Pendidikan di Indonesia: Perkembangan dan Tantangan Berdasarkan Data BPS

- Jurnalis

Kamis, 19 Desember 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi foto/pexels.com

Ilustrasi foto/pexels.com

Pendidikan merupakan fondasi utama dalam pembangunan bangsa, termasuk di Indonesia. Berbagai kebijakan, program, dan alokasi anggaran telah dilakukan untuk meningkatkan kualitas pendidikan. Data terbaru dari Badan Pusat Statistik (BPS) menunjukkan tren positif dalam perkembangan pendidikan di Indonesia. Meski demikian, tantangan besar masih menghambat tercapainya pemerataan akses pendidikan di seluruh wilayah.

Berdasarkan laporan Statistik Pendidikan 2024 dari BPS, jumlah peserta didik di Indonesia pada tahun ajaran 2023/2024 mencapai 53,14 juta siswa di berbagai jenjang pendidikan, mulai dari SD hingga SMA/SMK. Angka Partisipasi Kasar (APK) di tingkat SMP tercatat sebesar 64,36%, sementara APK SMA/SMK berada di angka 43,04%.

Meski angka-angka ini menunjukkan kemajuan, jika dibandingkan dengan negara-negara ASEAN lainnya, Indonesia masih tertinggal dalam pemerataan akses pendidikan, terutama pada jenjang menengah atas.

Hal ini menjadi krusial, mengingat pendidikan pada tingkat tersebut diperlukan untuk membekali generasi muda dengan keterampilan yang relevan dalam menghadapi tuntutan dunia kerja global.

Baca Juga :  Pendidikan: Antara Mesin Produksi dan Laboratorium Kehidupan

Indeks Pembangunan Manusia (IPM) Indonesia pada 2024 meningkat menjadi 75,02, mengalami pertumbuhan 0,85% dari tahun sebelumnya. Peningkatan ini didorong oleh meningkatnya rata-rata lama sekolah, harapan lama sekolah, dan angka melek huruf. Namun, kesenjangan antarprovinsi dalam IPM masih menjadi isu serius.

Provinsi seperti DKI Jakarta, Yogyakarta, dan Bali memiliki IPM yang jauh lebih tinggi dibandingkan wilayah timur Indonesia seperti Papua dan Nusa Tenggara Timur. Ketimpangan ini menunjukkan bahwa upaya pemerataan akses pendidikan, khususnya di daerah terpencil, masih perlu ditingkatkan.

Salah satu tantangan utama pendidikan di Indonesia adalah kesenjangan akses antarwilayah. Di daerah terpencil, masalah seperti keterbatasan infrastruktur, jumlah guru yang minim, serta fasilitas pendidikan yang kurang memadai masih menjadi hambatan besar. Akibatnya, angka partisipasi sekolah untuk anak usia 16-18 tahun di pedesaan lebih rendah dibandingkan anak-anak di perkotaan.

Selain itu, faktor ekonomi juga menjadi penghalang. Banyak anak yang terpaksa putus sekolah karena kondisi ekonomi keluarga yang sulit, memaksa mereka untuk bekerja demi membantu pendapatan keluarga.

Baca Juga :  Mengelola Media Sosial untuk Masa Depan Remaja yang Lebih Baik

Pemerintah telah mengimplementasikan berbagai program seperti Program Indonesia Pintar (PIP), bantuan operasional sekolah, dan pembangunan sekolah di daerah tertinggal. Meski demikian, efektivitas program-program ini harus terus diawasi dan dievaluasi untuk memastikan hasil yang optimal.

Pemanfaatan teknologi dalam pendidikan juga menjadi solusi yang perlu diprioritaskan. Pandemi COVID-19 telah menggarisbawahi pentingnya akses internet dan perangkat teknologi dalam mendukung pembelajaran daring. Pemerintah harus mempercepat pemerataan infrastruktur digital, terutama di daerah yang sulit dijangkau.

Pendidikan di Indonesia telah mengalami kemajuan yang signifikan, tetapi tantangan berupa kesenjangan akses dan kualitas pendidikan masih membutuhkan perhatian serius. Dengan memanfaatkan data dari BPS sebagai dasar kebijakan, pemerintah, swasta, dan masyarakat diharapkan dapat bekerja sama untuk menciptakan sistem pendidikan yang lebih inklusif dan merata.

Melalui langkah-langkah strategis, pendidikan di Indonesia dapat menghasilkan individu yang berkualitas sekaligus mendukung pembangunan negara secara keseluruhan.

Penulis : Iyadh Adam Maulana

Editor : Anisa Putri

Follow WhatsApp Channel sorotnesia.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Sarjana Muslim di Tengah Tantangan Dunia Kerja
Islam dan Luka Ekologis: Menimbang Kembali Etika Pertambangan dalam Perspektif Syariat
Antara Husnuzan dan Trust Issue: Menjaga Keseimbangan di Tengah Dunia yang Rumit
Fatwa-Fatwa Kontemporer Ulama Dunia soal Perang: Antara Jihad dan Kemanusiaan
Pernikahan Dini dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Indonesia: Antara Syariat dan Regulasi Negara
Kenapa Tata Cara Shalat Berbeda? Ini Penjelasan Menurut Mazhab
BNPL: Inovasi Finansial atau Jeratan Riba?
Perbedaan Pendapat Ulama: Kekuatan atau Kelemahan Bagi Umat Islam ?

Berita Terkait

Senin, 30 Juni 2025 - 21:30 WIB

Sarjana Muslim di Tengah Tantangan Dunia Kerja

Sabtu, 28 Juni 2025 - 14:40 WIB

Islam dan Luka Ekologis: Menimbang Kembali Etika Pertambangan dalam Perspektif Syariat

Sabtu, 28 Juni 2025 - 14:10 WIB

Antara Husnuzan dan Trust Issue: Menjaga Keseimbangan di Tengah Dunia yang Rumit

Jumat, 27 Juni 2025 - 19:30 WIB

Fatwa-Fatwa Kontemporer Ulama Dunia soal Perang: Antara Jihad dan Kemanusiaan

Jumat, 27 Juni 2025 - 14:29 WIB

Pernikahan Dini dalam Perspektif Hukum Islam dan Hukum Indonesia: Antara Syariat dan Regulasi Negara

Berita Terbaru

Dua profesional sedang bekerja bersama dengan penuh fokus, mencerminkan etos kerja yang terencana, terstruktur, dan produktif sebagaimana diajarkan dalam Islam. Foto: Pexels/Mikhail Nilov

Opini

Sarjana Muslim di Tengah Tantangan Dunia Kerja

Senin, 30 Jun 2025 - 21:30 WIB