Hubungan Mahasiswa dan Masyarakat

- Jurnalis

Senin, 13 Januari 2025

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Ilustrasi foto/ai

Ilustrasi foto/ai

Mahasiswa sering kali dianggap sebagai generasi penerus yang membawa harapan dan perubahan bagi masyarakat. Mereka adalah agen transformasi yang diharapkan mampu menjembatani berbagai tantangan sosial, ekonomi, dan budaya.

Namun, dalam realitasnya, terdapat jarak yang kerap terbentuk antara dunia akademis di kampus dengan realitas sosial di masyarakat. Hal ini menciptakan pertanyaan besar: apakah mahasiswa benar-benar mampu menjadi jembatan antara teori yang dipelajari dan praktik nyata di lapangan?

Dalam lingkungan kampus, mahasiswa diajarkan berbagai teori, konsep, dan pendekatan yang ideal untuk menyelesaikan persoalan. Namun, banyak dari mereka sering kali terjebak dalam apa yang disebut “gelembung kampus,” yaitu sebuah lingkungan yang terisolasi dari dinamika masyarakat yang sebenarnya.

Kampus menyediakan ruang diskusi yang penuh dengan gagasan inovatif, tetapi gagasan ini sering sulit diterapkan ketika berhadapan dengan tantangan yang kompleks dan beragam di masyarakat. Sebagai contoh, sebuah konsep keberlanjutan yang dipelajari di kelas mungkin tidak dapat langsung diterapkan di desa yang memiliki keterbatasan sumber daya.

Di sisi lain, masyarakat memiliki ekspektasi tinggi terhadap mahasiswa. Mereka dianggap sebagai kaum intelektual yang harus mampu memberikan solusi atas berbagai permasalahan. Namun, masyarakat juga sering kali kurang memahami bahwa mahasiswa, meskipun memiliki akses ke pengetahuan dan teknologi, masih dalam proses belajar.

Mahasiswa bukanlah pakar yang sudah mahir dalam segala hal, melainkan individu yang sedang mengasah kemampuan mereka. Ekspektasi ini dapat menciptakan tekanan bagi mahasiswa, yang pada akhirnya membuat mereka merasa teralienasi dari masyarakat atau bahkan enggan untuk terlibat lebih jauh.

Penting untuk disadari bahwa mahasiswa dan masyarakat sebenarnya dapat saling melengkapi. Mahasiswa memiliki pengetahuan dan energi muda yang dapat menjadi modal besar untuk perubahan, sementara masyarakat memiliki kearifan lokal dan pengalaman yang tidak dapat diajarkan di ruang kuliah.

Kolaborasi antara keduanya dapat menghasilkan solusi yang lebih inklusif dan relevan. Sebagai contoh, mahasiswa pertanian dapat belajar teknik bercocok tanam tradisional dari petani lokal, sementara petani dapat memanfaatkan pengetahuan mahasiswa tentang teknologi pertanian modern.

Baca Juga :  Meningkatkan Efektivitas Pembelajaran Visual Menggunakan CapCut dan Canva di Sekolah Kanisius Sumber

Salah satu cara untuk menjembatani jarak ini adalah dengan memperkuat program pengabdian masyarakat yang melibatkan mahasiswa secara langsung. Misalnya, kegiatan seperti Kuliah Kerja Nyata (KKN) atau program magang sosial dapat menjadi sarana bagi mahasiswa untuk memahami realitas masyarakat secara mendalam.

Dalam program ini, mahasiswa tidak hanya diajak untuk memberikan solusi, tetapi juga untuk hidup bersama masyarakat, mendengar keluhan mereka, dan belajar menghargai cara pandang lokal. Program-program ini tidak hanya memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk mengaplikasikan pengetahuan mereka, tetapi juga membangun empati dan rasa tanggung jawab sosial yang lebih besar.

Namun, program pengabdian masyarakat saja tidak cukup. Dibutuhkan pendekatan yang lebih holistik di mana mahasiswa tidak hanya datang sebagai “pemberi solusi,” tetapi juga sebagai pendengar yang baik. Dalam proses ini, mahasiswa harus belajar untuk menghargai dan memahami perspektif masyarakat.

Dengan cara ini, kolaborasi yang terjalin tidak bersifat top-down, melainkan lebih egaliter. Sebagai contoh, dalam proyek pembangunan infrastruktur desa, mahasiswa teknik sipil dapat berdiskusi dengan warga desa untuk merancang jalan atau jembatan yang sesuai dengan kebutuhan dan budaya setempat.

Masyarakat juga perlu berperan aktif dalam mendukung mahasiswa. Alih-alih hanya melihat mereka sebagai “agen perubahan,” masyarakat dapat membuka ruang untuk dialog dan berbagi pengalaman. Hal ini dapat menciptakan hubungan yang lebih harmonis dan saling menghargai.

Sebagai contoh, petani lokal dapat berbagi praktik pertanian berkelanjutan yang telah mereka lakukan selama bertahun-tahun, sementara mahasiswa dapat menawarkan solusi teknologi untuk meningkatkan hasil panen. Pertukaran ini akan memperkaya kedua belah pihak.

