Lombok Barat, Sorotnesia.com – Upaya meningkatkan nilai tambah hasil olahan aren di Desa Giri Madia, Kecamatan Lingsar, Kabupaten Lombok Barat, mulai menunjukkan arah baru. Tim Kuliah Kerja Nyata Tematik (KKN-T) Universitas Mataram (Unram) dari Program Studi Teknik Pertanian, Fakultas Teknologi Pangan dan Agroindustri, memperkenalkan inovasi pengolahan gula batok menjadi gula semut berbasis teknologi tepat guna. Program ini mendapat perhatian warga karena dinilai mampu memperbaiki mutu produk sekaligus membuka ruang pasar yang lebih luas bagi pengrajin aren.
Desa Giri Madia, hasil pemekaran dari Desa Duman, berada di kawasan perbukitan yang subur dan telah lama dikenal sebagai sentra penghasil nira aren. Selama bertahun-tahun, warga mengolah nira menjadi gula batok menggunakan cara tradisional.
Produk tersebut kemudian dijual kepada pengepul dengan harga Rp25.000–30.000 per kilogram. Pola pengolahan manual membuat kualitas gula tidak seragam dan daya simpannya terbatas. Akibatnya, gula batok sulit bersaing dengan produk sejenis yang sudah lebih higienis dan tahan lama, sehingga posisi tawar pengrajin tetap rendah.
Melihat situasi itu, tim KKN-T memulai program pengabdian dengan melakukan survei dan observasi di enam dusun: Tempos Madani, Kebun Baru, Leong, Montong Galur, Montong Lisung, dan Awang Madia.
Dari lapangan, mereka mendapati beragam persoalan mulai dari teknik pemasakan yang tidak seragam, variasi produk yang terbatas, hingga rendahnya daya simpan gula batok yang membuat pengrajin kesulitan mengamankan stok saat harga turun.
Temuan tersebut ditindaklanjuti melalui serangkaian uji teknis pengolahan gula semut. Tim memanfaatkan peralatan yang memang sudah ada namun belum dimaksimalkan penggunaannya, seperti mesin kristalisator, oven pengering, dan mesin penepung (disk mill). Uji coba dilakukan bersama Kepala Kelompok Tani Hutan (KTH) Giri Madia. Hasilnya menunjukkan peningkatan signifikan: gula semut yang dihasilkan lebih seragam, tidak menggumpal, bersih, dan mampu bertahan lebih lama dibandingkan gula batok.

Uji teknis mengaduk larutan nira aren saat proses pembuatan gula semut menggunakan peralatan produksi di Desa Giri Madia, Lombok Barat. Foto: Tim KKN Tematik Desa Giri Madia
Berpijak pada hasil uji teknis itu, tim menggelar sosialisasi pada 20 November 2025 di Aula Kantor Desa Giri Madia. Kegiatan ini dihadiri para pengrajin aren dan warga setempat. Dalam sesi tersebut, tim menjelaskan potensi ekonomi gula semut, proses produksinya, serta peluang pasar yang semakin terbuka, baik untuk kebutuhan rumah tangga, industri pangan, maupun pasar modern. Diskusi berjalan aktif mulai dari pertanyaan mengenai cara kerja mesin, standar kebersihan, hingga strategi pemasaran yang bisa ditempuh pengrajin.

Dari kegiatan itu, masyarakat mulai memahami bahwa gula semut memiliki nilai jual lebih tinggi karena bentuknya yang praktis, serbaguna, dan stabil selama penyimpanan. Warga juga melihat bahwa penggunaan teknologi tidak menghilangkan identitas produk tradisional, melainkan memperkuatnya dengan standar mutu yang lebih baik. Pelatihan lapangan membantu menumbuhkan keyakinan baru bahwa modernisasi proses tidak harus mahal dan dapat dilakukan dengan memaksimalkan peralatan yang sudah tersedia.
Program ini turut mendorong munculnya kesadaran bahwa daya saing produk lokal dapat ditingkatkan melalui teknik sederhana namun tepat sasaran. Ke depan, tim KKN-T berharap pendampingan lanjutan dari akademisi dan pemerintah desa mampu memperkuat posisi gula semut sebagai komoditas unggulan Giri Madia produk yang tidak hanya bernilai ekonomi, tetapi juga berkelanjutan.
Tim KKN-T Desa Giri Madia menyampaikan terima kasih kepada masyarakat serta pemerintah desa atas dukungan selama kegiatan berlangsung. Mereka juga mengapresiasi LPPM Universitas Mataram atas pendanaan yang memungkinkan program ini berjalan optimal dan memberi manfaat langsung bagi pengrajin aren.
Penulis : Tim KKN Tematik Desa Giri Madia
Editor : Anisa Putri









