Perkembangan teknologi dan penggunaan gadget yang semakin meluas membawa dampak signifikan terhadap berbagai aspek kehidupan, terutama bagi anak-anak. Di usia sekolah dasar, anak-anak berada pada tahap perkembangan yang sangat rentan terhadap kebiasaan baru, termasuk penggunaan perangkat digital.
Gadget seperti smartphone dan tablet telah menjadi bagian tak terpisahkan dari kehidupan mereka, namun di balik kenyamanan tersebut, terdapat risiko serius yang sering kali terabaikan: penurunan konsentrasi anak.
Dalam buku Dopamine Nation, Anna Lembke menjelaskan fenomena ini dengan cukup mendalam. Menurut Lembke, otak manusia, khususnya anak-anak, sangat dipengaruhi oleh rangsangan yang datang dari aktivitas yang memberikan kepuasan instan, seperti bermain gim atau menonton video melalui gadget.
Aktivitas ini memicu pelepasan dopamin, hormon yang memberikan rasa senang. Namun, jika anak-anak terlalu sering mendapatkan stimulasi semacam ini, otak mereka menjadi terbiasa dengan pemberian imbalan cepat dan kehilangan kemampuan untuk menikmati hal-hal yang lebih sederhana atau membutuhkan usaha lebih, seperti belajar di sekolah. Hal inilah yang menjadi akar masalah penurunan konsentrasi di kalangan anak-anak.
Masalahnya, ketika anak-anak lebih memilih menghabiskan waktu dengan gadget daripada berinteraksi dengan teman-teman atau terlibat dalam aktivitas fisik, mereka cenderung mengalami kesulitan untuk fokus pada tugas yang lebih menuntut usaha dan konsentrasi.
Guru-guru dan orang tua sering kali mengeluhkan penurunan motivasi belajar dan ketidakmampuan anak-anak untuk menyelesaikan tugas-tugas sekolah dengan baik. Dalam banyak kasus, anak-anak yang terbiasa dengan hiburan digital instan cenderung kehilangan minat pada pelajaran yang tidak memberikan gratifikasi langsung.
Bahkan lebih jauh lagi, penggunaan gadget yang berlebihan dapat mengganggu kesehatan mental anak-anak. Ketergantungan pada hiburan digital dapat memicu gangguan seperti kecemasan dan depresi. Hal ini terjadi karena anak-anak menjadi semakin sensitif terhadap rangsangan yang intens, sementara kemampuan mereka untuk merasakan kepuasan dari kegiatan yang lebih sederhana menurun drastis. Dalam jangka panjang, hal ini dapat memperburuk keterampilan sosial mereka, karena mereka lebih cenderung memilih berinteraksi dengan dunia maya daripada dunia nyata.
Untuk mengatasi masalah ini, salah satu pendekatan yang dapat diambil adalah dengan melakukan reset dopamine, seperti yang disarankan oleh Lembke. Reset dopamine berarti membantu anak-anak kembali menikmati aktivitas yang memerlukan usaha dan ketekunan, seperti membaca buku, bermain di luar ruangan, atau melakukan kegiatan kreatif.
Pembatasan waktu layar, meskipun terdengar sederhana, bisa menjadi langkah pertama yang sangat penting. Mengurangi waktu yang dihabiskan anak-anak di depan layar dapat memberi mereka kesempatan untuk lebih fokus pada aktivitas yang merangsang pemikiran dan keterampilan mereka.
Peran orang tua dan guru juga sangat penting dalam hal ini. Orang tua bisa menjadi contoh yang baik dengan membatasi penggunaan gadget mereka sendiri. Ketika anak-anak melihat orang tua mereka lebih fokus pada aktivitas lain, mereka akan lebih cenderung untuk mengikuti contoh tersebut.
Selain itu, mengajak anak-anak untuk melakukan aktivitas bersama, seperti bermain olahraga, memasak, atau berkegiatan kreatif di rumah, bisa menjadi cara efektif untuk mengalihkan perhatian mereka dari gadget.
Sekolah juga memiliki peran krusial dalam mengatasi penurunan konsentrasi akibat gadget. Kurikulum yang mengintegrasikan literasi digital yang sehat dan aktivitas kolaboratif bisa membantu anak-anak mengembangkan keterampilan sosial dan kognitif yang lebih baik.
Program berbasis proyek yang melibatkan kerja sama tim dan eksplorasi langsung di dunia nyata bisa menjadi alternatif menarik bagi anak-anak untuk mengurangi ketergantungan mereka pada teknologi.
Pada akhirnya, tantangan ini bukan hanya terletak pada anak-anak itu sendiri, tetapi juga pada orang dewasa di sekitarnya. Orang tua, guru, dan masyarakat memiliki tanggung jawab untuk membantu anak-anak menemukan keseimbangan dalam menggunakan teknologi.
Dengan memberikan mereka kesempatan untuk menikmati kegiatan yang membutuhkan kesabaran dan usaha, kita tidak hanya membantu mereka untuk fokus dan berkonsentrasi, tetapi juga untuk tumbuh menjadi individu yang lebih tangguh dalam menghadapi tantangan era digital ini.
Penulis : I Made Siva Aditya Surya | Mahasiswa Prodi Psikologi dan Laras Oktaviani | Dosen Universitas Triatma Mulya
Editor : Anisa Putri