Tentu saja, ada tantangan dalam menciptakan sinergi ini. Salah satunya adalah perbedaan cara pandang. Mahasiswa yang berasal dari latar belakang urban mungkin sulit memahami kehidupan pedesaan, sementara masyarakat pedesaan mungkin merasa skeptis terhadap solusi yang ditawarkan oleh mahasiswa.

Untuk mengatasi hal ini, diperlukan komunikasi yang terbuka dan pendekatan yang menghormati budaya lokal. Mahasiswa harus menghindari sikap superioritas, sementara masyarakat perlu memberikan kesempatan bagi mahasiswa untuk membuktikan kontribusinya.

Baca Juga :  Upaya Bersama Menghadapi Tingginya Angka Putus Sekolah

Selain itu, institusi pendidikan tinggi juga memiliki tanggung jawab besar untuk mendorong keterlibatan mahasiswa dengan masyarakat. Kurikulum harus dirancang sedemikian rupa sehingga mendorong mahasiswa untuk terlibat secara aktif dengan komunitas lokal.

Seminar, workshop, dan proyek kolaboratif dengan masyarakat dapat menjadi bagian dari proses pembelajaran yang lebih relevan. Institusi juga perlu memberikan pelatihan kepada mahasiswa tentang cara berinteraksi dengan masyarakat agar mereka lebih siap secara emosional dan sosial.

Teknologi juga dapat menjadi alat yang kuat untuk menjembatani kesenjangan ini. Melalui platform digital, mahasiswa dapat berkolaborasi dengan masyarakat tanpa batasan geografis. Misalnya, mahasiswa teknik informatika dapat membantu pelaku UMKM di pedesaan untuk memasarkan produk mereka secara online, sementara mahasiswa kesehatan dapat memberikan edukasi tentang pencegahan penyakit melalui media sosial.

Teknologi juga memungkinkan mahasiswa untuk mendokumentasikan dan membagikan praktik-praktik baik yang mereka temui selama bekerja dengan masyarakat, sehingga dapat menjadi inspirasi bagi pihak lain.

Pada akhirnya, hubungan antara mahasiswa dan masyarakat adalah hubungan yang saling membutuhkan. Mahasiswa membutuhkan masyarakat untuk belajar tentang kehidupan nyata, sedangkan masyarakat membutuhkan mahasiswa untuk membawa perspektif baru dan inovasi.

Dengan membangun hubungan yang harmonis dan kolaboratif, keduanya dapat bersama-sama menciptakan perubahan yang positif. Hubungan ini bukan hanya tentang memberikan solusi, tetapi juga tentang menciptakan rasa saling percaya, menghormati, dan belajar satu sama lain.

Seperti jembatan yang menghubungkan dua sisi sungai, mahasiswa dan masyarakat harus berjalan berdampingan untuk menciptakan dunia yang lebih baik. Dalam proses ini, baik mahasiswa maupun masyarakat akan menemukan bahwa mereka tidak hanya memperbaiki kondisi sosial, tetapi juga memperkaya diri mereka sendiri melalui pengalaman dan pembelajaran yang tak ternilai. Dengan demikian, hubungan yang terjalin menjadi lebih dari sekadar interaksi; ia menjadi dasar bagi kemajuan bersama yang berkelanjutan.

Penulis : Anisa Afriyanti / Prodi PGSD / Universitas Dharmas Indonesia

Editor : Anisa Putri

Follow WhatsApp Channel sorotnesia.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Hak Asasi Manusia: Pilar Fundamental Kehidupan Bermasyarakat
Peran Organisasi Kepemudaan dalam Meningkatkan Pemahaman Wawasan Nusantara di Kalangan Pemuda Indonesia
Upaya Memperkuat Jati Diri Bangsa Melalui Pemahaman Wawasan Nusantara di Era Gempuran Kebudayaan Asing
Ketika Kuliah Bukan Lagi Tentang Belajar: Melawan Tren Hedonisme di Dunia Mahasiswa
Inovasi Sistem Sekolah untuk Membentuk Generasi Indonesia yang Unggul
Peran Orang Tua dalam Mendorong Motivasi Belajar Anak di Sekolah Dasar
Pendidikan Sangat Berpengaruh Terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Suku Anak Dalam
Mengelola Media Sosial untuk Masa Depan Remaja yang Lebih Baik

Berita Terkait

Rabu, 22 Januari 2025 - 22:47 WIB

Hak Asasi Manusia: Pilar Fundamental Kehidupan Bermasyarakat

Kamis, 16 Januari 2025 - 19:16 WIB

Peran Organisasi Kepemudaan dalam Meningkatkan Pemahaman Wawasan Nusantara di Kalangan Pemuda Indonesia

Kamis, 16 Januari 2025 - 19:09 WIB

Upaya Memperkuat Jati Diri Bangsa Melalui Pemahaman Wawasan Nusantara di Era Gempuran Kebudayaan Asing

Kamis, 16 Januari 2025 - 12:16 WIB

Ketika Kuliah Bukan Lagi Tentang Belajar: Melawan Tren Hedonisme di Dunia Mahasiswa

Rabu, 15 Januari 2025 - 15:34 WIB

Inovasi Sistem Sekolah untuk Membentuk Generasi Indonesia yang Unggul

Berita Terbaru