Mahasiswa KKN UNS Kelompok 115 meningkatkan kualitas budidaya kopi di Desa Tlahab melalui teknik penyemaian modern, pemangkasan produktif, dan penggunaan pupuk organik berbasis limbah kopi. Program ini mendapat respons positif dari petani setempat serta dukungan dari pemerintah desa.
Temanggung, Sorotnesia.com – Mahasiswa KKN Tematik Universitas Sebelas Maret (UNS) Kelompok 115 mengambil peran aktif dalam mendukung peningkatan kualitas budidaya kopi di Desa Tlahab, Kabupaten Temanggung. Program ini berfokus pada penerapan teknik pertanian modern yang lebih efisien serta pemanfaatan pupuk organik untuk meningkatkan produktivitas petani.
Akhmad Bahtiar, mahasiswa Teknik Sipil UNS yang menjadi koordinator program, menyatakan bahwa potensi kopi di Desa Tlahab sangat besar, tetapi belum sepenuhnya dimanfaatkan secara maksimal. Banyak petani masih menggunakan metode konvensional yang kurang efektif dalam meningkatkan hasil panen.
“Petani di sini sudah lama menanam kopi, tetapi teknik yang mereka gunakan masih tradisional. Kami ingin mengenalkan metode yang lebih efektif agar produksi meningkat dan nilai jual kopi mereka lebih kompetitif,” ujarnya pada Jumat, 14 Februari 2025.
Untuk mendukung peningkatan ini, mahasiswa KKN mengadakan sosialisasi budidaya kopi pada Rabu, 15 Januari 2025. Kegiatan ini menghadirkan tiga narasumber berpengalaman, yaitu Dadi Riswanto, S.P., sebagai pembicara utama, serta Yamidi dan Mukidi, dua praktisi kopi dari Temanggung. Mereka memberikan wawasan mengenai kebijakan pengembangan kopi, strategi pemasaran, dan teknik pertanian modern yang dapat meningkatkan kualitas hasil panen.

Salah satu program utama yang diperkenalkan dalam KKN ini adalah teknik penyemaian kopi yang lebih efisien. Mahasiswa mengajarkan proses penyemaian yang benar, dimulai dari pemilihan varietas kopi unggul, perendaman biji selama satu malam untuk mempercepat perkecambahan, hingga proses tanam dengan jarak yang optimal.
Ahmad Najwa, mahasiswa Peternakan UNS, menjelaskan bahwa metode penyemaian yang tepat sangat berpengaruh pada tingkat keberhasilan pertumbuhan tanaman kopi.
“Banyak petani yang masih melakukan penyemaian tanpa standar yang jelas, sehingga banyak bibit yang gagal tumbuh. Dengan teknik yang benar, hasil panen bisa meningkat secara signifikan,” katanya.
Selain penyemaian, tim KKN juga memberikan pelatihan tentang teknik pemangkasan tanaman kopi. Menurut Bagas Fatkhur Rohman, mahasiswa Fakultas Peternakan, pemangkasan adalah langkah penting yang sering diabaikan oleh petani.
“Jika tangkai yang tidak produktif dibiarkan, maka nutrisi akan terbagi secara tidak efisien. Dengan pemangkasan yang tepat, tanaman bisa lebih fokus pada produksi buah kopi,” jelasnya.

Dalam upaya menciptakan sistem pertanian yang lebih berkelanjutan, mahasiswa KKN juga mengenalkan pembuatan pupuk organik berbasis vermikompos, yaitu pupuk yang dibuat dengan bantuan cacing Lumbricus dari limbah kopi dan sampah organik rumah tangga.
Tania Dwi Khoirunnisa, mahasiswa Fakultas Pertanian, menjelaskan bahwa penggunaan pupuk organik memberikan banyak manfaat dibandingkan pupuk kimia.
“Pupuk ini mengandung nutrisi alami seperti nitrogen, fosfor, dan kalium yang diserap tanaman secara perlahan, sehingga lebih efektif dalam mendukung pertumbuhan kopi. Selain itu, tanah menjadi lebih subur dan kaya mikroorganisme bermanfaat,” paparnya.
Para petani pun menunjukkan ketertarikan terhadap metode ini. Salah satu petani setempat mengaku ingin mencoba karena pembuatan pupuk ini lebih cepat dan ekonomis dibandingkan pupuk kandang konvensional.
“Saya penasaran dan ingin mencoba, karena jika memang lebih cepat dan hasilnya lebih baik, ini bisa menjadi solusi bagi petani di sini,” ujarnya.
Meski program ini mendapat respons positif, ada beberapa tantangan yang dihadapi tim KKN. Salah satunya adalah kebiasaan petani yang masih sulit meninggalkan metode tradisional. Akhmad Bahtiar menyebutkan bahwa banyak petani masih ragu untuk mencoba teknik baru.
“Kami mencoba memberikan pemahaman bahwa sedikit perubahan dalam metode budidaya bisa memberikan dampak besar terhadap produktivitas mereka,” ungkapnya.

Selain itu, kondisi geografis Desa Tlahab yang berbukit menyulitkan proses distribusi bibit dan peralatan pertanian. Namun, mahasiswa KKN bersama masyarakat setempat bekerja sama untuk mengatasi kendala ini dengan membawa bibit kopi secara bertahap hingga semua bisa ditanam sesuai rencana.
Kepala Desa Tlahab, Ahmad Isyaudin, menyatakan dukungan penuh terhadap program ini dan berharap adanya keberlanjutan setelah mahasiswa KKN menyelesaikan tugasnya.
“Kami berharap program ini bisa memberikan dampak jangka panjang bagi masyarakat, terutama dalam meningkatkan kesejahteraan petani kopi di Desa Tlahab,” katanya.
Sementara itu, Dosen Pembimbing Lapangan (DPL), Dr. Hanifah Ihsaniyati, S.P, M.Si, menilai bahwa program ini sangat relevan dengan pengembangan Desa Wisata Agroeduwisata Berbasis Kopi. Dengan peningkatan kualitas budidaya kopi, Desa Tlahab memiliki potensi besar untuk menjadi destinasi wisata edukasi bagi pecinta kopi.
Untuk memastikan keberlanjutan program ini, mahasiswa KKN telah menjalin kerja sama dengan pemerintah desa serta kelompok tani setempat. Akhmad Bahtiar berharap masyarakat tetap menerapkan teknik yang diajarkan, sehingga kopi Desa Tlahab semakin berkualitas dan mampu bersaing di pasar nasional maupun internasional.
Penulis : Wira Pratama
Editor : Anisa Putri