Etika Komunikasi: Kunci Figur Publik Menjaga Kepercayaan Masyarakat

- Jurnalis

Rabu, 8 Januari 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi: Pinterest

Ilustrasi: Pinterest

Tokoh publik adalah individu yang memiliki pengaruh signifikan dalam masyarakat, baik melalui kedudukan formal maupun informal. Mereka dapat berasal dari berbagai latar belakang, seperti politisi, selebritas, atlet, pemimpin bisnis, atau aktivis sosial.

Sebagai pusat perhatian, tokoh publik memiliki peran penting dalam membentuk opini serta memengaruhi keputusan masyarakat. Banyak orang menjadikan tokoh publik sebagai panutan dengan alasan yang beragam, misalnya seorang atlet sepak bola dikagumi karena performanya di lapangan, atau seorang selebritas karena kemampuan aktingnya yang memukau.

Dalam era informasi yang serba cepat, etika komunikasi menjadi aspek yang tidak boleh diabaikan oleh tokoh publik. Pernyataan yang tidak hati-hati dapat menimbulkan kontroversi dan memengaruhi citra mereka secara signifikan.

Oleh karena itu, menjaga etika komunikasi dalam setiap interaksi dengan publik adalah hal yang sangat penting. Komunikasi yang efektif dan beretika tidak hanya mencerdaskan masyarakat, tetapi juga memberikan kontribusi besar dalam membangun kehidupan bangsa melalui pesan yang disampaikan.

Etika komunikasi mengacu pada norma dan prinsip yang mengatur cara kita berinteraksi dan menyampaikan pesan kepada orang lain. Bagi tokoh publik, etika komunikasi tidak hanya tentang menyampaikan informasi secara akurat dan jujur, tetapi juga tentang bagaimana mereka berinteraksi dengan publik dan media.

Pernyataan yang tidak hati-hati atau tidak etis dapat menimbulkan kontroversi, merusak reputasi, dan menurunkan kepercayaan publik. Bahkan, sebuah penelitian menunjukkan bahwa lebih dari 60% masyarakat cenderung kehilangan kepercayaan pada figur publik yang terlibat kontroversi terkait pernyataan yang tidak etis.

Kejujuran dan keterbukaan menjadi landasan utama dalam komunikasi publik. Tokoh publik perlu menyampaikan informasi secara jujur dan terbuka tanpa menyembunyikan fakta atau memanipulasi data.

Selain itu, tanggung jawab sosial juga harus menjadi perhatian, di mana setiap pernyataan dan tindakan perlu mempertimbangkan dampaknya terhadap masyarakat luas. Informasi yang disampaikan harus memberikan manfaat nyata dan tidak menyesatkan.

Baca Juga :  Bekerja Sambil Kuliah: Tantangan dan Peluang untuk Masa Depan

Menghormati privasi individu juga menjadi prinsip penting, menghindari penyebaran informasi pribadi tanpa izin yang dapat merugikan pihak lain. Konflik kepentingan perlu dihindari dengan memastikan keputusan dan pernyataan tidak dipengaruhi oleh kepentingan pribadi atau kelompok tertentu.

Belakangan ini, pernyataan seorang tokoh publik yang membahas fenomena “cowok mapan sedikit, cewek independen banyak” menjadi perbincangan hangat di masyarakat. Kata-kata seperti ini, meskipun mungkin dimaksudkan sebagai observasi sosial, dapat menyederhanakan situasi kompleks dan memperkuat stereotip tertentu.

Narasi semacam itu berisiko menciptakan persepsi bahwa pria harus selalu mapan secara finansial, sementara perempuan yang mandiri dianggap sebagai sesuatu yang baru. Selain itu, pernyataan semacam ini sering kali tidak mencerminkan keragaman realitas sosial yang ada.

Dalam dunia komunikasi publik, pilihan kata sangatlah penting. Prinsip etika komunikasi harus menjadi pedoman bagi siapa pun, termasuk tokoh agama, untuk menyampaikan pesan yang sesuai dengan nilai-nilai moral dan agama.

Bahasa yang digunakan harus sensitif terhadap perbedaan gender dan latar belakang sosial jamaah. Pernyataan yang tidak tepat atau tidak sensitif dapat menyinggung perasaan audiens dan mengurangi efektivitas pesan yang disampaikan.

Sebagai figur publik yang memiliki pengaruh besar, setiap pernyataan harus mempertimbangkan tanggung jawab terhadap dampaknya. Sebaiknya, tokoh publik membangun narasi yang inklusif, alih-alih menyampaikan pernyataan yang berpotensi memperkuat stereotip.

