Memasuki 2025, perekonomian Indonesia diproyeksikan tetap solid meskipun berhadapan dengan tantangan global seperti volatilitas harga komoditas, suku bunga yang tinggi, dan perubahan iklim. Pemerintah mengandalkan hilirisasi, program stimulus, serta kolaborasi antar pihak untuk mencapai target pertumbuhan 8%.
Sorotnesia.com – Perekonomian global pada 2025 diprediksi tumbuh hanya 3,2% akibat berbagai dinamika seperti tingginya harga komoditas, kendala rantai pasok, hingga perubahan iklim yang memengaruhi ketahanan pangan dan energi.
Namun, Indonesia menunjukkan ketahanan ekonomi dengan pertumbuhan solid sebesar 4,95% pada triwulan III-2024, lebih tinggi dibandingkan negara seperti Thailand dan Korea Selatan. Optimisme ini tercermin dalam Purchasing Managers Index (PMI) Manufaktur yang tetap ekspansif di level 51,2 dan Indeks Kepercayaan Konsumen (IKK) yang stabil.
Menteri Koordinator Bidang Perekonomian Airlangga Hartarto menyatakan keyakinannya bahwa Indonesia dapat mempertahankan pertumbuhan ekonomi sebesar 5,2% pada 2025.
“Tahun lalu, kami meluncurkan program seperti Harbolnas, Belanja di Indonesia Aja (BINA), program diskon, dan stabilisasi harga pangan menjelang Natal. Program-program ini menunjukkan hasil positif,” ungkap Airlangga dalam acara Business Competitiveness Outlook 2025 (13/1/2025).
Program akhir tahun pemerintah mencatatkan pencapaian impresif. Transaksi Harbolnas mencapai Rp31,2 triliun, meningkat 21,4% dari 2023. Program BINA mencatat transaksi sebesar Rp25,4 triliun, naik 15,5%, sementara EPIC Sale mencapai Rp14,9 triliun, meningkat 14,9%. Keberhasilan ini menunjukkan daya beli masyarakat tetap kuat meskipun kondisi global penuh tantangan.
Untuk menjaga momentum, pemerintah meluncurkan berbagai stimulus ekonomi di akhir 2024. Stimulus ini meliputi bantuan pangan 10 kg beras per bulan untuk 16 juta KPM, diskon listrik 50% selama dua bulan, serta insentif PPN dan PPh 21 untuk sektor padat karya. Langkah ini diharapkan dapat mempertahankan daya beli masyarakat dan meningkatkan daya saing usaha.
Hilirisasi menjadi langkah strategis untuk meningkatkan pertumbuhan ekonomi. Produk nikel, misalnya, mencatat ekspor hingga USD33,52 miliar pada 2023, meningkat signifikan dibandingkan 2017 yang hanya USD4 miliar. Keberhasilan ini mencerminkan nilai tambah yang dihasilkan melalui pengolahan bahan mentah di dalam negeri.
Kawasan Ekonomi Khusus (KEK) seperti Gresik, Kendal, dan Galang Batang juga berkontribusi besar. Pada 2024, KEK berhasil menarik investasi Rp82,6 triliun dan menyerap 42.930 tenaga kerja. Langkah ini memperkuat daya saing Indonesia di pasar global sekaligus mendorong pertumbuhan ekonomi regional.
Presiden Prabowo Subianto menetapkan target pertumbuhan ekonomi 8% dalam lima tahun ke depan. Untuk mencapainya, pemerintah mencanangkan 17 program prioritas, termasuk swasembada pangan, energi, pengentasan kemiskinan, dan perbaikan sistem pendapatan negara.
Selain itu, pencapaian seperti bergabungnya Indonesia dalam BRICS dan pelaksanaan program makanan bergizi menunjukkan arah positif kebijakan pemerintah.
“Perjalanan meraih pertumbuhan 8% dan visi Indonesia Emas 2045 memerlukan komitmen bersama. Dengan kolaborasi erat antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat, kita dapat mengubah tantangan menjadi peluang,” tambah Airlangga.
Acara tersebut juga dihadiri tokoh penting seperti Duta Besar Negara Sahabat, CEO International Business Council (IBC) Sofyan A. Djalil, serta ekonom Universitas Indonesia Telisa Falianty. Kehadiran mereka mempertegas pentingnya kerja sama lintas sektor untuk mewujudkan target ambisius ini.
Di tengah dinamika global, kolaborasi antara pemerintah, dunia usaha, dan masyarakat menjadi kunci. Pemerintah optimistis langkah-langkah strategis yang diambil, mulai dari hilirisasi hingga stimulus ekonomi, dapat memperkuat daya saing dan ketahanan ekonomi nasional. Dengan komitmen bersama, visi Indonesia Emas 2045 dapat terwujud.
Penulis : Sinta Wahyuni
Editor : Fadli Akbar
Sumber Berita : infopublik.id