminati di pasar global? Jawabannya terletak pada keunikan dan karakteristik khas yang tidak dimiliki negara lain. Indonesia memiliki kekayaan alam berlimpah yang merupakan bahan baku utama industri kerajinan, ditambah dengan sumber daya manusia yang kreatif dan inovatif [4].

Keberagaman budaya Indonesia menciptakan produk kriya yang memiliki keunikan khas sesuai dengan budaya daerah masing-masing. Dari batik Yogyakarta, tenun Sumba, ukiran Jepara, hingga kerajinan perak Bali setiap daerah memiliki keunggulan dan kekhasan tersendiri yang sulit ditiru [4]. Para konsumen mancanegara menilai produk kerajinan Nusantara memiliki keunikan yang khas, sesuai dengan budaya daerah masing-masing. Aspek “buatan tangan” dan sifat eksklusif (exquisite) dari produk kerajinan Indonesia menjadi nilai jual yang sangat diunggulkan di era industrialisasi massal ini [4].

Tantangan dan Peluang di Era Digital

Namun, tidak bisa dipungkiri bahwa industri kriya Indonesia juga menghadapi berbagai tantangan. Berdasarkan penelitian Amanda Selawati & Fauzatul Laily Nisa (2024) Ekosistem kriya di Indonesia berbeda dengan negara berkembang lainnya.

Kurangnya fasilitas, pendidikan, aksesibilitas, dan geografis membuat banyak seniman tidak memiliki akses yang mudah ke distributor ataupun penyalur bahan baku [2]. Tantangan lain yang dihadapi meliputi akses pasar yang terbatas, kurangnya perlindungan HKI pada karya-karya kriya, kurangnya informasi yang tersedia bagi konsumen, inovasi dan desain yang masih terpaku pada desain tradisional, serta teknologi dan infrastruktur yang kurang memadai [2].

Baca Juga :  Kabupaten Pekalongan Gencarkan Program GERLAP ANTING untuk Tekan Stunting

Disparitas infrastruktur, pendidikan, dan akses distribusi menciptakan kesenjangan produktivitas antarwilayah yang menghambat seniman kriya mentransformasi talenta kreatif menjadi output ekonomi kompetitif dan berkelanjutan secara nasional.

Meskipun demikian, tantangan ini sekaligus membuka peluang besar. Teknologi digital yang terus berkembang memudahkan untuk memperluas pasar dan efisiensi produk. Dukungan pemerintah melalui program #BeliKreatifLokal dan #BanggaBuatanIndonesia, atau melalui Galeri Seni dan Festival Seni dan Budaya memberikan momentum positif [2].

Seiring dengan meningkatnya jumlah pengguna gawai dan media sosial di Indonesia, peluang pemasaran digital menjadi semakin terbuka. Media sosial tidak hanya berfungsi sebagai sumber inspirasi, tetapi juga memunculkan influencer dalam ekosistem kriya yang dapat membantu promosi produk [2].

Penetrasi digital dan dukungan kebijakan pemerintah membuka jalan bagi demokratisasi akses pasar, mengubah keterbatasan geografis menjadi peluang ekspansi eksponensial melalui ekosistem influencer dan platform e-commerce

Dukungan Pemerintah dan Masa Depan Sektor Kriya

Pemerintah Indonesia serius menggarap sektor ekonomi kreatif, khususnya kriya, yang pada 2019 menyumbang Rp 1.153,4 triliun PDB (7,3% dari total PDB nasional), menyerap 15,2% tenaga kerja, dan 11,9% ekspor [5]. Kementerian Perindustrian, melalui Direktorat Jenderal IKMA, aktif membina IKM kerajinan melalui bimbingan teknis dan pendampingan [4].

Program-program seperti Asta Kriya Nusantara dan OVOP (One Village One Product) Go Global terus digelar untuk meningkatkan kapasitas, branding, dan akses pasar internasional produk IKM. OVOP Go Global, misalnya, berfokus pada peningkatan kapasitas dan branding produk tanpa menghilangkan identitas lokal [4].

Masa depan industri kriya sangat cerah. Pemerintah menargetkan kontribusi ekonomi kreatif terhadap PDB yang ambisius, dengan kriya sebagai fokus utama karena potensi besarnya. Kekayaan budaya Indonesia menjadi katalis bagi pengembangan kerajinan dan talenta kreatif [6].

Secara global, tren konsumsi menghargai produk berkelanjutan, ramah lingkungan, dan bernilai budaya tinggi, menciptakan peluang emas bagi kriya Indonesia. Peran teknologi digital juga krusial; e-commerce dan media sosial memungkinkan produk kriya menjangkau pasar lebih luas dengan biaya lebih rendah.

Ekonomi kreatif subsektor kriya di Indonesia berpotensi besar berkontribusi pada pertumbuhan ekonomi global. Dengan mengatasi tantangan seperti akses pasar, kualitas produksi, inovasi desain, dan bahan baku, serta memanfaatkan digitalisasi, regulasi pemerintah, tren konsumsi global, dan kolaborasi, sektor kriya dapat terus tumbuh dan memberikan kontribusi signifikan bagi perekonomian Indonesia.

Referensi

  • https://infopublik.id/kategori/nasional-ekonomi-bisnis/860436/ekonomi-kreatif-indonesia-triwulan-i-2024-tumbuh-pesat-capai-rp749-58-triliun
  • https://journal.tangrasula.com/index.php/jeki/article/download/59/59/571
  • https://journal.tangrasula.com/index.php/jeki/article/download/115/98
  • https://ikm.kemenperin.go.id/storage/publication/gema/gema-edisi-86.pdf
  • https://www.ekon.go.id/publikasi/detail/3593/pemerintah-dorong-optimalisasi-pertumbuhan-industri-kreatif-indonesia
  • https://journal.yrpipku.com/index.php/msej/article/download/5840/3265/31016

Penulis : M. Nur Ikhwan / Magister Ekonomi Syariah UIN KH. Abdurrahman Wahid Pekalongan

Editor : Anisa Putri

Follow WhatsApp Channel sorotnesia.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Pentingnya Manajemen Kas terhadap Usaha UMKM dengan Owner Gen Z
Detektif Geometri: Memecahkan Misteri Bangun Ruang dengan GeoGebra
Saatnya Berubah: Menepis Stigma Kekerasan di Madura
Sarjana Muslim di Tengah Tantangan Dunia Kerja
Islam dan Luka Ekologis: Menimbang Kembali Etika Pertambangan dalam Perspektif Syariat
Antara Husnuzan dan Trust Issue: Menjaga Keseimbangan di Tengah Dunia yang Rumit
Fatwa-Fatwa Kontemporer Ulama Dunia soal Perang: Antara Jihad dan Kemanusiaan
Pernikahan Dini dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Indonesia: Antara Syariat dan Regulasi Negara

Berita Terkait

Jumat, 10 Oktober 2025 - 09:04 WIB

Kriya Indonesia Sub Sektor Ekonomi Kreatif Potensial Penopang Perekonomian Nasional

Kamis, 21 Agustus 2025 - 17:14 WIB

Pentingnya Manajemen Kas terhadap Usaha UMKM dengan Owner Gen Z

Sabtu, 26 Juli 2025 - 12:14 WIB

Detektif Geometri: Memecahkan Misteri Bangun Ruang dengan GeoGebra

Selasa, 8 Juli 2025 - 18:36 WIB

Saatnya Berubah: Menepis Stigma Kekerasan di Madura

Senin, 30 Juni 2025 - 21:30 WIB

Sarjana Muslim di Tengah Tantangan Dunia Kerja

Berita Terbaru