Mencegah Perundungan di Sekolah: Strategi Efektif untuk Menciptakan Lingkungan yang Positif

- Jurnalis

Sabtu, 11 Januari 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi/Tirto.id

Ilustrasi/Tirto.id

Perundungan menjadi salah satu dari tiga dosa besar di dunia pendidikan, bersanding dengan kekerasan. Ini bukanlah masalah sepele, karena dampaknya dapat sangat merugikan korban yang mengalaminya. Pemerintah telah mengambil langkah serius untuk menangani perundungan, yang kerap terjadi di lingkungan sekolah.

Sekolah, sebagai rumah kedua bagi siswa, seharusnya menjadi tempat yang aman dan nyaman. Namun, perundungan yang dilakukan baik oleh individu maupun kelompok sering kali membuat siswa merasa tidak nyaman, sakit hati, dan bahkan tertekan.

Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak (KemenPPPA) mendefinisikan perundungan sebagai segala bentuk penindasan yang dilakukan dengan sengaja. Perundungan terjadi ketika pelaku memiliki kekuatan atau kekuasaan yang lebih besar dibandingkan korbannya.

Penting untuk membedakan antara perundungan dan bercanda. Bercanda adalah bentuk komunikasi yang sehat apabila semua pihak yang terlibat menikmatinya, tidak ada yang tersakiti, dan berada dalam kondisi yang setara.

Kasus perundungan di sekolah semakin menjadi isu serius di Indonesia. Berdasarkan data Komisi Perlindungan Anak Indonesia (KPAI) dan Federasi Serikat Guru Indonesia (FSGI), tercatat ada 1.478 kasus perundungan pada 2023.

Angka ini menunjukkan peningkatan signifikan dibandingkan tahun sebelumnya, yaitu 266 kasus pada 2022, 53 kasus pada 2021, dan 119 kasus pada 2020. FSGI juga mencatat bahwa 80% kasus perundungan terjadi di sekolah di bawah naungan Kemendikbud Ristek, sedangkan sisanya di sekolah di bawah Kementerian Agama.

Perundungan di sekolah terjadi dalam berbagai bentuk. Perundungan fisik mendominasi dengan angka 55,5%, diikuti perundungan verbal sebesar 29,3%, dan perundungan psikologis sebanyak 15,2%. Tingkat kejadian tertinggi ditemukan pada jenjang SD (26%), diikuti SMP (25%), dan SMA (18,75%). Berdasarkan data Badan Pusat Statistik (BPS), korban perundungan terbanyak adalah siswa laki-laki, dengan jenjang SMP mencatat insiden tertinggi.

Baca Juga :  Revolusi Dunia Kerja Generasi Z

Contoh nyata perundungan dialami oleh seorang siswa SMP di Tuban, Jawa Timur, pada 27 Agustus 2024. Korban dipukul dan ditendang hingga tersungkur oleh siswa lainnya, sementara siswa lain hanya merekam kejadian tanpa melerai. Peristiwa ini menjadi bukti nyata betapa mendesaknya penanganan kasus perundungan di sekolah.

Penyebab perundungan bermacam-macam, mulai dari pengaruh pergaulan yang tidak sehat hingga kurangnya empati. Perundungan dapat menimbulkan trauma psikologis, baik bagi korban maupun pelaku.

Oleh karena itu, penting untuk mengajarkan anak-anak tentang bahaya perundungan agar mereka tidak menjadi pelaku ataupun korban. Berdasarkan kasus-kasus tersebut, peran orang tua sangat penting dalam membangun komunikasi yang baik dengan anak. Anak-anak sering kali memilih diam dan memendam masalah mereka, yang dapat menyebabkan kerusakan mental dan trauma.

Dengan pendekatan yang perlahan dan penuh empati, anak akan lebih terbuka untuk mengungkapkan perasaan mereka. Selain orang tua, peran guru di sekolah juga sangat penting. Guru harus peka terhadap perilaku siswa dan tidak menganggap remeh tindakan yang dapat mengarah pada perundungan.

Untuk itu, kegiatan bimbingan konseling perlu diadakan secara rutin agar siswa merasa didukung dan dipahami. Sekolah juga wajib memberikan sanksi yang tegas kepada pelaku perundungan untuk mencegah normalisasi perilaku tersebut.