Contoh dari narasi inklusif yang sukses dapat dilihat dari pernyataan seorang pemimpin sosial yang mendorong kesetaraan gender dalam dunia kerja. Dengan menggunakan bahasa yang netral dan menyentuh aspek positif dari kontribusi kedua gender, pesan ini tidak hanya menghindari kontroversi tetapi juga mendapatkan apresiasi luas dari masyarakat. Hal ini menunjukkan bagaimana narasi inklusif dapat meningkatkan citra tokoh publik sekaligus memberikan dampak positif pada masyarakat.

Baca Juga :  Mahasiswa dan Budaya 'Deadline': Seni Mengelola Waktu atau Sekadar Survival?

Lebih jauh lagi, penting untuk melihat bagaimana teknologi dan media sosial memainkan peran besar dalam menyebarkan pesan publik. Media sosial mempermudah figur publik dalam menjangkau audiens yang lebih luas.

Namun, kemudahan ini juga disertai tanggung jawab besar. Satu unggahan yang tidak etis atau tidak sensitif dapat menjadi viral dalam hitungan menit, mengundang kritik dan bahkan memicu boikot. Sebaliknya, narasi yang dibangun dengan hati-hati dapat menjadi inspirasi bagi banyak orang dan menciptakan efek domino positif di masyarakat.

Pelanggaran terhadap etika komunikasi dapat merusak reputasi tokoh publik dan menurunkan kepercayaan masyarakat. Penggunaan kata-kata yang tidak pantas atau tidak sesuai konteks sering kali menimbulkan kontroversi yang tidak perlu.

Sebagai contoh, beberapa figur publik yang pernah membuat pernyataan tidak etis terpaksa mengeluarkan permintaan maaf publik dan menghadapi boikot dari masyarakat. Oleh karena itu, menjaga etika komunikasi dalam setiap interaksi menjadi kunci untuk memastikan pesan yang disampaikan efektif dan tidak menimbulkan dampak negatif.

Sebagai kesimpulan, tokoh publik memiliki tanggung jawab besar dalam menerapkan etika komunikasi, terutama dalam komunikasi publik. Etika tidak hanya menjadi pedoman moral dalam kehidupan sehari-hari, tetapi juga menjadi fondasi dalam membangun hubungan yang harmonis dengan masyarakat.

Dengan menerapkan prinsip-prinsip etika komunikasi, tokoh publik dapat menciptakan narasi yang inklusif dan bermanfaat bagi semua pihak. Dengan narasi yang tepat, tidak hanya kepercayaan publik yang dapat dijaga, tetapi juga kontribusi mereka terhadap pembangunan sosial yang lebih adil dan berkelanjutan dapat diwujudkan.

Penulis : Kinanti Padma / Mahasiswa Fakultas Ilmu Komunikasi / Universitas Ciputra Surabaya

Editor : Anisa Putri

Follow WhatsApp Channel sorotnesia.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Manajemen Inovasi: Peluang dan Tantangan di Era Disrupsi
Hak Asasi Manusia: Pilar Fundamental Kehidupan Bermasyarakat
Peran Organisasi Kepemudaan dalam Meningkatkan Pemahaman Wawasan Nusantara di Kalangan Pemuda Indonesia
Upaya Memperkuat Jati Diri Bangsa Melalui Pemahaman Wawasan Nusantara di Era Gempuran Kebudayaan Asing
Ketika Kuliah Bukan Lagi Tentang Belajar: Melawan Tren Hedonisme di Dunia Mahasiswa
Inovasi Sistem Sekolah untuk Membentuk Generasi Indonesia yang Unggul
Peran Orang Tua dalam Mendorong Motivasi Belajar Anak di Sekolah Dasar
Pendidikan Sangat Berpengaruh Terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Suku Anak Dalam

Berita Terkait

Selasa, 25 Maret 2025 - 21:32 WIB

Manajemen Inovasi: Peluang dan Tantangan di Era Disrupsi

Rabu, 22 Januari 2025 - 22:47 WIB

Hak Asasi Manusia: Pilar Fundamental Kehidupan Bermasyarakat

Kamis, 16 Januari 2025 - 19:16 WIB

Peran Organisasi Kepemudaan dalam Meningkatkan Pemahaman Wawasan Nusantara di Kalangan Pemuda Indonesia

Kamis, 16 Januari 2025 - 19:09 WIB

Upaya Memperkuat Jati Diri Bangsa Melalui Pemahaman Wawasan Nusantara di Era Gempuran Kebudayaan Asing

Kamis, 16 Januari 2025 - 12:16 WIB

Ketika Kuliah Bukan Lagi Tentang Belajar: Melawan Tren Hedonisme di Dunia Mahasiswa

Berita Terbaru

Ilustrasi foto. (freepik)

Opini

Manajemen Inovasi: Peluang dan Tantangan di Era Disrupsi

Selasa, 25 Mar 2025 - 21:32 WIB