Di tepian sungai Batanghari, berdiri sebuah desa kecil bernama Desa Muara Niro. Dahulu, desa ini dikenal dengan adat istiadatnya yang kaya dan penuh makna. Salah satu tradisi yang paling ditunggu adalah pawai obor pada malam takbiran menjelang Hari Raya Idul Fitri.
Masyarakat berkumpul membawa obor, berarak mengelilingi desa dengan penuh semangat. Keesokan harinya, berbagai perlombaan tradisional seperti balap karung, memanjat batang pinang, lomba MTQ tingkat RT, dan pertandingan sepak bola turut memeriahkan suasana. Selain itu, para tetua desa kerap menceritakan legenda leluhur yang disimak dengan antusias oleh anak-anak.
Adat istiadat semacam ini dulu menjadi pedoman hidup masyarakat, menjaga keharmonisan, solidaritas, dan keteraturan sosial. Tradisi seperti pawai obor dan perlombaan tidak hanya menghibur, tetapi juga mempererat tali silaturahmi antarwarga.
Namun, seiring perkembangan zaman dan kemajuan teknologi, nilai-nilai ini mulai tergeser. Anak-anak muda lebih sibuk dengan gawai dan media sosial, menganggap adat istiadat sebagai sesuatu yang kuno. Akibatnya, kegiatan tradisional seperti pawai obor semakin jarang diadakan, dan perlombaan khas Hari Raya mulai ditinggalkan.
Globalisasi menjadi salah satu faktor utama yang mempercepat memudarnya adat istiadat. Melalui media massa dan internet, budaya asing lebih mudah diakses, membuat generasi muda lebih akrab dengan budaya luar dibandingkan tradisi lokal.
Pergeseran ini memunculkan pandangan bahwa adat istiadat tidak relevan dengan kehidupan modern. Banyak anak muda yang mulai merasa bahwa mempraktikkan tradisi leluhur bukanlah sesuatu yang penting, sehingga mereka lebih memilih aktivitas yang lebih sesuai dengan gaya hidup modern.
Globalisasi juga memperkenalkan berbagai bentuk hiburan baru yang dianggap lebih menarik dibandingkan mengikuti acara adat.
Selain globalisasi, urbanisasi juga berperan besar dalam memudarnya adat istiadat. Ketika penduduk desa bermigrasi ke kota untuk mencari pekerjaan, mereka meninggalkan komunitas tradisionalnya. Di lingkungan perkotaan yang heterogen dan modern, adat istiadat semakin terpinggirkan.
Anak-anak yang lahir dan tumbuh di kota pun kehilangan keterhubungan dengan tradisi leluhur mereka. Urbanisasi tidak hanya mengubah pola hidup masyarakat, tetapi juga mengurangi frekuensi interaksi sosial yang biasanya menjadi medium pelestarian adat. Kehidupan perkotaan yang serba cepat sering kali menyisakan sedikit waktu untuk melibatkan diri dalam kegiatan adat atau budaya lokal.
Pendidikan formal yang lebih fokus pada ilmu pengetahuan daripada budaya lokal turut memengaruhi kondisi ini. Kurikulum sekolah sering kali tidak memberikan ruang yang cukup untuk pengajaran adat istiadat. Padahal, pendidikan berbasis budaya lokal bisa menjadi alat efektif untuk melestarikan tradisi.
Kurangnya pemahaman akan pentingnya tradisi membuat generasi muda kehilangan kebanggaan terhadap warisan budaya mereka. Anak-anak sekolah lebih banyak diperkenalkan pada teknologi dan ilmu pengetahuan modern, sementara pengajaran mengenai tradisi lokal hanya menjadi pelengkap atau bahkan terabaikan sama sekali.
Tidak semua dampak modernisasi terhadap adat istiadat bersifat negatif. Beberapa tradisi yang sudah tidak relevan, seperti praktik adat yang diskriminatif, memang perlu ditinggalkan. Namun, tradisi yang mengandung nilai positif seperti kebersamaan, penghormatan terhadap alam, dan penghargaan terhadap orang tua harus tetap dilestarikan.
Modernisasi memberikan peluang untuk mengevaluasi adat istiadat secara kritis, membedakan mana yang masih relevan dan mana yang perlu disesuaikan dengan perkembangan zaman. Tradisi yang memperkuat solidaritas sosial, misalnya, tetap memiliki tempat dalam masyarakat modern apabila diberi sentuhan inovasi.
Upaya pelestarian adat istiadat sebenarnya sudah dilakukan oleh berbagai pihak. Pemerintah dan komunitas lokal sering mengadakan festival budaya, pameran seni tradisional, serta pengajaran bahasa daerah.
Teknologi juga digunakan untuk mendokumentasikan tradisi, melalui video, buku, atau aplikasi digital. Meskipun begitu, usaha ini perlu lebih ditingkatkan agar mampu menjangkau generasi muda secara efektif.
Dokumentasi yang menarik dan sesuai dengan selera generasi digital dapat menjadi cara untuk menjaga agar tradisi tidak hilang. Selain itu, perlu ada inisiatif untuk mengintegrasikan tradisi dalam kehidupan modern, misalnya melalui media sosial atau platform digital lainnya.
Agar tetap relevan, adat istiadat perlu beradaptasi dengan zaman. Tradisi yang biasanya dilakukan secara langsung bisa dimodifikasi menjadi acara virtual, sehingga lebih mudah diakses masyarakat modern. Selain itu, elemen budaya lokal dapat diintegrasikan ke dalam kehidupan sehari-hari, seperti desain pakaian, arsitektur, atau kuliner.
Dengan demikian, tradisi tidak hanya dipertahankan, tetapi juga diberi ruang untuk berkembang dan menyesuaikan diri dengan kebutuhan masyarakat masa kini. Generasi muda dapat diajak untuk melihat bahwa adat istiadat bukanlah sesuatu yang membatasi, melainkan sesuatu yang memperkaya identitas mereka.
Perubahan ini bukan berarti meninggalkan nilai-nilai tradisi, melainkan menjadikannya lebih fleksibel dan sesuai dengan kebutuhan masa kini. Dengan pendekatan yang tepat, adat istiadat dapat terus hidup dan menjadi bagian penting dalam membentuk identitas bangsa.
Keberlanjutan tradisi tidak hanya bergantung pada pelestarian, tetapi juga pada bagaimana masyarakat menghidupkan tradisi tersebut dalam konteks modern. Desa Muara Niro mungkin menjadi contoh kecil dari fenomena ini, tetapi pelajaran yang bisa diambil darinya bersifat universal. Tradisi tidak boleh dibiarkan mati, tetapi harus dirawat dan diperbarui agar terus relevan.
Adat istiadat Desa Muara Niro mungkin sudah mulai memudar, tetapi bukan berarti tidak dapat dihidupkan kembali. Generasi muda perlu diajak untuk memahami bahwa tradisi adalah warisan berharga yang harus dijaga.
Melalui sinergi antara teknologi, pendidikan, dan kesadaran kolektif, adat istiadat dapat terus menjadi sumber inspirasi dan kebanggaan bersama.
Penulis : Epiya Fitri / Universitas Dharmas Indonesia
Editor : Anisa Putri