Strategi efektif untuk menciptakan lingkungan yang positif di sekolah melibatkan aksi sosial dan kampanye anti-perundungan. Kegiatan ini bertujuan untuk menyadarkan siswa bahwa perundungan adalah tindakan yang merugikan, baik bagi korban maupun pelaku. Dampak perundungan mencakup kerusakan mental, kehilangan rasa percaya diri, depresi, trauma, bahkan dalam kasus ekstrem dapat menyebabkan korban mengakhiri hidupnya.

Baca Juga :  Meningkatnya Kasus Kecelakaan pada Saat Pergantian Tahun

Pengembangan karakter dan akhlak mulia sangat penting bagi siswa sebagai generasi penerus bangsa. Guru harus mengajarkan siswa tentang dampak buruk perundungan dan pentingnya sikap empati, toleransi, serta menghargai sesama.

Selain itu, sekolah dapat menciptakan zona nyaman di mana siswa dapat berbicara tentang masalah mereka tanpa takut dihakimi atau dibully. Pengawasan yang lebih ketat dari guru dan staf sekolah, terutama di area rawan seperti lapangan, kantin, atau koridor, juga diperlukan.

Keterlibatan orang tua dalam mencegah perundungan tidak kalah penting. Sekolah dapat mengundang orang tua untuk berdiskusi mengenai perilaku siswa, cara mendidik anak, pengendalian emosi, dan bagaimana melaporkan perundungan. Dengan membangun kesadaran sejak dini, generasi muda dapat menjadi agen perubahan yang mampu menciptakan lingkungan yang lebih positif.

Kesadaran untuk menolong teman yang menjadi korban perundungan harus ditanamkan di sekolah. Guru dan kepala sekolah harus mengambil tindakan tegas terhadap kasus perundungan yang terjadi. Pelaku wajib diberikan sanksi yang setimpal, sedangkan korban harus mendapatkan perlindungan dan keadilan. Dalam jangka panjang, upaya ini akan membantu menciptakan lingkungan pendidikan yang aman dan mendukung bagi semua siswa.

Melalui kolaborasi antara siswa, guru, orang tua, dan pihak sekolah, kita dapat mencegah perundungan dan membangun lingkungan yang mendukung perkembangan mental, emosional, dan sosial siswa. Langkah ini tidak hanya menciptakan suasana sekolah yang positif, tetapi juga mempersiapkan generasi muda yang tangguh dan peduli terhadap sesama.

Penulis : Olivia Julyanda Saputri / Hukum / niversitas Dharmas Indonesia

Editor : Anisa Putri

Follow WhatsApp Channel sorotnesia.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Mengelola FoMO dalam Strategi Pemasaran Produk Lokal di Era Digital
Hukum: Fungsi, Masalah, dan Solusi dalam Implementasinya
Pers – Peran, Tantangan, dan Solusinya
Peran Anak Muda dalam Meningkatkan Ekonomi di Era Digital
Perilaku Bullying di Kalangan Remaja: Sebuah Ancaman Serius
Bahaya Narkoba bagi Pelajar, Ancaman Nyata bagi Masa Depan
Peran Penting Generasi Muda Menuju Indonesia Emas 2045
Keselamatan Lalu Lintas: Tanggung Jawab Bersama untuk Masa Depan yang Lebih Baik

Berita Terkait

Kamis, 26 Juni 2025 - 16:30 WIB

Mengelola FoMO dalam Strategi Pemasaran Produk Lokal di Era Digital

Senin, 17 Februari 2025 - 18:20 WIB

Hukum: Fungsi, Masalah, dan Solusi dalam Implementasinya

Senin, 17 Februari 2025 - 17:39 WIB

Pers – Peran, Tantangan, dan Solusinya

Minggu, 9 Februari 2025 - 20:59 WIB

Peran Anak Muda dalam Meningkatkan Ekonomi di Era Digital

Minggu, 9 Februari 2025 - 18:26 WIB

Perilaku Bullying di Kalangan Remaja: Sebuah Ancaman Serius

Berita Terbaru

Dua profesional sedang bekerja bersama dengan penuh fokus, mencerminkan etos kerja yang terencana, terstruktur, dan produktif sebagaimana diajarkan dalam Islam. Foto: Pexels/Mikhail Nilov

Opini

Sarjana Muslim di Tengah Tantangan Dunia Kerja

Senin, 30 Jun 2025 - 21:30 WIB