Fenomena Banyaknya Artis yang Maju dalam Pemilu: Bukti Gagalnya Pengkaderan Partai?

- Jurnalis

Selasa, 22 Oktober 2024

facebook twitter whatsapp telegram line copy

URL berhasil dicopy

facebook icon twitter icon whatsapp icon telegram icon line icon copy

URL berhasil dicopy

Pernahkah kita bertanya-tanya, mengapa wajah-wajah artis begitu mendominasi panggung politik setiap kali musim pemilu tiba? Setiap pemilu, publik seolah disuguhi parade bintang yang berlomba-lomba menempati kursi kekuasaan.

Nama-nama besar dari dunia hiburan tiba-tiba muncul di papan reklame, memohon dukungan, menjanjikan perubahan, dan mengharapkan kepercayaan. Namun, di balik gemerlap itu, ada sebuah pertanyaan mendalam yang patut kita renungkan bersama: Apakah fenomena ini pertanda gagalnya pengkaderan partai politik di Indonesia?

Artis sebagai Pemimpin: Haruskah Kita Ragu?

Bukan maksud untuk meremehkan kemampuan artis dalam berpolitik. Banyak dari mereka yang memiliki kepedulian sosial dan jiwa kepemimpinan yang kuat. Namun, apakah hanya popularitas dan pesona yang menjadi tolok ukur dalam memilih pemimpin? Di saat masyarakat berhadapan dengan berbagai persoalan kompleks, mulai dari pendidikan, kesehatan, hingga ekonomi, apakah artis-artis ini benar-benar memiliki kompetensi yang dibutuhkan untuk memimpin? Ataukah, mereka hanya menjadi alat kampanye bagi partai politik yang haus suara?

Kemana Para Kader Partai?

Jika kita menelisik lebih dalam, fenomena ini seakan menyoroti adanya kekosongan dalam pengkaderan partai politik. Di mana para kader yang seharusnya menjadi ujung tombak perjuangan partai? Bukankah partai politik dibangun dengan visi untuk menciptakan pemimpin-pemimpin berkualitas yang lahir dari akar rumput, memahami realitas masyarakat, dan siap memperjuangkan kepentingan rakyat? Ketika partai lebih memilih artis sebagai andalan, apakah itu berarti mereka tak lagi memiliki kader yang mampu meyakinkan masyarakat?

Baca Juga :  Bekerja Sambil Kuliah: Tantangan dan Peluang untuk Masa Depan

Jika kita benar-benar berada di posisi itu, menjadi masyarakat yang berharap pada kualitas pemimpin, bukan sekadar popularitas, betapa getirnya menyadari bahwa partai seolah mengabaikan proses pengkaderan yang sebenarnya adalah tulang punggung politik. Proses yang panjang, disiplin, dan berlandaskan visi serta pemahaman mendalam tentang persoalan bangsa. Jika proses itu tak berjalan dengan baik, lalu ke mana arah bangsa ini?

Pengkaderan: Jantung Demokrasi yang Terabaikan

Pengkaderan bukanlah sekadar formalitas. Ini adalah investasi jangka panjang untuk mencetak pemimpin-pemimpin yang mumpuni. Pemimpin yang bukan hanya fasih bicara di depan kamera, tetapi yang bisa berdebat dengan penuh pemahaman tentang kebijakan publik, yang bisa memahami suara rakyat, dan memiliki integritas untuk menjalankan tugas dengan sebaik-baiknya. Tanpa proses pengkaderan yang kuat, partai politik tak lebih dari sekadar mesin pencari suara, yang mengorbankan kualitas demi popularitas.

Lalu, apakah pengkaderan di Indonesia sudah gagal? Pertanyaan ini harus kita jawab bersama. Jika partai politik lebih mengandalkan artis ketimbang kader, maka jawabannya jelas: pengkaderan berada di titik kritis. Sebagai masyarakat, kita tak bisa lagi hanya menjadi penonton pasif. Kita harus berani menuntut partai politik untuk mengembalikan fungsi pengkaderan. Karena pemimpin yang kita butuhkan adalah mereka yang tumbuh dari perjuangan, bukan sekadar wajah-wajah yang kita lihat di layar kaca.

Baca Juga :  Kecanduan Gadget: Menyikapi Teknologi sebagai Tantangan Pendidikan dan Pola Asuh

Kita Butuh Pemimpin, Bukan Artis

Pemilu bukan ajang pencarian bakat, dan politik bukan panggung hiburan. Ini adalah panggung untuk memperjuangkan nasib jutaan rakyat. Ketika pemimpin dipilih hanya karena popularitas, bukan kualitas, maka masa depan bangsa ini yang dipertaruhkan. Saatnya kita membuka mata dan menyadari bahwa untuk membangun negeri ini, kita butuh lebih dari sekadar nama besar. Kita butuh pemimpin sejati, yang siap bekerja untuk rakyat, bukan hanya untuk tampil di panggung kekuasaan.

Jadi, saat kita melihat kembali fenomena artis dalam politik, mari kita tanyakan pada diri sendiri: Apakah ini yang benar-benar kita butuhkan? Sudah saatnya kita menuntut lebih dari partai politik dan lebih dari diri kita sendiri. Karena masa depan bangsa ada di tangan kita, dan itu bukanlah sesuatu yang bisa kita serahkan hanya pada mereka yang populer, tetapi pada mereka yang kompeten, berdedikasi, dan siap membawa perubahan nyata.

Penulis : Wira Pratama

Editor : Anisa Putri

Follow WhatsApp Channel sorotnesia.com untuk update berita terbaru setiap hari Follow

Berita Terkait

Hak Asasi Manusia: Pilar Fundamental Kehidupan Bermasyarakat
Peran Organisasi Kepemudaan dalam Meningkatkan Pemahaman Wawasan Nusantara di Kalangan Pemuda Indonesia
Upaya Memperkuat Jati Diri Bangsa Melalui Pemahaman Wawasan Nusantara di Era Gempuran Kebudayaan Asing
Ketika Kuliah Bukan Lagi Tentang Belajar: Melawan Tren Hedonisme di Dunia Mahasiswa
Inovasi Sistem Sekolah untuk Membentuk Generasi Indonesia yang Unggul
Peran Orang Tua dalam Mendorong Motivasi Belajar Anak di Sekolah Dasar
Pendidikan Sangat Berpengaruh Terhadap Peningkatan Kualitas Hidup Suku Anak Dalam
Mengelola Media Sosial untuk Masa Depan Remaja yang Lebih Baik

Berita Terkait

Rabu, 22 Januari 2025 - 22:47 WIB

Hak Asasi Manusia: Pilar Fundamental Kehidupan Bermasyarakat

Kamis, 16 Januari 2025 - 19:16 WIB

Peran Organisasi Kepemudaan dalam Meningkatkan Pemahaman Wawasan Nusantara di Kalangan Pemuda Indonesia

Kamis, 16 Januari 2025 - 19:09 WIB

Upaya Memperkuat Jati Diri Bangsa Melalui Pemahaman Wawasan Nusantara di Era Gempuran Kebudayaan Asing

Kamis, 16 Januari 2025 - 12:16 WIB

Ketika Kuliah Bukan Lagi Tentang Belajar: Melawan Tren Hedonisme di Dunia Mahasiswa

Rabu, 15 Januari 2025 - 15:34 WIB

Inovasi Sistem Sekolah untuk Membentuk Generasi Indonesia yang Unggul

Berita Terbaru