Mahasiswa KKN 31 UNS 2025 menanam 900 bibit Nilam di Desa Kemuning dengan galon bekas sebagai media tanam, mendukung pertanian berkelanjutan dan ekonomi sirkular. Program ini juga memberikan pelatihan kepada warga untuk meningkatkan hasil minyak atsiri serta mengenalkan konsep agroekologi.
Karanganyar, Sorotnesia.com – Mahasiswa Kuliah Kerja Nyata (KKN) 31 Universitas Sebelas Maret (UNS) 2025 menginisiasi program budidaya tanaman Nilam di Dukuh Tanen, Desa Kemuning, Kecamatan Ngargoyoso, Kabupaten Karanganyar. Program ini tidak sekadar penghijauan, tetapi juga memanfaatkan galon bekas sebagai media tanam, menciptakan inovasi berbasis ekonomi sirkular yang mendukung keberlanjutan lingkungan dan ekonomi masyarakat.
Ketua tim KKN 31 UNS, Nathan Cahya Bintang Nusantara, menjelaskan bahwa penggunaan galon bekas merupakan solusi untuk mengurangi limbah plastik sekaligus mempermudah sistem pertanian bagi warga desa.
“Kami ingin mengedukasi masyarakat bahwa sampah plastik masih bisa dimanfaatkan untuk sesuatu yang produktif. Dengan memanfaatkan galon bekas, masyarakat dapat menghemat biaya produksi dan tetap mendukung pertanian berkelanjutan,” ujarnya pada (17/2/2025).

Program ini berhasil menanam 900 bibit Nilam dengan menggunakan galon bekas sebagai wadah tanam. Selain mengurangi sampah plastik, metode ini juga memungkinkan warga untuk bertani meski memiliki keterbatasan lahan. Tanaman Nilam dipilih karena memiliki nilai ekonomi tinggi, terutama dalam produksi minyak atsiri yang banyak digunakan dalam industri kosmetik, parfum, dan farmasi.
Menurut Dosen Pembimbing Lapangan KKN 31 UNS, Yudi Rinanto, program ini selaras dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs), khususnya poin ke-12 tentang Konsumsi dan Produksi yang Bertanggung Jawab serta poin ke-13 tentang Penanganan Perubahan Iklim.
“Kami berharap inovasi ini bisa menjadi model bagi desa lain dalam mengembangkan sistem pertanian yang lebih ramah lingkungan dan berkelanjutan,” jelasnya.
Budidaya Nilam di Desa Kemuning tidak hanya bermanfaat bagi lingkungan tetapi juga memberikan peluang ekonomi baru bagi masyarakat. Kepala Desa Kemuning, Agus Harjono, menyambut baik inisiatif mahasiswa KKN ini.
“Kami sangat mengapresiasi kegiatan ini. Dengan adanya budidaya Nilam, masyarakat bisa mendapatkan sumber pendapatan tambahan. Kami berharap para petani bisa terus mengembangkan program ini bahkan setelah mahasiswa KKN selesai bertugas,” ungkapnya.
Sumadi, Ketua Kelompok Tani Dukuh Tanen, juga mengungkapkan harapannya agar program ini dapat berjalan secara berkelanjutan.
“Kami sangat berterima kasih kepada mahasiswa UNS yang telah membawa inovasi ini ke desa kami. Kami berharap budidaya Nilam bisa berkembang dan membantu meningkatkan perekonomian masyarakat di sini,” katanya.
Selain menanam Nilam, mahasiswa KKN juga memberikan pelatihan kepada warga mengenai cara budidaya dan perawatan tanaman untuk memperoleh hasil minyak atsiri berkualitas tinggi. Materi yang diberikan mencakup teknik pemupukan, penyiraman, dan pemanenan yang tepat.
“Kami juga mengajarkan metode perbanyakan tanaman melalui stek, agar masyarakat bisa memperluas lahan tanam tanpa harus membeli bibit tambahan,” tambah Nathan.

Selain itu, mahasiswa juga mengenalkan konsep agroekologi, yaitu sistem pertanian yang mengedepankan kelestarian lingkungan dan mengurangi ketergantungan pada bahan kimia. Konsep ini mendukung SDGs poin ke-2 tentang Ketahanan Pangan dan poin ke-15 tentang Ekosistem Daratan.
“Kami ingin memastikan bahwa pertanian di Desa Kemuning tetap produktif tanpa merusak keseimbangan alam,” jelas Nathan.
Untuk meningkatkan efektivitas program, mahasiswa KKN juga bekerja sama dengan para petani lokal guna memahami tantangan yang mereka hadapi dalam budidaya Nilam. Salah satu kendala yang dihadapi adalah ketersediaan pupuk organik yang masih terbatas.
Oleh karena itu, mahasiswa memberikan solusi dengan mengajarkan teknik pembuatan pupuk organik dari limbah pertanian dan kotoran ternak. Metode ini tidak hanya menekan biaya produksi tetapi juga membantu menjaga kualitas tanah agar tetap subur.
Tak hanya itu, proses distilasi minyak atsiri juga menjadi salah satu fokus pelatihan. Para mahasiswa mengundang seorang ahli pertanian untuk memberikan demonstrasi mengenai cara menyuling daun Nilam menjadi minyak atsiri berkualitas tinggi.
Dengan adanya pelatihan ini, warga diharapkan bisa mengolah sendiri hasil panennya tanpa harus menjual bahan mentah ke luar daerah, sehingga nilai jualnya menjadi lebih tinggi.

Di sisi lain, para mahasiswa juga membantu membangun jaringan pemasaran bagi produk minyak Nilam hasil panen warga. Mereka menjalin komunikasi dengan beberapa pelaku industri kosmetik dan farmasi yang berpotensi menjadi mitra bisnis masyarakat Desa Kemuning. Harapannya, dengan adanya jalur distribusi yang jelas, para petani bisa mendapatkan harga yang lebih kompetitif dan tidak bergantung pada tengkulak.
Keberhasilan program ini membuka peluang besar bagi Desa Kemuning untuk menjadi pusat produksi Nilam di Kabupaten Karanganyar. Jika program ini terus berlanjut, manfaatnya tidak hanya akan dirasakan oleh generasi sekarang, tetapi juga bagi generasi yang akan datang. Dengan semakin banyaknya desa yang menerapkan inovasi ini, diharapkan pertanian di Indonesia bisa semakin maju dengan tetap menjaga keseimbangan ekologi.
Mahasiswa KKN UNS Kelompok 31 yang terlibat dalam program ini antara lain Nathan Cahya Bintang Nusantara, Auwal Muhammad Zango, Vina Sagita Putri, Savira Miftakhul Jannah, Faisa Dalilah Listyowati, Fauziyyah Hasna Najmul Afina, Eka Yunanda Permata Putri, Naira Alba, Esa Karisyah Putri Utomo, dan Tia Puspita Agustiani.
Penulis : Fauziyyah Hasna dan Esa Karisyah | Universitas Sebelas Maret
Editor : Anisa Putri